Hempas Malas, Tebar Manfaat Luas
Menekuni hobi, ada saatnya juga mengalami kejenuhan. Pun dengan aktivitas menulis (baca: blogging). Rasa jenuh memang manusiawi, tapi tidak bisa dijadikan pembenaran dan terus dipelihara karena ujung-ujungnya jadi malas. Jika malas keterusan, sangat berat untuk memulai kembali, Bestie. Bagaimana caranya biar nggak malas nulis? Biar semangat menulis terus?
Penyebab Malas Menulis
Beberapa hal memengaruhi mood seseorang untuk bersemangat atau malas menulis. Setidaknya ada 2 alasan yang beberapa kenalan saya rasakan (termasuk saya alami sendiri).
Writer’s Block
Buntu. Apa yang harus saya tulis? Kebanyakan alasan inilah yang menyebabkan (kami) malas untuk update blog. Iyes, kalau sudah buntu, duduk berlama-lama di depan laptop pun tak juga muncul baris-baris kalimat. Tangan tidak bergerak di atas tuts keyboard, tapi otak traveling ke mana-mana. Apalagi kalau sudah terjebak scrolling medsos. Hasilnya, bukan muncul ide malah makin pusing akibat derasnya arus informasi yang masuk. Ya nggak sih?
Saat sedang buntu, saya berusaha untuk tetap menulis di catatan. Setiap hari saya menulis meskipun tak tentu panjang tulisannya, dan sering tak jelas apa yang ditulis. Kadang hanya kalimat singkat, terkadang sampai curhat berjilid-jilid yang hanya bisa tersimpan di catatan. Seringkali tulisan itu pun akhirnya saya hapus. Tak jarang juga menjadi semacam bank ide yang sewaktu-waktu bisa digali lagi menjadi tulisan.
Prioritas yang Berubah
Ketika hidup berubah, prioritas pun berubah. Contohnya, dari sebelumnya tinggal bersama mertua dan ada banyak support system yang mendukung, anak sudah tidak menyusui, maka menulis setiap hari bahkan kadang ngebut beberapa artikel pun dijabanin.
Keadaan berubah ketika punya bayi lagi dan tinggal jauh dari keluarga, tidak punya asisten rumah tangga. Support system yang bisa diandalkan hanya suami. Artinya, waktu untuk menulis dengan tenang hanya ketika anak-anak bisa di-handle ayahnya. Sementara, si Bayi yang masih ASI sedikit-sedikit harus sering diperhatikan, terlebih dia tidak mau ASIP.
Well, bagaimana pun mesti menikmati dan menjalani kondisi yang sedang dihadapi. Ada berbagai prioritas yang akhirnya bergeser, termasuk untuk menulis, eh, update blog. Yang biasanya sekali duduk bisa kelar 1 artikel, sekarang harus nyicil-nyicil nulis di HP. Rampung nulisnya lama, tapi aktivitas menulis harus ada setiap hari.
Ini bukan pembelaan buat malas ngeblog, ya Temans. Namun saat tanya-tanya ke teman-teman yang punya kondisi serupa, memang jadi lebih selow, blog jalan sesuai passion saja, monetisasinya belakangan.
Beberapa Tips Agar Semangat Menulis Terjaga
Memulai dari Titik Akhir, Apa “Strong Why” Kamu?
Apa yang ingin kamu dapatkan dengan aktivitas menulis? Apa alasan “Strong Why” saya menulis? Maka saya selalu menjawab, menulis adalah ibadah, dan:
“MENULIS adalah caraku BERBAGI, belajar memahami, dan mengobati diri sendiri” (Arina Mabruroh)
Sebenarnya, ada juga beberapa target seperti menerbitkan buku, nulis skenario, dll. Target ini yang diejawantahkan dalam kegiatan-kegiatan menulis harian, supaya goal besarnya bisa tercapai. Hal ini saya pelajari saat mengikuti coaching menulis buku solo.
Nah, kalau sudah dapat goal-nya, dirinci setiap hari/pekan/bulan, niascaya akan lebih semangat untuk terus berkarya, akan menulis setiap hari meskipun dihadapkan dengan berbagai persoalan teknis menulis semacam laptop lemot, jaringan internet kembang-kempis, dll.
hadits penyemangat |
Terus Perbaiki Niat
Klise banget ya? Tapi bagi saya it’s work! Saat jenuh dan rasanya ingin berhenti menulis, maka saya katakan pada diri sendiri: Arin, apa tujuanmu menulis? Apa yang kamu harapkan dari semua ini? Apa yang mambuatmu semudah itu menyerah dan merasa harus berhenti? Serta berbagai pertanyaan untuk diriku sendiri yang ‘memaksa’ harus bersemangat dan kembali lagi untuk menulis karena tujuannya untuk beribadah dan agar bisa memberi manfaat untuk banyak orang lewat apa yang dibagikan.
“Khairunaas anfa’uhum linnaas”
“The best among you are those who bring the greatest benefits to many others”
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain."
So, hempaskan saja malasnya, ayo kita semangat berbagi dan memberi manfaat lewat tulisan-tulisan kita.
Ada perasaan yang priceless ketika orang yang membaca tulisan kita di blog mendapatkan insight. Hal-hal seperti ini lah yang makin menguatkan untuk terus menulis dan berproses. Tak apa saat ini tulisan masih itu-itu saja. sembari belajar dan terus menulis, pasti akan menemukan gaya yang cocok dan makin lihai.
