Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tur Virtual Desa Baduy Bersama Tripvologue

masyarakat suku baduy luar beraktivitas di desa
gadis-gadis baduy
sumber foto: Kompas

Tur virtual, menjadi tren di masa pandemi untuk memenuhi kebutuhan jiwa agar tetap waras. Jika sebelumnya kita rutin menjadwalkan traveling ke berbagai tempat, pandemi membuat kegiatan tersebut menjadi terhenti. Sekadar bepergian ke tempat yang dekat saja masih merasa was-was apalagi harus pergi jauh. Alasan ekonomi juga membuat banyak orang menunda perjalanan. 

Saya pun demikian, karena tidak bisa mudik seringkali mengintip google earth dan mengamati foto rumah sekadar ngobatin kangen. Padahal sudah cukup sering juga video call dengan keluarga, tetapi tetap terasa ada yang kurang jika belum berjumpa.

Beberapa kali mendapat informasi tur virtual tetapi waktunya belum cocok, selalu saat suami saya masuk kerja sehingga tidak memungkinkan untuk ikut. Alhamdulillah ketika ada info virtual trip Desa Baduy bersama Tripvologue, saya langsung antisusias karena sejak lama ingin sekali ke sana. Saya memang tertarik dengan wisata budaya semacam desa adat dll. 
Sebenarnya, trip dunia maya ke Desa Baduy ini adalah kali kedua. Jadwal sebelumnya lebih banyak membahas tentang pengenalan Suku Baduy dan bagaimana menuju ke sana. Sedangkan tur yang saya ikuti membahas masyarakatnya. 

Acara dipandu oleh Mbak Mauren sebagai moderator dan Juliansyah Ariawan, yang akrab disapa Mas Ari. Oh ya, yang ditampilkan di presentasi baik foto atau video, menurut beliau ada sebagian warga Baduy dalam tetapi lokasi pengambilan gambarnya di Baduy luar. 

Waktu itu saya langsung teringat dengan humas suku Baduy yang beberapa kali tampil di TV dan mereka melakukan kunjungan ke pemerintah atau ke kerabat di luar Kenekes selalu berjalan kaki. Bahkan ke Jakarta pun tetap dengan berjalan kaki pulang pergi. 

Seperti Apa Masyarakat dan Keadaan Desa Baduy?

Seperti yang kita tahu, suku Baduy tinggal di Desa Kenekes termasuk dalam wilayah Kabupaten Rangkas, Provinsi Banten. Untuk mencapai ke sana, dari stasiun Rangkas bisa dijangkau dengan angkutan umum (elf) hingga terminal Ciboleger. Desa Ciboleger inilah yang  menjadi gerbang masuk wilayah baduy. 

Menurut Mas Ari, keunikan yang terjadi di sini adalah adanya perbedaan mencolok antara wilayah baduy dengan luar baduy. Di sini, terdapat kamar mandi umum yang dikelola oleh Kang Sadiman. Dan inilah kamar mandi terakhir yang bisa ditemui sebelum masuk ke wilayah baduy. 

Kang Sadiman dulunya adalah warga baduy, namun memutuskan untuk merantau dan akhirnya menikah dengan orang Jawa Timur. Setelah itu beliau membuka usaha kamar mandi umum tepat di seberang desa baduy. Terlihat mencolok terutama di malam hari karena bangunannya pemanen sedangkan di seberangnya adalah rumah-rumah warga baduy (di desa Kaduketug) yang khas dari kayu dan beratap anyaman daun rumbia.

Keunikan itulah yang membawa banyak wisatawan datang dan menjelajah Kanekes. Saya pun sejak dulu sangat penasaran dan ingin sekali berkunjung ke sana. Sayang masih sebatas mimpi, jadi cukuplah saat ini jalan-jalan virtual dulu. 

Untuk menjelajah Baduy kita bisa menggunakan kendaraan roda empat disusul berjalan kaki atau berjalan kaki sejak masuk melalui rute Kaduketug. Mas Ari membawa kami menjelajah melalui rute kaduketug, rute yang sejak dulu digunanakan oleh wisatawan. Sedangkan rute menggunakan kendaraan roda empat baru dibuka sekitar 3 tahun terakhir. 

