Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pesona Desa Wisata Penglipuran Bali

desa-wisata-penglipuran-bali

Simfoni tonggeret menyambut kami sore itu saat menuju Desa Wisata Penglipuran. Luapan bahagia membuncah di dada. Yeaaay! Akhirnya bisa sampai di sini! Pekikku dalam hati sembari mengamati keadaan sekitar.

Rapi dan asri. Itulah kesan yang pertama kali muncul begitu menginjakkan kaki di sana. Persis seperti gambaran yang ada di kepala berdasarkan foto-foto yang tersebar di media sosial. Meski tempat ini sudah sangat mainstream disambangi wisatawan, saya tetap penasaran karena belum pernah mengunjungi sebelumnya.

Pesona Desa Penglipuran, Bali

Desa Penglipuran menjelang pukul 5 sore, dan bukan saat peak season terlihat tenang. Hanya ada satu rombongan wisata anak sekolah dari salah satu SMK di Jawa Timur dan beberapa rombongan kecil menggunakan mobil serta sepeda motor. Beruntung, jadi kami bisa menjelajah dengan santai dan mengambil gambar di spot-spot fotonya tanpa harus antre panjang. Nah, jika datang ke sana siang hari, sebaiknya membawa payung atau mengenakan topi karena biasanya panas menyengat.

Para penduduk terlihat beraktivitas seperti biasa. Sebagian duduk-duduk dan mengobrol dengan tetangga, ada beberapa bapak yang menunggui dagangan berupa durian hasil panen di kebun dan klepon ubi ungu hasil olahan sendiri, beberapa ibu mulai bersiap untuk ibadah, sebagian lainnya membersihkan tanaman, ada pula yang berdiam di rumah menunggu tokonya masing-masing.

Saya yang sejak dulu penasaran dengan rumah khas masyarakat Bali asli, langsung menuju salah satu rumah. Pemilik rumah tengah bersantai di teras sembari menjaga barang dagangan. Ya, rata-rata penduduk menjual aneka produk merchandise khas Bali. Pakaian batik, kain pantai, aneka hiasan dinding, anyaman, ukiran, hingga barang-barang kecil seperti gelang dan gantungan kunci.


pesona desa wisata penglipuran

Rumah khas Bali biasanya memiliki beberapa bangunan. Ada bale, dapur yang harus menghadap ke selatan, tempat ibadah, dll. Rumah yang saya masuki itu tidak seluruhnya berupa bangunan khas Bali. Bangunan utama telah berbentuk rumah moderen. Sedangkan di sebelahnya terdapat dapur dengan tungku kayu, taman, dan tempat ibadah berupa rumah panggung. Dapur dan tempat ibadahnya masih berupa bangunan tradisional dari kayu, berdinding anyaman bambu dan atap daun rumbia.

Desa wisata Penglipuran bukan desa yang besar. Letaknya membentang dari barat ke timur. Di bagian utara (atas) terdapat hutan bambu, aula (bale banjar) dan lapangan serta pura. Umumnya saat ramai banyak orang berjualan aneka makanan dan oleh-oleh. Di sini juga terdapat area parkir untuk kendaraan besar. Sedangkan parkir motor dan roda 4 bisa di depan pintu masuk desa.

Kelestarian desa Penglipuran rupanya juga ditunjang dengan guyub rukunnya masyarakat. Mereka bahu-membahu menjaga lingkungan supaya selalu terlihat bersih dan rapi. Masing-masing menanam aneka tanaman bunga yang menambah keindahan di setiap rumah dan jalan. Tempat sampah organik dan non organik tersebar di banyak tempat. Di ujung desa juga terdapat bank sampah serta tempat pengolahan sampah organik.

Saya sangat tertarik dan menuju ke sana melewati taman. Namun sayang, karena sudah pukul 5 sore, tidak ada penjaga yang bertugas di bank sampah. Beberapa orang yang membuka kios di sekitar taman pun tengah mengemasi barang-barangnya, bersiap untuk pulang.

Desa Penglipuran dijadikan sebagai desa wisata sejak tahun 1993. Namun pengelolaan yang lebih tertata dan lebih ramah turis baru dimulai sejak tahun 2012. Hingga saat ini, tempat ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Menurut saya, memang cocok terutama bagi anak sekolah yang ingin mendapatkan informasi seputar budaya dan masyarakat Bali. Meskipun di sana sudah tercampur dengan kehidupan moderen, namun adat dan budaya tradisional masih melekat.

Ada Apa dengan Karang Memadu

Masyarakat desa Penglipuran sangat kuat menjaga tradisi dan kebudayaan. Mereka juga penganut monogami. Jika ada laki-laki yang melakukan poligami maka ia akan diasingkan. Orang tersebut akan dibuatkan rumah di karang memadu, yang letaknya di ujung desa. Setelah tinggal di sana, hak dan kewajiban sebagai warga desa penglipuran pun akan dicabut. Mereka juga tidak diperkenankan menggunakan fasilitas desa termasuk melewati jalan utama.

