Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

9 Tempat yang Wajib Dikunjungi di Seputar Dieng dan Wonosobo


Bismillahirrahmanirrahim,
Teman-teman pernah ke Wonosobo?
Apa sih yang terfikirkan saat mendengar kata ‘Wonosobo’? Dieng? Carica? Sikunir? Gunung Prau? Mie Ongklok? Rambut Gimbal? Balon Udara?. Hm... kamu tepat banget, Teman! bener semua *tepuktangan*
Yayaya..! saya bangga jadi orang Wonosobo meskipun resmi menjadi warga Wonosobo hanya seperempat abad karena setelah menikah pindah ke Semarang ikut suami. Tentu, saya tetap berdarah Wonosobo dan kota kecil nan sejuk dan indah itu tak akan pernah tergantikan sebagai home sweet home.

The Legend of Wonosobo
Wonosobo berasal dari dua kata yaitu ‘Wono’ dan ‘Sobo’. ‘Wono’ artinya hutan dan ‘Sobo’ artinya mengunjungi, artinya kawasan hutan/gunung yang indah dan punya daya tarik untuk dikunjungi. Hm.. kalau saya dulu sering di-bully orang-orang katanya Wonosobo = Hutan yang suka jalan-jalan. Hehe. Kalau orangnya suka jalan-jalan sih bener mungkin ya, kan sayang kalau nggak suka jalan-jalan karena di sekitar tempat tinggal ada banyak tempat wisata yang mengagumkan.
Wonosobo sendiri dipercaya sebagai tempat yang digagas oleh tiga orang tokoh, yaitu Kyai Kolodete, Kyai Walik, dan Kyai Karim. Mereka datang ke Wonosobo sekitar abad ke-17. Tentu saja waktu itu masih berupa hutan belantara. Konon ketiga pendiri itu dikenal dengan keahliannya masing-masing. Kyai Walik sebagai ahli tata kota yang merancang Wonosobo, Kyai Karim sebagai peletak dasar pemerintahan, dan Kyai Kolodete sebagai penguasa di daerah Dieng.
Tahu anak-anak dengan rambut gimbal yang diruwat setiap tahun di Dieng, bukan? Nah.. mereka itu dipercaya sebagai titisan Kyai Koledete.
Dieng, Negeri di Atas Awan
Dieng berasal dari Bahasa Sanskerta, ‘Di’ dan ‘Hyang’. ‘Di’ berarti tempat yang tinggi dan ‘Hyang’ artinya kahyangan, sehingga pantaslah jika Dieng disebut sebagai surga di atas awan karena keindahannya yang sangat mempesona dan terletak di atas ketinggian. Berada di 2.009 M DPL, sudah dipastikan udaranya sejuk (atau bisa dibilang dingin) sekitar 10-15’ C.
Gugusan candi di Dieng juga merupakan candi Hindu tertua di Indonesia, jadi pantas ya jika masyarakat di sekitar sana masih memelihara kebudayaan yang terwarnai oleh agama Hindu. Menurut masyarakat setempat, Dieng dalam bahasa jawa berasal dari kata ‘Adi dan Aeng’ yang artinya indah dan unik. Tepat sekali yang dikatakan mereka karena saking uniknya, Carica (carica pubescens/carica candamarcensis) pun bisa tumbuh di Dieng, tidak di tenpat lain padahal di dunia ini hanya ada 3 tempat dimana tanaman carica bisa tumbuh dan berbuah.
5 Tempat yang Wajib Dikunjungi di Seputar Dieng, Wonosobo
Dan, nggak afdhol kalau ke Wonosobo dan sekitarnya tapi belum ke beberapa tempat ngehits berikut. Cekidot ya Teman! semoga bisa jadi refferensi kalau ada yang mau ke sana.

Alun-alun Wonosobo

Salah satu sudut alun-alun Wonosobo
Credit Asyafiudin photograph

Kenapa kamu harus ke tempat ini? Karena disini tersedia berbagai macam kuliner lezat khas Wonosobo juga aneka permainan yang memanjakan anak-anak. Jika ingin hunting foto pun tersedia banyak spot yang akan menambah koleksi foto menarikmu.
Tempat ini bisa menjadi semacam rest area setelah menempuh perjalanan menuju Wonosobo sebelum melanjutkan lagi berwisata ke Dieng dengan lama perjalanan sekitar 1 jam lagi. Karena di pusat kota, seperti umumnya alun-alun maka di seputarnya terdapat pusat pemerintahan, masjid, gereja, perpusda, pusat perbelanjaan, dan sebagainya.

