Semarak Agustusan di Sudut Kota Denpasar Bali

Table of Contents
Gebyar kegiatan perayaan HUT RI di perkampungan kota Denpasar

Semarak perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 80 di tahun 2025 ini, masih terasa hingga sekarang. Nuansa merah+putih masih kerap terlihat. Kelompok-kelompok yang baru ada waktu untuk mengadakan kegiatan juga masih bersemangat. Umbul-umbul dan aksesoris Agustusan masih terpasang manja di gang-gang, tak terkecuali di tempat tinggal kami, di sudut gang kecil di Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, Bali.

Peringatan hari kemerdekaan ini memang patut untuk kita rayakan dengan segenap kesyukuran dan suka cita, meski di sudut hati terdalam juga miris dengan kondisi negara kita dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Rasanya sudah di tahap pasrah, hanya bisa mendoakan yang terbaik agar orang-orang yang berbuat dzalim Allah berikan balasan, agar orang-orang yang masih memiliki hati nurani diberikan kekuatan untuk menjaga NKRI, sembari melakukan yang terbaik, berusaha menjadi warga negara yang taat, juga memberdayakan diri untuk masyarakat.

Panitia Agustusan Super Kompak

Di ujung gang ini, di sudut kampung padat penduduk, di antara kos-kosan dan rumah sewa, semangat kami untuk menyemarakkan hari kemerdekaan tetap menyala.

Meski awalnya ragu, akankah kita adakan lagi Agustusan seperti tahun kemarin? Ingin tapi sungkan karena masing-masing tentu punya kesibukan yang berbeda.

"Ko agak males ya, mau rempong-rempong seperti tahun kemarin, lagi banyak acara juga nih," kataku ketika ngobrol dengan tetangga. Ternyata tetangga saya juga merasakan hal yang sama. 

Namun akhirnya kami tetap mengadakan rapat dan sepakat akan kembali mengadakan lomba-lomba khususnya untuk anak-anak dan ibu-ibu. Selebihnya, acara makan-makan panitia dan keluarga akan di-support oleh tim arisan ibu-ibu.

Berhubung waktunya terbatas, hanya kurang lebih 3 pekan sebelum pelaksanaan, kami pun harus satset menyiapkan segala hal. Untungnya, ini bukan pertama kalinya, jadi panitia pun sudah tidak bingung dengan job desk masing-masing.

Bahu-membahu Menyemarakkan Acara

Meskipun saya bilang sejak awal kalau saya nggak bisa all out seperti tahun kemarin, tetap saja akhirnya all out juga. Saya kembali dapat amanah jadi bendahara dan sie acara. Otomatis akan rempong mulai dari persiapan sampai pasca acara. Bismillah, semoga lelahnya jadi lillah. Aamiin. 

Beruntungnya, karena hampir semuanya semangat untuk mengadakan kegiatan, jadi apa-apa serba gerak cepat alias gercep. Masing-masing memberikan sumbangsih terbaiknya tanpa diminta, di luar iuran wajib yang sudah ditentukan besarannya.

Ada yang menyumbang produknya berupa sabun cuci baju sampai puluhan liter, pembersih kerak hingga belasan liter, mainan remote control, topi baseball warna merah untuk panitia, gamis, daster, Tumbler, dan berbagai produk lain untuk hadiah dan doorprize. Ada yang tahu-tahu mengantar sekardus sabun cuci piring, gamis, daster, tumbler, dll. MasyaAllah tabarakallah. Beberapa orang tiba-tiba menyumbangkan dana. Sungguh bikin terharu. 

Perlengkapan untuk lomba dan dekorasi pun sudah tersedia sebagian, karena barang-barang dari tahun kemarin masih bisa digunakan.

Pembagian tugas juga tak perlu dengan diskusi alot. Jika ada divisi lain yang masih butuh bantuan, yang lain akan segera mambantu.

Lomba Seru untuk Balita - Dewasa

Sejak rapat perdana dan diberi amanah sebagai PJ divisi acara, saya pun mengusulkan agar lomba yang diadakan disamakan dengan tahun sebelumnya. Alasannya, agar tidak perlu lagi membeli perlengkapan baru.

Sebenarnya, ada 2 lomba anak-anak yang bikin heboh tahun kemarin, yaitu lomba balap karung pakai helm dan lomba racing tank. Namun, bapak-bapak yang bertugas jadi juri tahun kemarin tidak menyarankan karena kedua lomba itu cukup berisiko. Terlebih kontur jalan yang tidak rata, akan rawan terguling dan saling tertindih saat lomba. Belum lagi untuk lomba racing tank, butuh kardus dan lakban yang cukup banyak. Risiko hujan juga tinggi karena beberapa hari terakhir sering turun hujan. Lomba pun diganti dengan lomba yang lebih low impact, namun cukup meriah.

