Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lato-lato, Mainan Tradisional Viral

lato lato mainan tradisional yang sedang viral

"Kethek-kethek-kethek-kethek......!"

Suara nyaring lato-lato dengan bunyi khas ini sudah tak asing di telinga. Pertama kali mendengarnya lagi setelah sekian lama, membuatku mengenang masa kecil dengan mainan serupa. Mainan yang menemani dengan adik-adik. Seingatku, saat baru berpindah ke Bali pun, mainan ini ramai di kalangan anak-anak tetangga. Si Kakak yang saat itu masih berusia 4 tahun juga merengek untuk membelinya. 

Sebelumnya, saya mengenalnya dengan nama “ethek-ethek”. Entah siapa yang menamai, bisa jadi karena suaranya terdengar seperti itu, jadi orang pun menyebutnya sesuai dengan suara yang dihasilkan. Nama “Lato-lato”_yang berasal dari Bahasa Bugis_baru saya ketahui setelah mainan tradisional ini viral di media sosial dan di setiap gang. Bahkan saat menulis ini, saya juga ditemani bunyi “ethek-ethek” nyaring yang dimainkan oleh anak-anak tetangga. 

Sejarah lato-lato

Sebenarnya, lato-lato bukanlah permainan tradisional yang baru, permainan ini telah lama dimainkan bahkan di seluruh dunia. Dilansir oleh Kompas, lato-lato telah dimainkan sejak tahun 1960-an dengan cara kerja yang sama yakni memantulkan bola plastik yang dikaitkan dengan 2 tali. 

Permainan tersebut berasal dari Amerika Serikat dan dikenal dengan nama clackers, click-clacks, atau knockers. Awalnya bolanya terbuat dari kayu atau logam lalu diubah menjadi tempered glass. Namun karena bola tersebut berbahaya, mainan tersebut dilarang meskipun ramai dimainkan oleh masyarakat. Setelah itu, bola lato-lato pun dibuat dari bahan yang lebih aman yakni plastik polimer. 

Manfaat Main Lato-lato

Sejujurnya, sebagai seorang ibu dengan bayi dan anak kecil, saya cukup terganggu dengan suara Lato-lato yang dimainkan kapan saja tanpa kenal waktu. Namun saya juga senang ketika lato-lato mendadak viral di dunia maya dan nyata, anak-anak teralihkan dari gawai. 

Contoh nyata yang saya lihat pada anak-anak tetangga yang biasa berkerumun di pertigaan dekat rumah. Dulunya, setiap mereka ngumpul selain untuk bermain bola, beberapa anak membawa ponsel dan mereka bermain games online atau nonton video You Tube ramai-ramai. Sejak mereka main lato-lato, makin jarang yang membawa ponsel. Mereka lebih banyak bergantian main lato-lato, diselingi main bola. 

Selain itu, adanya kompetisi lato-lato di berbagai tempat juga bisa menjadi sarana menarik untuk berkompetisi secara sportif, melatih percaya diri, dan bersosialisasi. 

Waspada Bahaya Lato 

Sayang, di balik manfaat permainan tradisional lato-lato, juga ada bahaya mengancam, yakni dari bola keras berbahan plastik polimer. Bola tersebut dikaitkan dengan tali berukuran kecil. Semakin lama digunakan, tali bisa semakin aus dan bisa membuat bolanya terlempar saat dimainkan. Bahaya juga bisa datang dari serpihan bola lato jika pecah saat dimainkan. 

Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada 1971 pernah mengeluarkan peringatan nasional terhadap mainan latto-latto setelah empat anak mengalami cedera.

Di Indonesia pun kejadian serupa sudah mencuat. Kejadian terbaru di Kubu Raya dua hari yang lalu, seorang anak harus menjalani operasi mata akibat terkena serpihan lato-lato yang pecah saat dimainkan. Beruntung matanya berhasil diselamatkan meskipun masih belum sembuh total. 

Seingat saya pun dulu saat belajar memainkan lato-lato sampai bisa memantul sempurna, minimal tangan akan sedikit memar atau pegal terkena pukulan bola lato-lato. Jadi, mainan ini memang kurang aman untuk anak-anak kecil. Kedua anak saya pernah merengek meminta tapi tidak kami berikan, khawatir membahayakan mereka dan adik bayinya. Dari sekolah di Kakak pun beredar larangan membawa lato-lato ke sekolah, demi keamanan bersama. 

Adanya mainan tradisional yang viral ini tentu adalah hal baik untuk melestarikan permainan ini. Namun perlu diperhatikan usia anak-anak yang memainkannya. Sebaiknya, hanya dimainkan oleh orang dewasa atau ada batasan usia. 

Atau mungkin ada inovasi bahan lato-lato yang aman untuk anak? Bagaimana menurutmu, Temans? 

Semoga bermanfaat,

Salam, 


Sumber tentang sejarah lato-lato:

https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/01/09/180919882/sejarah-permainan-lato-lato-yang-pernah-dilarang-di-sejumlah-negara

1 komentar untuk " Lato-lato, Mainan Tradisional Viral"

  1. Sekarang di mana-mana suara mainan ini terngiang masyaAllah, bener sih anak jadi seru bermain dan enggak hanya terpaku sama gadget. Tapi kadang suaranya berisiknya ini meresahkan, di sosmed pun ramai bahas mainan ini. Ada juga kabar kalau permainan ini memakan korban. Terima kasih sharingnya!

    BalasHapus