Landmark Wonosobo Asri di Taman Kartini, seberang alun-alun Wonosobo

Di seputar alun-alun berjejer penjual makanan mulai dari es dawet durian sampai mie ongklok yang sering diburu wisatawan. Selain itu, tersedia juga berbagai penjual jasa permaian anak mulai dari sepeda hias, odong-odong, scooter, sampai becak dan arena memancing.
Sikecil Hasna pernah nggak mau beranjak dari alun-alun karena tergiur dengan segala macam permainan disana, padahal baru saja selesai memancing. Nggak cuma anak-anak lho, ortunya pun bisa mencoba gowes sepeda hias keliling alun-alun dengan biaya terjangkau. 
Wonosobo memang tengah berbenah menjadi kota ramah anak, sehingga setahun terakhir beberapa taman dibuka sebagai tempat wisata keluarga, termasuk alun-alun Wonosobo. Di akhir pekan, selasar alun-alun juga menjadi pasar dadakan yang menyediakan berbagai macam barang mulai dari pakaian hingga aksesoris.

Gardu Pandang Tieng
Lepas dari alun-alun kota Wonosobo, berjalanlah ke utara menuju Dieng. Pastikan bahwa bahan bakar kendaraan terisi dalam kondisi aman, karena pom bensin terdekat dengan Dieng berada di Krasak, Mojotengah, sekitar 5 KM dari kota. Jika kehabisan bensin selagi menanjak, sangat berbahaya bukan?


Gardu pandang Tieng, koleksi pribadi

View dari gardu pandang Tieng, koleksi pribadi


Jangan lupa, setelah melewati tanjakan di Tieng, berhentilah sejenak untuk menikmati pemandangan dari atas Gardu pandang Tieng. Tenpat  ini berada di ketinggian 1789 M DPL terletak di atas Desa Tieng Kecamatan Kejajar. Lokasinya yang tepat berada di atas bukit dan di tikungan jalan, membuatnya menjadi sangat strategis. Sejauh mata memandang, ada hamparan tanah pertanian yang tertata rapi, juga rumah-rumah penduduk yang terlihat kecil.

Telaga Warna dan Telaga Pengilon
Dua telaga ini terletak berdampingan di area wisata Dieng. Jika ke Dieng, lebih asyik menuju tempat ini terlebih dahulu baru ke tempat lain seperti Kawah Sikidang ataupun Candi. Dinamakan Telaga Warna karena permukaan airnya memantulkan aneka warna yang berpadu cantik dengan pepohonan hijau di sekitarnya. Sedangkan Telaga Pengilon karena airnya bening berkilau seperti cermin (Pengilon, Bahasa Jawa, Cermin).

Telaga warna dari ketinggian
credit Asyafiudinphotograph

Di area telaga ada beberapa goa yaitu Goa Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Pengunjung bisa berkeliling dan melihat lokasi ini lewat jalan setapak yang mengelilingi telaga. Sebagian orang masih mempercayai mitos untuk mencari pesugihan dan bermeditasi di Goa Semar. Sedangkan bagi umat Hindu, Goa Sumur merupakan tempat sumber air suci yang digunakan untuk ritual.
Jangan lupa juga untuk mengunjungi Dieng Plateu Theater (DPT) dan menikmati film dokumenter singkat mengenai tragedi gas beracun yang terjadi di Dieng pada tahun 1986. Setelah itu, naik bukit kecil menuju bukit ratapan untuk mendapatkan angle yang apik di atas sana.

Lebih asyik lagi jika menuju DPT dengan berjalan kaki melalui tangga yang disediakan di komplek Telaga Warna. Sambil menaiki satu persatu anak tangga, bisa menikmati view Telaga Warna dan pengilon dari ketinggian. Bawa minum ya, karena meskipun udaranya dingin, mendaki bukit itu butuh energi cukup besar juga yang membuat kita berkeringat.
Kawah Sikidang
Kawah Sikidang merupakan kawah vulkanis aktif di Dieng plateu. Kandungan sulfur di kawah itu bisa tercium dari area Telaga Warna terutama saat hujan turun. Kawah Sikidang juga merupakan sumber panas bumi (geothermal energy) yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik/PLTP yang dikelola oleh PT. Geodipa Energi. Dinamakan Kawah Sikidang karena konon tempat keluarnya berpindah-pindah, seperti Kijang yang melompat-lompat.
Kawah Sikidang
Credit panduanwisatadieng.com

Jika berkunjung kesini, pastikan untuk membawa masker agar terlindung dari bau sulfur yang menyengat dan bisa menyebabkan pusing-pusing bagi sebagian orang. Selain itu, terkadang ada larangan untuk mengunjungi kawah saat kandungan gas berbahanya tinggi. Jadi, jika datang ke sana, pastikan tidak ada larangan.