Lomba untuk ibu-ibu pun sama, yang penting kita seseruan bareng, kata mereka. Detik-detik terakhir, akhirnya diadakan lomba "ranking 1" supaya lebih meriah. Alhamdulillah, stok hadiah dan doorprize aman, jadi anak-anak dan ibu-ibu yang berpartisipasi bisa pulang tanpa tangan kosong. Minimal dapat 1 pensil yang sudah dihias oleh panitia.

Bapak-bapak yang hadir pun cukup banyak, akhirnya dadakan (macam tahu bulat) diadakan lomba makan kerupuk. Lomba makan kerupuk yang unik, karena kerupuk harus dikatrol dengan tali yang dihubungkan dengan salah satu kaki. Untuk bisa menjangkau kerupuk, kaki harus digerakkan naik/turun. Peserta duduk di kursi, kerupuk digantungkan dengan tali dan dikendalikan dengan kaki. Tangan pun harus disembunyikan ke belakang, tidak boleh ikut bergerak.

Seruuuu! Dan bikin ngakak penonton. Apalagi Ayah The Kurnia yang baru pulang kerja, belum sempat masuk rumah apalagi ganti baju, langsung ikut lomba. Menang di babak penyisihan, lalu berakhir dapat juara 3. Kata orang, bapaknya lapar, pulang kerja langsung ikut lomba makan kerupuk, makanya menang. Hahahaha.

Hadiah lomba untuk bapak-bapak diambilkan dari doorprize untuk ibu-ibu, karena memang tidak tersedia hadiah khusus. Namanya dadakan, yekan. Jadi, yang menang lomba bapaknya, yang hepi ibunya, jadi hepi semuanya. 

Lomba "Keruk Beras" dan "Berburu Sembako" yang super heboh

Malamnya, kami masih melanjutkan kembali dengan lomba atau games yang tak kalah meriah: Lomba "Keruk Beras" dan "Berburu Sembako".

Untuk games keruk beras, salah satu panitia mengusulkannya. Beliau mendapatkan inspirasi dari TikTok. Cara bermainnya, peserta memasukkan ring ke dalam tiang pancang dengan cara dilempar. Jika berhasil, dia boleh mengeruk beras dalam karung dengan cup kecil yang telah disediakan.

Aturan main sebenarnya, tiap peserta boleh mengeruk beras sampai peserta di belakangnya berhasil memasukkan ring. Namun, karena beras yang kami sediakan sesuai budget hanya 25kg (lalu di injury time ada panitia yang menyumbang lagi 10kg, jadi total 35kg) sementara peserta membludak, akhirnya kami batasi dengan maksimal mengambil 4 cup di sesi pertama.

Oh ya, masing-masing peserta wajib membawa wadah sendiri. Ada yang membawa baskom kecil, mixing bowl, ember, dll. Seru sekali, terlebih jika ada yang berhasil dan kembali ke antrean sambil memamerkan berasnya. Sembari antre pun ibu-ibu heboh memainkan wadah yang dibawa. 

Lomba kedua, Games "Berburu Sembako". Games ini juga diadakan sebagai tambahan, dengan sumbangan dari panitia yang mengusulkan ditambah doorprize yang masih tersisa. Ternyata sangat seru. Di detik terakhir, dapat tambahan hadiah uang tunai 150K dan voucher Indomaret 100K yang bikin peserta makin semangat.

Untuk permainan ini, sebenarnya sudah tidak asing. Awalnya, dimainkan dengan cara menggelindingkan hula hoop rotan. Namun sampai cukup lama, hanya 1-2 yang berhasil mendapat hadiah. Akhirnya, permainan diganti dengan melempar hula hoop ke target yang sudah terpasang itu. Persis permainan yang biasa ada di pasar malam. Di sini, makin meriah karena jika ada yang berhasil, peserta lainnya akan bersorak. Antrean yang awalnya hanya 1, berubah menjadi 3 lajur dengan 2 hulahoop

Seruuuu! Setelah mencoba 3 kali lemparan dan gagal, di lemparan ke-4 saya berhasil mendapatkan hadiah incaran: voucher 100K. Yeaaaay! Alhamdulillah... MasyaAllah tabarakallah. Akhirnya... setelah sebelumnya gagal terus mengincar uang 100K dan 50K dan keduluan didapat oleh peserta lain.

Anak-anak yang akhirnya ikut main, berkali-kali dapat. Maklum, mereka asal lempar ke hadiah yang dekat sesuai jangkauan mereka, bukan mengincar hadiah besar seperti orang dewasa.

"Saya capek banget, tapi juga seneng dan puas banget!" Kata Budhe warung rujak sebelah. 