Kolaborasi, Satukan Potensi
Tahun lalu, setelah mengikuti kelas SEO, kami mendapat PR untuk membuat blog baru. Saya pun (terpaksa) membuat blog meskipun pencapaian hasil kelasnya masih belum 100% karena bersamaan dengan persiapan persalinan.
Setelah blog itu jadi, dan saya niatkan untuk blog khusus traveling. Saya terbengong, seperti orang yang tersesat di tengah padang rumput.”Masih pandemi, punya bayi, adanya motor untuk berlima, gimana mau “ngasih makan” blog baru ini ya?” dan saya pun hanya bisa menertawakan diri-sendiri.
Sampai akhirnya titik terang datang. Saya mencoba mengubungi teman-teman yang rajin traveling tapi tidak memiliki blog dan tidak percaya diri menulis. Saya meminta bantuannya untuk mengisahkan kembali setiap tujuan wisata yang dia datangi. Tak dinyana, dia pun bersedia. Aih, senangnya ketika jalan terbuka dengan kolaborasi ini.
Saya buat metode wawancara tertulis, karena kami jarang bertemu dan ngobrol lama, meskipun rumah dekat dan anak kami satu kelas di SD. Saya buat daftar pertanyaan, dan dia menjawab via Whats App baik dengan pesan suara maupun tulisan. Dia pun tak segan untuk memberikan foto-foto terbaiknya.
Jadi, siapa bilang tak ada jalan, ya kan? Saya yang makin jarang jalan-jalan tetap bisa menulis tema traveling di blog baru seputar jalan-jalan berkat teman-teman baik hati yang mau membantu. Makasih banyak, Mbak Mariana, Bu Sultan yang baik hati #ketjup.
Berkomunitas, Ciptakan Iklim Menulis tanpa Batas
Komunitas blogger juga bertebaran di dunia nyata dan maya. Mulai dari komunitas umum yang semua orang bisa masuk asal dia punya blog, sampai yang anggotanya hanya perempuan atau dibatasi umur, juga komunitas-komunitas sesuai dengan niche blognya.
Dengan bergabung dalam suatu komunitas, selain memperluas networking kita juga akan mendapatkan banyak benefit seperti informasi lomba yang sering di-share oleh sesama anggota, undangan event, ataupun ilmu blogging, dll.
Seringkali dari banyaknya prestasi yang diraih oleh sesama anggota komunitas, melecut semangat untuk rajin menulis dan punya prestasi juga. Mereka yang berhasil dan berprestasi itu, bukan karena mereka hebat sejak awal, bukan? Tapi karena mereka terus bertahan dan belajar dari kegagalan yang mereka alami.
Beruntung rasanya sejak awal rajin ngeblog bisa tergabung di komunitas Blogger Ganjel Rel, komunitas blogger perempuan di Semarang. Tagline “Ngeblog ben rak ngganjel” memang relate banget dengan keseharianku. Rasanya ingin setiap hal ditulis, karena setelahnya bisa sangat lega seperti telah mengeluarkan beban yang mengganjal di dalam hati. Nggak semuanya curcol-curcol itu di-publish, hanya menempati ruang-ruang memori di dalam ponsel dan di sudut hati, yang suatu saat akan terlupa seiring berjalannya waktu.
Sudah gitu, banyak anggota Gandjel Rel yang punya kompetensi baik di dunia blogging, menulis, dan bidang lainnya. MasyaAllah, merasa bangga tergabung bersama orang-orang hebat itu. Maturnuwun, Founder Gandjel Rel dan seluruh anggotanya. #ketjupatuatu.
Upgrade Skill, yuk!
Tahun lalu saat saya mengikuti kelas Content Creator Academy, salah seorang narasumber mengatakan, saat ini orang cenderung lebih memilih media audio visual. Karena itulah YouTube menjadi media yang paling banyak dilihat.
Beliau menyarankan bagi penulis untuk upgrade skill menulisnya. Contoh konkretnya adalah menulis skenario. Banyaknya konten di YouTube tak bisa kita paksa isinya hanya konten positif semua. So, dengan menjadi penulis skenario atau berkolaborasi dengan tim lain untuk membuat film pendek, misalnya, artinya kita sudah berkontribusi untuk meramaikan konten positif di dunia digital.
Upgrade ilmu juga efektif sekali untuk menghalau rasa malas, karena yang ditulis menjadi lebih bervariasi. Jika biasanya menulis blog harus memikirkan SEO, atau sesekali menulis sekadar random bin curcol, maka menulis berita (hard news), feature, skenario, dll punya pakemnya masing-masing yang berbeda satu sama lain. Kalau sudah begini, sepertinya jauh ya dari kata “writer’s block” alias buntu ide. Iya nggak? Nyatanya sih terkadang “hanya” kesulitan memiliki waktu efektif untuk merenung dan menggali ide lebih dalam.
Survei co-working space sambil refreshing |
Refreshing, Cari Suasana Baru
Last but not least, jangan lupa refreshing, cari suasana baru sejenak juga biar isi kepala makin segar dan ide pun mengalir deras. Tak harus jalan-jalan fancy ke tempat bergengsi, ya Temans. Sekadar keliling komplek, beli eskrim ke minimarket, pindah tempat ngeblog di co-working space, duduk-duduk di taman, dengerin audio book, baca novel ringan, dengerin podcast, apapun deh yang sesuai dengan kondisi dan kesukaan masing-masing.
Semoga tidak bosan membaca curhat random saya yang panjang ini. Mari tetap menulis, hempaskan rasa malas dan tebarkan manfaat luas.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam