Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nyepi di Tengah Pandemi

Suasana saat nyepi di tengah pandemi covid-19
Image by Rattakarn_ from Pixabay 


Sepekan berlalu sejak Hari Raya Nyepi. Bagi kami, ini adalah nyepi ke tiga yang kami lalui di Pulau Dewata.

Nyepi pertama kali , kami habiskan di rumah. Saat itu kami benar-benar antusias dengan suasana dan berbagai hal yang terjadi selama 24 jam nyepi. Bahkan waktu itu tawaran untuk menginap di hotel kami tolak demi merasakan sensasi nyepi di komplek. 

Tahun kedua, kami putuskan untuk menginap di hotel bersama keluarga rekan kerja suami. Butuh pertimbangan panjang sampai kami yakin untuk menginap di hotel. Tahun kemarin, pandemi sudah melanda Indonesia, anak-anak sudah mulai belajar online. Sebagai hiburan untuk mereka, biarlah sesekali nyepi di hotel. Sejak pandemi, hotel-hotel di Bali selalu menerapkan protokol kesehatan. Tamu hotel pun pasti berkurang dibanding hari-hari biasa sebelumnya. 

Tahun ketiga, tahun 2021 ini. Saat pandemi telah berulang tahun ke-1. Ingin rasanya menghabiskan nyepi kembali di hotel. Namun setelah melalui berbagai pertimbangan, kami putuskan untuk di rumah saja, mengikuti imbauan pemerintah, mueheheh. Padahal mah memang sedang irits. Ups. 

Persiapan Nyepi saat Pandemi Covid-19

Pertama kali Nyepi, saya justru bingung dengan kehebohan yang terjadi dan berbagai pertanyaan seputar, ‘sudah menyiapkan apa untuk nyepi’. H-1 barulah saya ngeh, dan akhirnya menyiapkan bahan makanan dan ide aktivitas anak di rumah. 

Saat menghabiskan nyepi di hotel, kami tak banyak persiapan kecuali packing bekal tambahan. Esok harinya pun tak banyak 'drama' karena saat pulang kembali ke rumah, warung terdekat sudah buka. Praktis urusan belanja bahan pokok sudah aman. 

Tahun ini kami benar-benar hanya menyiapkan makanan pokok sedikit berbeda dari biasanya dan camilan supaya anak-anak betah di rumah. Persiapan aktivitas di rumah tak jauh dari crafting dan cooking. Jadilah saya menyiapkan bahan-bahan yang tidak mudah busuk seperti tepung jeli, sagu mutiara, santan instan, dll supaya jika fun cooking batal, barangnya tetap bisa disimpan. 

Persiapan lainnya, seperti biasanya saya cek stok beras, listrik, gas, detergen, dll. Apa yang dibutuhkan maksimal bisa dibeli jam 8 malam sebelum nyepi. 

Satu hari menjelang nyepi, umumnya orang Hindu sudah mulai mengadakan ibadah di pantai. Namun pandemi menyebabkan tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya warga yang domisili di dekat pantai yang diizinkan untuk melakukan ibadah di sana. Lainnya disarankan untuk beribadah di pura, sanggah, atau rumah masing-masing. Arak-arakan ogoh-ogoh yang biasanya digelar pun ditiadakan sejak tahun kemarin. Praktis, sehari menjelang nyepi tak ada keramaian seperti biasanya. 

Tetangga sekitar di komplek sebagian pulang ke kampung halaman. Hanya sebagian yang bertahan sehingga komplek terlihat sepi. 

Pagi harinya, anak-anak telah dikondisikan untuk tidak bermain ke luar rumah, tetapi kecolongan. Mereka bermain di rumah tetangga. Memang tak masalah karena tetangga sekitar kebanyakan muslim. Namun harus tetap dikondisikan agar tidak keluar komplek dan membuat keramaian/teriak-teriak.

Banyak yang biasanya memanfaatkan momen ini untuk menjemur kasur. Kesempatan saat tidak ada kendaraan lewat dan tidak ada yang beraktivitas seperti biasanya. 

Menjelang siang, anak-anak pun anteng di rumah dan bisa menonton channel kesayangan karena jaringan internet wifi tetap menyala. Alhamdulillah, saya bersyukur karena dengan ini agenda webinar bisa tetap saya ikuti dari pagi hingga malam hari. 

Ayah dan anak-anak juga uprek menutup lubang ventilasi. Semua akses yang memungkinkan cahaya keluar ditutup rapat. Benar-benar tidak ada ventilasi udara sejak pukul 6 sore. Yah, kerempongan ini adalah demi bisa tetap menyalakan lampu di dalam kamar.

Langit Nyepi di Bali Tahun 2021

keindahan langit nyepi tahun 2021
Foto langit malam nyepi 2021
oleh Zulrachmad Lonthor


Setiap nyepi, saya berharap bisa melihat langit yang cerah dengan jutaan bintang bertaburan. Sayang, nyepi kali ini kembali mendung dan gerimis seperti nyepi pertama kami di Bali. Berkali-kali saya keluar untuk melihat langit, tetapi hanya mendapati gelap gulita. Pekat luar biasa. Akhirnya saya menyerah dan berusaha tidur, bergumul dengan udara panas. 

Esok paginya, alhamdulillah, bersyukur bisa menikmati udara segar bebas polusi. Amazed ketika seorang teman mengungah foto langit malam nyepi di rumahnya di Kuta. Katanya, tengah malam ia mengambil foto itu. 

Sigh! Menjelang tengah malam saya keluar tak mendapatkan pemadangan indah itu. Yeah, namanya belum rezeki. 

Ngomong-ngomong, kamu ingin merasakan suasana nyepi di Bali, nggak, Temans? 

Salam, 

Posting Komentar untuk " Nyepi di Tengah Pandemi"