Beberapa orang mengatakan hal yang sama, termasuk saya.

MasyaAllah tabarakallah... Seperti terbayar lunas rempong (plus rumpi)nya, rapat-rapatnya, lembur-lemburnya, pusingnya, capek dan "makan ati"-nya, dan semuanya 🥹🥹 Beberapa kali mengadakan lomba di gang dan ini tahun kedua dengan panitia yang cukup banyak dan lebih semarak.

"Tahun depan kita ulangi lomba keruk berasnya, ya!" 

"Siap! InsyaAllah nyumbang beras!"

"Oke!"

Aih.. rupanya banyak yang belum move on dari lomba ini, meskipun awalnya saat teman panitia ngasih ide ini saya sempat pesimis.

Noted! Kalau tahun depan ngadain lagi, lomba keruk berasnya harus ada. 

Makan Bersama dan Penutupan Panitia

Mandatory yang tak kalah seru di rangkaian acara 17an adalah makan bersama. Jika umumnya orang mengadakan tirakatan di malam tanggal 17, kami mengadakannya setelah perlombaan usai. Maklum, lomba full pagi hingga malam, badan sudah capek luar biasa.

Esoknya, ibu-ibu gotong royong masak dan menyiapkan segala hal untuk acara makan-makan. Rempong, banyak salah paham, "bisik-bisik" ini-itu, dll. Memang baiknya seperti tahun sebelumnya, tidak perlu masak bareng. Masing-masing masak sesuai kesanggupan, lalu dimakan bareng-bareng. Namun pengalaman masak bersama ini bisa dijadikan pelajaran juga. Saya hanya sedikit membantu saat masak bareng, karena menyiapkan buko pandan untuk dessert, dan sedang sakit kepala karena kecapekan.

Malamnya, tiba-tiba acara berubah jadi sekalian evaluasi dan penutupan panitia. Hihi. Begitulah, kadang acara berubah di injury time. Maklum lah ya, banyak kepala dan banyak pertimbangan.

Saya dapat tugas dadakan jadi MC. Weh! Sudah lama nggak jadi MC selain di "lingkaran cinta" yang isinya hanya 8 orang dan agenda tiap pekannya sama. Ujungnya, grogi juga. Hahaha. Biarin lah, pede aja dan lanjut aja meskipun sempat belepotan di awal. Untungnya masih bisa gercep nyari contekan pantun. Mengawali dan menutup dengan pantun cukup mengalihkan perhatian peserta dari ke-grogi-an saya. Wkwkwkwkwk. Lagi-lagi mohon maklum karena nggak ada persiapan.

Alhamdulillah, acara berlangsung meriah dan tertib sesuai rencana. Evaluasi dan rekomendasi untuk kegiatan tahun depan juga sudah terhimpun dengan baik. Meskipun menu yang disantap sangat sederhana, tapi disiapkan dengan penuh perjuangan oleh para ibu. Bisa jadi rasanya kurang sesuai dengan selera namun tetap nikmat kerena disantap dalam keadaan lapar dan makan bersama sembari bersahut canda.

Semoga catatan kecil ini menjadi pengingat, bahwa kita pernah bersama-sama, saling mendukung, bekerja sama, untuk menyukseskan agenda agustusan di sudut gang kecil itu.

Setiap hal pasti ada hikmahnya. Di balik acara yang sukses, pasti ada gesekan-gesekan yang terjadi. Ada kesalahpahaman, ada perbedaan pendapat yang membuat tak nyaman, ada drama-drama kecil yang terjadi. Bagaimanapun, itulah "bumbu-bumbu" yang bikin hidup bertetangga makin rupa rasa, makin gurih, makin legit. Semoga semuanya berlapang hati untuk memaafkan kesalahan-kesalahan sesama panitia selama persiapan hingga acara selesai.

Hikmahnya, kami yang sebelumnya jarang berinteraksi, jadi bersenda gurau bersama. Yang sebelumnya tidak saling mengenal, jadi mulai bertegur sapa.

Begitulah cara kami, rakyat biasa, merayakan kemerdekaan. In this economy, hanya begini lah hiburan rakyat murah meriah. Di sudut hati kecil kami, tak lupa bersyukur kepada Allah, dan terima kasih kepada para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Allah lah sebaik-baik pemberi balasan untuk mereka yang telah gugur di medan perang. Terima kasih, seluruh panitia dan warga yang sudah turut memeriahkan acara. 

Sungguh senang melihat kemeriahan perayaan HUT RI ini, tapi juga miris dengan kondisi kita semua. Benarkah kita sudah merdeka?

Semoga bermanfaat,

Salam,

Posting Komentar

Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Intellifluence Logo Link Banner