Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengingat Mati di Tengah Pandemi

kematian adalah sebaik-baik nasihat
Ilustrasi, sumber: Pixabay


Kabar duka silih berganti menghampiri terutama sejak gelombang varian delta di tengah pandemi covid-19 ini. 

Yang Paling Dekat dengan Kita adalah Kematian

"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?” tanya Imam Ghazali kepada murid-muridnya. 

“Yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab kematian adalah janji Allah SWT.

 "Setiap yang bernyawa (pasti) akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]: 185).”

Dua hari yang lalu saya syok mendapat kabar salah seorang teman kuliah meninggal, dan kabarnya karena covid-19. Sudah berkali-kali mendapat kabar serupa, hati rasanya makin tak karuan. Terlebih kondisi saya sekarang sedang hamil. Belum lagi saat mendengar kabar bayi dan atau ibu hamil meninggal terpapar corona. Subhanallah... hanya bisa menenangkan hati dan berharap keselamatan kepada Allah. 

Benar, hidup dan mati manusia telah tercatat di lauhul mahfudz, sejak peciptaan kita telah ditentukan berapa lama jatah kita mengumpulkan bekal di dunia.

Ah! Bekal apa yang sudah kusiapkan? Bahkan akhir-akhir ini lebih banyak malas melanda. Hati terasa kering, bosan dengan rutinitas harian. Kondisi pandemi ini memang tak bisa diremehkan. Mood swing, jenuh, khawatir, dan berbagai macam perasaan negatif sering sekali menghampiri. Meski tetap kami mencari cara agar di rumah tetap bersuka cita supaya imun tidak turun, rasanya tetap jauh berbeda dengan masa normal di luar pandemi. Ah ya, kondisi ekonomi juga sedikit banyak mempengaruhi. 

Pandemi ini ujian, yang pasti akan berhenti jika sudah waktunya, entah kapan. Maka kita hanya bisa ikhtiar, mengambil pelajaran, dan mengikuti angkah-langkah yang diambil oleh ahli di bidang kesehatan dalam masalah penanganan dan para ulama dalam fiqih ibadah di masa pandemi, juga dzikrul maut

Banyaknya kabar kematian mari kita jadikan sebagai pengingat, bahwa kita pun sejatinya tengah menunggu giliran. Jujur, kadang saya sedih dan putus asa ketika membayangkan saya meninggal tapi bekal saya belum cukup. Astaghfirullah... 

Mari memperbanyak bekal dan saling memaafkan atas kesalahan/kekhilafan yang pernah dilakukan baik sengaja maupun tidak. Saya juga mohon maaf sebesarnya, ya Temans. 

Yuk, kita saling support, saling jaga, saling menguatkan dan mendoakan agar bisa lulus dari akademi pandemi ini dengan predikat cumlaude.  

Kematian adalah Nasihat Terbaik

Aisyah bercerita. Suatu hari, seseorang bertanya kepada Rasulullah,"Wahai utusan Allah. Adakah seseorang yang dikumpulkan bersama mereka yang mati syahid?" Rasulullah menjawab,"Iya. orang yang mengingat mati sehari semalam dua puluh kali."

Mengapa megingat mati? Karena dalam kematian, ada nasihat. “Cukuplah kematian sebagai nasihat.” (HR al-Thabrani, al-Baihaqi).

Semoga bermanfaat

Salam 

4 komentar untuk " Mengingat Mati di Tengah Pandemi"

  1. Mbaak.. tulisannya Masya Allah sekaliii....Semoga kita senantiasa menjadi orang yang akan selalu mengingat mati ya mbak..

    BalasHapus
  2. Masyaallah tulisannya ngena banget, bener Mbak di saat pandemi seperti ini kabar kematian datang darimana. Mau sedih karena tidak bisa bertemu, tetapi juga ada rasa was was dalam hati.

    BalasHapus
  3. Subhanallah.. Self reminder nih, Mbak. Apapun itu, mati pasti kita hadapi, jadi kita harus persiapkan diri juga.

    BalasHapus
  4. mari kita memperbanyak ibadah dan berbuat baik kepada sekitar ya kak :') semangattt

    BalasHapus