Menurut seorang ibu warga desa, hingga saat ini belum pernah ada yang melakukan poligami sehingga lahan karang memadu tersebut kosong dan dimanfaatkan sebagai taman. Letaknya berada di ujung bawah desa, bersebelahan dengan tempat yang sekarang digunakan untuk pengolahan sampah organik.

Tak terbayangkan jika sampai ada warga di sana yang nekat melakukan poligami. Mungkin akan menjadi catatan sejarah tersendiri karena dianggap melanggar adat dan kebiasaan yang sudah dianut turun-temurun.

wisata ramah anak di Bali, desa penglipuran
Pengunjung antre berfoto di depan pura


Cara Menuju Desa Wisata Penglipuran

Desa Penglipuran terletak di Kabupaten Bangli. Jaraknya kurang lebih 39 KM dari Kota Denpasar. Jika melakukan perjalanan sendiri tanpa tour guide, kita bisa menuju ke sana dengan mengandalkan google map dan penunjuk arah.

Dari Kota Denpasar bisa dijangkau menuju Gianyar melalui jalan by pass Ida Bagus Mantra. Dilanjutkan menuju Kabupaten Bangli. Dari pusat Kota Bangli, hanya sekitar 15 menit menuju Penglipuran. Jalannya tidak terlalu lebar, khas jalan utama provinsi yang melewati daerah-daerah. Sebagian jalan naik-turun dan berelok-kelok. Sepanjang perjalanan kita akan menjumpai perkampungan, sawah dan kebun. Udaranya pun sejuk, berbeda dengan suasana Denpasar yang panas. Hal ini sangat wajar karena kabupaten Bangli sudah termasuk wilayah dataran tinggi.

Fasilitas Wisata di Desa Penglipuran

Pengelolaan Desa wisata ini makin hari makin membaik. Konon dulunya masyarakat masih enggan bertemu dengan wisatawan karena berbagai alasan. Namun kini mereka akan menyambut dengan baik dan melayani ketika pelancong bertanya berbagai hal.

Selain toko-toko yang menjual souvenir, di sana terdapat warung-warung yang menjual makanan ringan dan makanan utama. Ada pula kafe yang menyediakan menu kopi khas Bali dan aneka kudapan. Beberapa warung menyediakan jamu (loloh_bahasa Bali) khas desa setempat. Jika ada turis yang akan menginap, tersedia juga homestay. Sayangnya waktu itu saya tidak mendapatkan informasi A1 mengenai biaya penginapan dan bagaimana caranya untuk reservasi. Maklum, saya masuk sudah menjelang pukul 5 sore dan setelah itu tidak ada petugas yang stand by.

Untuk memuaskan jiwa narsis para instagramer, banyak spot foto buatan yang bisa dimanfaatkan. Namun harus sabar antre jika pengunjung sedang ramai.


destinasi wisata menarik di Bali, Desa penglipuran
jika ramai, susah sekali berfoto di jalan yang hits ini


Untuk melaksanakan ibadah salat bagi yang muslim, biasanya akan dipersilakan untuk salat di bale di depan homestay. Meskipun tidak ada pancuran air khusus untuk mengambil air wudlu, kita bisa menggunakan kran air di kedai di sebelahnya.

Bagi yang bisa menjamak salat, bisa melaksanakan salat di Masjid jami’ Bangli, kurang lebih 10 menit dari sana. Tempatnya berada di pusat Kabupaten Bangli, tepat berada di seberang Polres Bangli. Untuk mencapai masjid ini, sangat mudah dan bisa diakses dengan bantuan google map. Saya sempat beristirahat di sana sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kembali ke Denpasar. Suasananya sejuk dan airnya dingin khas di dataran tinggi. Desa ini juga ramah anak dan recommended untuk wisata keluarga

Simak juga keindahan pesona Desa Penglipuran di video ini:

Ingin melepaskan penat dengan wisata budaya sekaligus menikmati keindahan alam? Desa Wisata Penglipuran bisa menjadi tujuannya. Semoga pandemi segera selesai supaya kita bisa jalan-jalan ke sana lagi. Aamiin.

Semoga bermanfaat,

Salam,


Catatan: Kami mengunjungi penglipuran di akhir bulan Januari 2020, sebelum pandemi


Desa Wisata Penglipuran, Bangli, Bali

Jl. Penglipuran, Kubu, Kec. Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 8066

Buka setiap hari hingga pukul 17.00 WITA

Tiket masuk: Rp. 15.000

2 komentar untuk "Pesona Desa Wisata Penglipuran Bali"