Sikunir Golden Sunrise
Bukit Sikunir merupakan tempat yang nge-hits sekali sekitar tahun 2013-2014 yang lalu. Menurut beberapa sumber, sunrise yang terlihat lewat Sikunir adalah Golden Sunrise terbaik se Asia Tenggara. Konon nama Sikunir pun diambil dari kata Kunir (Kunyit), karena warna langitnya kuning emas seperti kunyit.
Terletak di Desa Sembungan, desa tertinggi di Jawa Tengah yang terletak pada 2.350 M DPL. Desa ini bisa dijangkau dalam waktu kurang lebih 20 menit dari Dieng. Jika menggunakan kendaraan umum bisa menyewa ojek yang tersedia di seputaran Dieng/Telaga Warna.

Sikunir golden sunrise
Credit Asyafiudin Photograph

Dari area parkir, menuju bukit Sikunir membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Oia, di bawah bukit itu juga ada Telaga Cebong, yang jika dilihat dari salah satu sisi puncak bukit terlihat seperti Cebong/Berudu. Di pinggir telaga terdapat area camping yang sering digunakan oleh wisatawan. Cukup seru lho, camping dengan doom di pinggir danau, lalu esok harinya naik ke bukit dan menikmati golden sunrise.

Ingin membawa anak-anak ke Sikunir? banyak yang sudah mencoba dan berhasil. Yang perlu diperhatikan sih harus membawa pakaian hangat atau selimut untuk menjaga kondisi anak, jangan sampai kedinginan apalagi saat kondisi ekstrim bisa sangat dingin di sana.
Mencoba menjelajah Sikunir di siang hari pun tak ada salahnya lho, pemandangannya tak kalah indah hanya tidak bisa menikmati sunrise-nya. Sepanjang pendakian dan turun kita akan melihat kemegahan hamparan alam yang mengingatkan kita pada-Nya.

Ke Sikunir bersama Hasna umur 5 bulan,
dan keluarga seorang teman dengan 2 balita
Gunung Prau
Ingin memandangi gugusan beberapa gunung sekaligus dari puncak gunung? Puncak Prau menjadi jawabannya. Ya, dari Gunung Prau kita bisa melihat Gunung Sindoro, Sumbing, Merbabu, dan Merapi sekaligus. Gunung Prau selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan karena jalur pendakiannya yang terbilang mudah untuk pemula, dan menyuguhkan pesona alam yang unik khas Prau.
Gunung yang terletak pada ketinggian 2.565 M DPL ini bisa dilalui dengan beberapa jalur pendakian, tapi yang paling terkenal adalah jalur Patak Banteng, yaitu jalur yang terletak di Desa Patak Banteng. Butuh waktu sekitar 2-3 jam untuk mencapai puncak. Selain itu, ada jalur pendakian Dieng. Umumnya, pengunjung mendaki lewat jalur Patak Banteng, lalu turun lewat jalur Dieng yang jalurnya lebih landai.

dari puncak Gunung Prau
Credit Asyafiudin Photograph

Selain menikmati sunrise, taburan bintang di malam hari, keunikan Gunung Prau adalah terdapat perbukitan kecil yang akrab disebut ‘Bukit Teletubbies’ karena seperti bukit yang ada di film anak-anak itu. di bukit ini, saat musim hujan akan terhampar rumput hijau. Sedangkan saat musim kemarau, bermekaran bunga daisy warna pink dan putih yang menambah pesonanya. Hm.. serasa mengunjungi surga kalau berada di tempat ini.
Agrowisata Teh Tambi