Wilayah Baduy luar dan dalam dipisahkan oleh sungai Ciujung. Desa Gajeboh adalah desa terakhir di wilayah baduy luar. Untuk menuju baduy dalam kita harus melewati jembatan bambu yang membelah sungai Ciujung. Jembatan bambu ini berupa bambu lonjoran yang tidak dipotong dan dibelah. 

peta wilayah desa kanekes tempat tinggal suku baduy dalam dan baduy luar
Peta wilayah kanekes. sumber: detiknews


Bagi wisatawan, jembatan ini adalah batas untuk mengambil foto dan video. Di baduy dalam kita tidak diperkenankan. Desa terdekat bisa ditempuh dengan 4 – 5 jam berjalan dengan kecepatan normal. 
Desa Baduy Luar yang jauh dari kehidupan moderen adalah Desa Kaduketer. Tidak ada listrik, tidak ada sinyal. Desa Cicakal salah satu desa terpencil, bisa dijangkau dalam 3 jam. Ada yang sudah menggunakan lampu tenaga surya. 

Anak-anak Baduy Luar biasanya bisa berbahasa Indonesia. Meskipun menggunakan Bahasa Sunda tetapi berbeda karena menggunakan bahasa Sunda halus, peninggalan Padjadjaran. Mereka menikah di usia sangat muda, 12 tahun karena adat mengatur demikian. 
Jika ada persalinan, mereka menggunakan jasa tabib/dukun beranak/paraji dan menggunakan cara serta pengobatan tradisional. 

Agama yang dianut oleh masyarakat adalah agama Sunda Wiwitan. Jika ada yang ingin keluar/menikah dengan suku lain di luar Baduy maka harus melepas kewarganegaraan sebagai warga Baduy. 
Permukiman Warga Baduy

Jika masuk ke wilayah baduy, kita akan mendapati permukiman penduduk yang sangat khas. Rumah-rumah terbuat dari kayu dengan model rumah panggung. Atapnya dari anyaman daun kelapa yang dilapisi ijuk supaya tidak bocor. Menurut adat baduy, setiap rumah tidak boleh lansung menjejak tanah. Harus diganjal dengan batu. 

Rumah terdiri dari 3 bagian yaitu teras, dalam (ruang keluarga) dan dapur. Teras rumah digunakan untuk untuk para wanita bekerja. menenun, salah satu keahlian yang diajarkan sejak masih kecil. Ruang dalam sebagai ruang keluarga, untuk tidur dll. 
Pengunjung bisa menggunakan rumah sebagai tempat tinggal selama tinggal di sana dengan catatan harus menjaga etika dan sopan-santun sebagaimana tamu dan menghormati adat/istiadat yang dianut suku baduy. 

Jika tinggal sementara di sana, tabu untuk menanyakan berapa bayarnya selama menginap, atau terkait dengan larangan-larangan yang kaitannya dengan adat. Jadi berilah imbalan yang sesuai, tanpa bertanya. Informasi sensitif seperti tarif ini bisa kita dapatkan dari orang lain yang sudah pernah menginap di sana. 

Jika akan membangun rumah, mereka akan berdiam untuk mencari wangsit di mana posisinya. Jika sudah mendapat petunjuk misalnya lewat mimpi, bersama masyarakat akan membangun rumah di lokasi sesuai mimpinya. Sebelum rumah dibangun, akan dikeruk terlebih dahulu sesuai ukuran rumah, lalu dipasang pengganjal. Berikutnya kerangka, dinding dan atapnya. 

Rumah di Baduy dalam dibatasi. Tiap desa hanya boleh ada 12 rumah, tidak bisa bertambah. Namun jumlah warganya tidak dibatasi.
Aturan penataan ruang di dalam satu desa, rumah kepala desa berada di tengah-tengah desa. Sedangkan rumah puun (tetua) biasanya di tempat yang agak tinggi dan terpisah. 


pemerintahan desa baduy dalam dan luar
sumber: Tripvologue


Kegiatan Masyarakat Baduy

Aktivitas harian warga Baduy luar hampir sama setiap hari. Pagi hari mereka berangkat ke ladang atau ke pasar untuk menjual hasil pertanian atau ke kebun. Sedangkan para ibu dan perempuan menenun.
Sehari-hari mereka mengenakan baju kampret_baju khas masayarakat baduy. Baju kampret dibuat dari tenunan dan juga dijual oleh warga. 

