Setelah Pandemi Menghilang, Rindu Ini ‘kan Bermuara di Kampung Halaman
Daftar Isi
Kenangan idul fitri 1440 H |
Sebagai perantau, hal yang paling dirindukan adalah pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga, menuntaskan rindu yang menggebu. Maka ketika pandemi covid-19 ini telah hilang, kita sudah bisa bebas untuk beraktivitas di luar, hal yang paling saya inginkan adalah mudik ke kampung halaman.
Mudik Sembari Silaturahmi
Saat ini ketika mendengar kata Semarang dan Wonosobo terbayang sudah
jalanan yang dulu akrab kulewati setiap hari, pagar tanaman di depan rumah yang
selalu rapi, juga pohon duku di depan rumah yang menjulang tinggi. MasyaAllah...
rumah tua sederhana yang sudah rusak di sana-sini tapi menyisakan kenangan yang membekas.
“Semoga nanti kita bisa mudik pakai mobil, entah sewa mobil atau sudah
punya sendiri, biar bisa silaturahmi ke banyak orang di rute Denpasar –
Semarang – Wonosobo PP,” ujar suami.
Saya hanya meng-amin-kan, semoga harapan kami ini bisa terwujud. Maklum,
saat ini kami berada pada 2 pilihan sulit. Jika memilih naik pesawat, anggaran
makin membengkak karena sekarang si Kecil sudah harus membeli tiket penuh.
Sedangkan jika naik bis, akan repot juga karena dia belum lulus toilet training, rentang waktu buang air kecilnya sangat pendek, bisa
setiap 15-30 menit sekali.
Mudik menggunakan kendaraan pribadi akan lebih nyaman, dengan risiko capek
karena suami tidak ada yang menggantikan menyetir. Selain itu, waktunya pun
harus bersamaan, hanya 10 hari PP. Sebelumnya, ketika menggunakan pesawat saya
bisa mudik lebih dulu bersama anak-anak sebelum jadwal cuti suami, sehingga saya
dan anak-anak lebih lama di kampung halaman.
Fyuuuh! Memang hidup selalu
menyajikan banyak pilihan.
Rumah yang penuh kenangan |
Kebijakan pemerintah melarang warganya untuk mudik ke kampung halaman di masa pandemi sudah tepat. Sayang ada banyak orang yang tak punya pilihan lain selain pulang kampung untuk menyelamatkan diri. Di kota tak bisa mendapatkan uang, bagaimana mereka bisa hidup? Jika kembali ke Desa, harapannya ada yang bisa dikerjakan meski serabutan dan biaya hidup yang dibutuhkan jauh lebih kecil dibanding hidup di kota.
“Anak cuku nggak usah pulang, daripada bahaya virus corona!” pesan bapak
mertua hampir setiap hari melalui WA grup keluarga.
Kami pun makin rajin melakukan video
call untuk sedikit mengobati rasa
kangen. Meskipun bertemu langsung tak akan tergantikan dengan pertemuan
virtual.
Bagaimana jika nantinya tetap tak bisa mudik? Tak apa, kami akan mencoba
berlapang dada dengan jalan yang sudah digariskan, meskipun tetap harus
mengupayakan berbagai hal untuk bisa mengunjungi kedua orang tua.
Jelajah Pantai Seputar Jimbaran
Tempat yang sudah saya rindukan selain kampung halaman adalah PANTAI. Tempat
kami biasanya menghabiskan sore di hari libur untuk bermain pasir dan menanti
senja. Saya sudah kangen dengan aroma laut, pasir-pasir yang menempel di kaki, juga
ombak yang kadang ‘nakal’ menghampiri meski kami sudah memilih tempat agak jauh
dari bibir pantai.
Pantai di seputaran Jimbaran memang punya daya tarik tersendiri bagi
wisatawan, termasuk wisatawan lokal. Kontur tanahnya yang berbukit, membuat
jalanan menuju ke sana pun unik karena harus ‘membelah’ gunung batu. Jalannya berkelok-kelok
membuatnya makin eksotis. Belum lagi pasir putihnya, juga warna air lautnya
yang biru cerah dengan sapuan warna hijau tosca.
Ingin rasanya menjelajah banyak pantai di sana, meskipun harus menempuh
perjalanan kurang lebih 1 jam dari tempat tinggal kami saat ini.
Mengunjungi Garuda Wisnu Kencana (GWK)
GWK yang monumental itu, terletak di Ungasan, Kabupaten Badung. Sampai
tahun ke-3 kami tinggal di Bali, malah belum pernah mengunjungi. Alasan klasik
sebenarnya, karena harga tiketnya cukup mahal untuk kantong kami, yang harus
menanggung 4 kepala. Harga tiketnya sekitar 80-100 ribu rupiah/orang,
tergantung waktu kunjungan di hari biasa atau akhir pekan.
Semoga setelah pandemi berakhir dan kita bebas untuk ke luar rumah, kami
berkesempatan mengunjungi GWK. Aamiin.
Masih banyak keinginan kami setelah pandemi, juga tempat-tempat yang
ingin kami kunjungi. Bali bagian timur, Lombok, Labuan Bajo, dst rasanya
memanggil-manggil.
Semuanya belum tentu terwujud, tapi tak ada salahnya saat ini bermimpi.
Karena mimpi itu gratis, dan Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita, kata Arai si
Tokoh Laskar Pelangi. Percaya dengan hal ini? saya sih yes! Karena saya tinggal di Bali pun bisa jadi karena ada
keinginan-keinginan di masa kecil yang kemudian Allah kabulkan setelah belasan
tahun dengan cara yang tak pernah terpikirkan.
Jadi, mari kita selalu berdoa agar Allah menghentikan pandemi covid-19
ini lalu kita bisa beraktivitas seperti sebelumnya. aamiin.
Temans pastinya punya keinginan berkunjung ke suatu tempat, bukan? Jangan
lupa di-share di sini, siap tahu
banyak yang ikut mendoakan semoga terwujud.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam