"Arin, ini ada form pengajuan beasiswa. Tolong diisi dan dokumen
yang diperlukan dilengkapi."
Kalimat wali kelas itu membuat saya terhenyak seperti tak percaya.
Saat itu saya masih di bangku kelas 3 SMA, menjelang ujian nasional. Mimpiku
sejak dulu adalah bisa melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi, lalu
meraih mimpi menjadi seorang paramedis atau seorang guru. Namun mimpiku seolah
kandas ketika bapak mengatakan sepertinya tidak mungkin bisa melanjutkan
kuliah. Opsi yang bisa kuambil adalah bekerja selepas SMA atau masuk pesantren
untuk mendalami ilmu agama.
Saat teman-teman di sekolah membahas harapan mereka tentang universitas
impian, saya hanya bisa diam dan menepis bayangan tentang kuliah.
Itulah kenapa formulir dari wali kelas itu membuat mimpi-mimpi yang telah
tertutup seolah menemukan celah kecil untuk menerobos ke langit.