Hanya ada ukuran dewasa dan anak, dengan warna putih dan hitam polos. Ada yang berkancing batok dan ada yang tidak. Variasi baju biasanya hanya ada pada kerah. 
Masyarakat baduy luar banyak yang menggunakan warna biru tua dan warna gelap lainnya (disamping menggunakan baju biasa seperti masyarakat moderen), sedangkan warga baduy dalam hanya menggunakan baju warna hitam dan putih tanpa corak, yang filosofinya sebagai hati yang bersih tanpa noda. 

Menenun 

Menenun adalah keterampilan yang wajib dikuasai oleh kaum perempuan baduy. Sehari-hari selain melakukan pekerjaan rumah tangga biasanya mereka menenun di teras. Sebagian menenun di dalam rumah jika tidak suka ditanyai oleh wisatawan yang datang. Mereka mendapatkan benang untuk menenun dari Tanah Abang. 

Mereka juga menjual aneka souvenir sebagai oleh-oleh yang akan dibawa pulang wisatawan. Souvenir yang biasa dijajakan oleh suku Baduy Luar biasanya berupa: cangkir dari potongan bambu dengan hiasan manual dari logam panas, gelang dari akar-akar pohon, tas dari akar pohon, gula merah, hiasan dari batok kelapa, dll. 

Bertani 

Masyarakat baduy memiliki penanggalan sendiri untuk memulai bercocok tanam. Mereka akan melakukan upacara sebelum menanam padi. Bersama-sama warga baduy dalam dan baduy luar bergotong royong membuat lahan untuk menanam padi. 

Padi hasil panen akan disimpan di dalam lumbung-lumbung yang letaknya terpisah dengan permukiman penduduk. Setiap memasuki desa, yang pertama ditemui adalah lumbung padi. Masing-masing keluarga memiliki satu lumbung. 

Ada 2 aliran sungai di Desa Baduy. Wisatawan boleh mandi di sungai tetapi tidak boleh menggunakan bahan kimia seperti sabun dan shampoo. Mereka menggunakan bambu yang disambung seperti paralon untuk mengalirkan air bersih dari mata air/sungai ke permukiman dan pengairan sawah. 

salah satu desa di baduy, desa kaduketer
Desa Kaduketer, Baduy
sumber: Juliansyah Ariawan Tripvologue

Kapan Waktu Terbaik Berkunjung ke Baduy?

Jika ke sana bulan Januari, biasanya hujan tetapi bisa menikmati buah durian karena sedang musim panen namun biasanya hujan dan jalanan becek yang membuat perjalanan menjadi lebih lama. Sekitar bulan Juli – September jalanan akan lebih kering tetapi saat malam hari sangat dingin. 
Jadi, saran Mas Ari sesuaikan saja dengan jadwal dan kondisi masing-masing, karena setiap waktu ada kelebihan dan kekurangannya.

warga baduy mulai menolak wisatawan karena masalah sampah plastik
sumber gambar: Kompas

Baduy Kini... 

Tanggal 6 Juli 2020, sebagaimana dilansir kompas online, perwakilan masyarakat baduy melayangkan surat kepada presiden, gubernur dan jajaran terkait. Mereka menyampaikan keberatan dengan banyaknya wisatawan yang datang ke Kanekes dan menyebabkan menumpuknya sampah terutama sampah plastik. 

Sebenarnya, di sepanjang jalan dan di berbagai tempat telah disediakan tempat sampah, tetapi masih saja sampah plastik berserakan dan menumpuk. Hal ini bertentangan dengan adat baduy (terutama baduy dalam) yang dekat dengan alam dan menghindari barang-barang buatan pabrik.

Sayang juga sih, apalagi saya ingin sekali ke Kanekes. Semoga ada solusi terbaik, atau mungkin diberi jeda waktu selama beberapa saat tidak menerima wisatawan (sebenarnya masa pandemi ini juga wisatawan dilarang berkunjung) untuk memulihkan kondisi di sana.  
Sekali lagi semoga ada solusi terbaik untuk semuanya dan kita yang belum sempat ke Kanekes pun bisa mengunjungi . Aamiin. 

Semoga bermanfaat, 

Salam,

Posting Komentar untuk "Tur Virtual Desa Baduy Bersama Tripvologue "