Serba-serbi Hidup Bertetangga dan Bermasyarakat

Table of Contents

Assalamu'alaikum, Temans.

Kali ini mau sedikit sharing (dan curcol) seputar hal-hal alias serba-serbi hidup bertetangga dan bermasyarakat, khususnya kaum ibu. 

Gegar Budaya Keluarga Perantau

Sebagai seorang perantau di luar pulau, pasti mengalami gegar budaya atau culture shock terutama di awal kepindahan dan berinteraksi dengan masyarakat.

Sebelumnya, kami tinggal di rumah mertua, di mana di perumahan tersebut kebanyakan penghuninya adalah pensiunan, sebagaimana ibu dan bapak mertua. Maklum, perumahan tersebut memang dibangun sejak tahun 90an, saat suami saya masih balita. Penghuni yang dulunya keluarga muda, sekarang sudah memiliki cucu. Hanya beberapa tetangga yang masih terbilang keluarga muda. Rata-rata mereka membeli rumah dari pemilik pertama. Ada juga beberapa yang tinggal di rumah peninggalan orang tua, dan sebagian lagi masih menumpang di PMI alias Pondok Mertua Indah seperti kami.

Saat itu kami tinggal di kos kecil, di kawasan padat penduduk. Memilih tinggal di sini karena lokasinya terbilang dekat dengan masjid dan sekolah islam. Kami kaget dengan kebiasaan masyarakat, kaget dengan anak-anak yang sampai malam masih main berkeliaran di gang, Ibu-ibu yang terkesan kurang menjaga privasi antartetangga, dan berbagai kebiasaan yang berbeda dengan di tempat asal yang bikin shik shak shok!. 

Namun waktu itu kami juga mendapatkan banyak perhatian dari tetangga yang baik. Mereka membantu menjaga anak-anak ketika saya sibuk di dapur dan ayahnya kerja, ada juga yang menawarkan mau ngasih piring/gelas/sendok jika saya belum punya. Alhamdulillah saat itu meskipun hanya beberapa, sebelum kami diboyong, suami saya sudah menyiapkan perlengkapan dapur. Dengan halus kutolak tawaran beliau.

Culture shock lainnya, saat akhirnya mendapatkan kontrakan lain yang sedikit lebih luas dibanding kamar kos sebelumnya, kami berpamitan kepada tetangga, khususnya yang biasa jadi tempat main anak-anak. Ternyata, itu bukan kebiasaan di sini. Umumnya, jika mau pindah kos/kontrakan, cukup pindah saja tanpa perlu berpamitan apalagi memberikan bingkisan kepada tetangga.

Berbagai kebiasaan lain di masyarakat juga sangat berbeda. Awalnya tentu saja tergagap-gagap menyesuaikan.

Berbeda Karakter dan Pendapat yang Kadang Bikin Ribut

Ribut antartetangga, itu juga hal yang sangat umum terjadi. Hampir pasti di mana-mana ada aja kasusnya. Dulu belum pernah mengalami di Wonosobo mungkin karena masih gadis dan kurang peduli dengan urusan-urusan seperti itu. Saat di Semarang pun, terbilang lebih rukun dan homogen masyarakatnya.

Saat pindah ke sini, dapat tempat yang sesuai budget di lingkungan padat penduduk. Penghuninya heterogen, dari berbagai suku dan agama, meskipun masyarakat muslim dari Jawa Timur lebih mendominasi.

Seringkali, ada karakter-karakter unik bin nyentrik. Ada yang suka sharing kebahagiaan dan pencapaian tapi giliran orang lain cerita hal yang sama, dibilang sombong. Ada yang segala hal maunya dielu-elukan, diratukan, diutamakan. Ada yang hobinya nyebar gosip sana-sini. Ada yang tiap ketemu A ngomongin B, nanti ketemu B ngomongin C, ketemu C ngomongin A, dan seterusnya. Ada yang suka jalan-jalan, suka makan-makan, ada juga yang lebih memilih berdiam diri di rumah. Dan sederet karakter unik terkadang nyeleneh lainnya.

Hal-hal yang dulu sering kuanggap angin lalu, ternyata beneran ada. Misalnya orang yang kalau tetangganya punya barang baru maka dia pun harus punya yang lebih, minimal sama. Dulu kukira orang seperti ini hanya tokoh fiksi. Hihi..

Saking capeknya dengan segala macam hal seperti itu, saya seringkali memilih mengurung diri di rumah. Menenggelamkan diri dengan urusan rumah tangga dan di depan layar. Bisa jadi sebagian orang menyebut saya "ansos" alias antisosial, meskipun sebenarnya nggak begitu, hanya sering kecapekan kalau ketemu banyak orang.

Menyikapi berbagai karakter dan latar belakang orang ini juga bagi saya tidak mudah. Salah sedikit bisa muncul masalah dan berujung keributan atau "perang dingin". 

Menyikapinya tentu dengan lebih banyak legowo, berlapang dada terhadap semua hal. Karena kita tidak bisa mengendalikan hal-hal di luar jangkauan kita, yang bisa kita kendalikan hanya diri kita sendiri dan (mungkin) keluarga inti.

Hal-hal Tak Terduga dan Serba Tiba-tiba

Tiba-tiba dipanggil tetangga mau nengok bayi/besuk orang tanpa pemberitahuan sebelumnya, itu hal yang biasa banget dan sering terjadi. Bagi saya yang biasanya harus punya rencana dulu, sering terkaget dengan kebiasaan ini. Apalagi jika sedang malas mandi dan mageran, plus males bebersih rumah. Wkwkwkwk combo sekali ketika tiba-tiba ditelpon tetangga. Gedubrakan dan panik nggak karuan.

Seringkali juga, di pengajian atau kegiatan lain, tiba-tiba ditodong untuk bertugas. Entah jadi MC, baca surat, atau mimpin doa. Jadinya tentu serba salah. Mau ditolak gimana, mau diterima tapi grogi, maklum, saya grogian kalau nggak persiapan. Solusinya, akhirnya mau nggak mau harus menyiapkan diri, belajar untuk jadi MC, baca Al-Qur'an, atau mimpin baca doa, biar sewaktu-waktu ditunjuk sudah siap.

Idealnya memang semuanya harusnya nggak dadakan, tapi juga tidak mudah untuk mengubah kebiasaan ini. Paling tidak sekarang di pengajian sudah diatur tiap gang bertugas. Cukup bagus supaya petugasnya bisa mempersiapkan diri terlebih dahulu.

Well, hidup bertetangga itu asyik, apalagi jika tetangga terdekat baik-baik semua. Seringkali tiba-tiba ada yang nganterin nasi kotak, kue, es, masakan panas, dll yang bikin terharu. Di luar segala macam hal yang kadang tidak sesuai dengan ekspektasi atau prinsip kita, ada banyak hal yang harus disyukuri.

Pastinya, saya juga masih berproses menjadi lebih baik. Sesekali masih julid, sesekali masih KZL dengan kelakuan orang, dll. Begitulah segala macam rasa dan serba-serbi bertetangga. Butuh seni dan belajar terus-menerus. Bagaimanapun, Rasulullah telah mengajarkan kita untuk selalu berbuat baik kepada tetangga, bahkan menjadi salah satu ciri orang beriman. 

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia muliakan tetangganya." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya." (HR. At-Tirmidzi). 

Buat Temans yang baru memasuki hidup bermasyarakat, semoga dipertemukan dengan orang-orang se-frekuensi yang baik dan asyik. Aamiin.

Semoga bermanfaat,

Salam,

Posting Komentar

Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Intellifluence Logo Link Banner