Perkebunan teh Tambi
credit Asyafiudin Photograph

Perkebunan teh Tambi yang terletak di Desa Tambi juga tak kalah menarik dengan tempat wisata lainnya. agrowisata PT. Tambi berada di dua tempat yaitu di Desa Tambi dan di Tanjungsari. Di Tambi bisa melakukan kunjungan pabrik dengan reservasi terlebih dahulu ke kantor PT. Tambi. Sedangkan jika ingin berkunjung ke kebun teh saja, bisa langsung menuju lokasi.
Desa Tambi terletak tidak diantara kota Wonosobo dengan Dieng, masuk ke area pedesaan sekitar 1 km dari jalan raya, kita akan disuguhi hamparan kebun teh yang menghijau segar. Jika Teman-teman tinggal di daerah Kendal, Batang, Semarang dan sekitarnya, bisa mencoba ke sini atau ke Dieng melewati jalur alternatif, lewat Jlumprit, begitu kami biasa menyebutnya.
Tak jauh dari Jlumprit, kita akan disuguhi pemandangan kebun teh sepanjang Desa Sigedang hingga Tambi. Siap-siap dengan tantangan yang ada jika melewati daerah ini, karena jalannya kecil dan berkelok-kelok ditambah beberapa bagian yang rusak.

Baca: My Trip My Adventure 

Telaga Menjer
Belum pernah mendengar nama telaga yang satu ini? Dulu, Telaga Menjer merupakan tempat wisata yang cukup terkenal dengan fasilitas yang cukup terkelola. Namun beberapa tahun terakhir menjadi sepi dan kurang mendapat perhatian masyarakat.
Menjajal sensasi naik perahu rakit di Telaga Menjer
Credit Asyafiudin Photograph
Baru-baru ini setelah geliat wisata di Wonosobo meningkat, makin banyak turis yang mengunjungi Telaga Menjer. Terlepas dari mitos dan misteri yang berkembang di masyarakat mengenai telaga ini, menjer menjadi sumber penting PLTA di wonosobo. Jika menuju ke sana, sepanjang jalan kita akan mendapati instalasi pipa raksasa berwarna hijau. Itulah pipa-pipa yang mengalirkan air dari telaga untuk memutar turbin-turbin di PLTA Garung.  
Selain digunakan sebagai sarana pengairan oleh masyarakat, warga juga memanfaatkan untuk memelihara ikan dengan adanya karamba-karamba di telaga. Ingin mamacu adrenalin? Bisa menyewa perahu gethek/rakit bambu yang disediakan oleh warga setempat. Selain itu, bisa juga menikmati danau dengan memutari pinggir danau lewat jalan setapak dan melihat kilau airnya dari ketinggian.

Sewaktu masih bekerja di Wonosobo, saya pernah mengadakan acara dengan teman-teman komunitas di sana. Kebetulan, janji dengan teman-teman berkumpul jam 06.30, ternyata saya sampai di lokasi masih sepi dalam kondisi belum sarapan karena buru-buru berangkat. Celingak-celinguk, saya mencoba mencari warung dan hanya menemukan toko kelontong. Saya pilih membeli roti dan snack lalu duduk di pinggir danau dan menikmati sarapan ala kadarnya. Syahdu sekali, makan pagi sendirian ditemani udara dingin dan angin yang bertiup semilir meriak-riak permukaan danau. *ini jomblo ngenes apa syahdu sih?! wkwkwk*
Bendungan Wadaslintang

Bendungan Wadaslintang
credit Asyafiudin Photograph

Bendungan Wadaslintang terletak di perbatasan antara Kabupaten Wonosobo dengan Kebumen. Lokasinya cukup jauh dari Dieng, yaitu sekitar 1,5 – 2  jam perjalanan dari Kota Wonosobo. Saat air pasang, kita bisa menikmati pemandangan alam yang indah dan udara yang sejuk serta birunya air danau dari atas jalan, atau bisa juga turun menuju pinggir danau melalui jalur pemancing yang biasanya mengail ikan di seputar bendungan.
Saat musim kemarau, muncul fenomena wisata baru yang menakjubkan yaitu Lubang Sewu.
Baca: Lubang Sewu, Grand Canyon-nya Wonosobo

Belum lama saya ke Waduk Wadaslintang sewaktu masih musim kemarau dan air danau sedang surut. Untuk menuju ke sana, kami harus berjalan turun cukup jauh dari parkiran. Yeah! kami tidak pergi ke area wisata bendungan, tapi ke tempat memancing :P
Ada banyak nelayan dan pemancing, ada juga yang menyediakan jasa perahu motor dengan biaya Rp. 30.000 mengelilingi waduk. Sayang karena siang dan panas terik kami hanya sejenak berada di sana. 
Bagaimana, Teman-teman? makin mupeng ke Wonosobo? Hihi *kompor* apalagi dalam rangka HUT Wonosobo ke 191 lagi banyak event lho di sana. Ultahnya Wonosobo tanggal 24 Juli, tapi berbagai acara mulai dari karnaval budaya sampai acara adat lainnya berlangsung sampai kurang lebih satu minggu.
Yang lebih seru lagi, vent tahunan Dieng Culture Festival akan dilangsungkan tanggal 5 – 7 Agustus 2016. Tinggal beberapa hari lagi, tapi tak ada salahnya kalau mau mengagendakan ke sana. Tapi harus siap-siap hunting homestay karena pasti sudah penuh. Tenang, biasanya masyarakat desa sekitar menyewakan rumahnya ko kalau ada acara besar seperti ini, tapi kalau sudah mepet harus nrimo kalau dapatnya cukup jauh dari lokasi acara. 
Jadwal Dieng Culture Festival

Monggo, tindak teng Wonosobo (pergi ke Wonosobo) dan menikmati alamnya yang unik, makanannya yang lezat menggoyang lidah, juga orang-orangnya yang ramah.
Semoga bermanfaat,
Salam...

*Thank you so much buat Om nya Hasna, Asyafiudin yang udah minjemin foto-foto ketjeh badainya :) 


  

24 komentar untuk "9 Tempat yang Wajib Dikunjungi di Seputar Dieng dan Wonosobo"

  1. Aku pernah ke Wonosobo, berpuluh tahun yang lalu. Jaman masih kuliah. Ada teman kost dari sini, trus aku ikut menginap di rumahnya.
    Eh, sekarang makin cantik saja ya. Semoga ada waktu untuk berkunjung lagi dan menikmati makanan khasnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba.. ayuk ke Wonosobo lagi..

      btw temannya di daerah mana Mba?

      Hapus
  2. Aku pernah ke Dieng tahun 2009, keadaannya masih jauh dari indah, sekarang keche abis, jadi ingin kesana lagi ;), kotamu Indah mba ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sejak tahun 2011 jadi banyak berubah Mba, banyak didandani :)
      sekarang malah banyak tempat wisata baru..

      Hapus
  3. pengen bgt ke dieng dan wonosobo mbak, tp belum pernah kesampaian :(

    BalasHapus
  4. kyaaaaaaa seru.
    rencana saya akan ke sana minggu ini, insyaAllah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mau ikut Dieng Culture Festival ya Mba?
      asyiik! selamat bersenang-senang!

      Hapus
  5. Aku udah 4 kali ke Wonosobo, tapi jarang foto2. Kayaknya mesti kesana lagi nih Rin, hehehee

    BalasHapus
  6. Ini harus masuk list kota tujuan buat liburan. TFS

    BalasHapus
  7. Pengen banget ke wonosobo.. tp kejauhan, harus pas libur panjang,, huhu

    Kalo sampe dieng bisa naik mobil pribadi gak sih mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak apa-apa Mba, libur panjang trus menjelajah Jateng :)

      Bisa Mba, bis wisata yang besar juga bisa ko

      Hapus
  8. wooow betapa indahnya alam wonosobo, aku sudah pernah ke sana tapi belum semua bisa dijangkau dan ingin kembali ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk Mba, diagendakan lagi ke Wonosobo, semoga bisa kopdar ;)

      Hapus
  9. Pr banget mengunjungi ke 9 tempat itu yah.. syg nya belom pernah ke wonosobo.. puncak dieng nya bkin penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi harus dicoba Mba.. tapi jauh banget ya kalau dari Kalimantan

      Hapus
  10. Banyak juga ya wisata sekitar Dieng dan WOnosobo.
    Aku tertarik dengan Telaga warnanya, bukit Sikunirnya juga, indah sekaliii :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Lanny... ini juga baru sebagian.. masih banyak tempat menarik lainnya :)

      Hapus
  11. Sangat dan sangat indah..tapi belum sempat berkunjung di negeri diatas awan...hehe

    BalasHapus
  12. Hi Mba Arina, salam kenal ya.
    Begitu BW ke sini udah diajak main ke Dieng dan sekitarnya, duh semoga suatu saat keturutan bisa lain ke tempat camilan paporit...carica haha.

    Btw Desa Sembungan ini kabarnya juga desa tertinggi di Pulau Jawa nih mba, makin mupeng ah pengen ke sana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga Mba.. :)

      carica bisa dibeli online ko Mba..

      Iya, Sembungan itu desa tertinggi di Jawa. dingiin banget di sana :)

      Hapus