Pengaruh Baik Covid-19 dalam Kehidupan Kami
Daftar Isi
Kurang lebih sebulan sejak ditemukannya kasus covid-19 positif di
Indonesia. dalam kurun waktu yang cukup singkat ini, seluruh penduduk Indonesia
terkena dampaknya. Ya, tak terkecuali dari lapisan bawah hingga lapisan atas. Bagi
masayarakat kelas atas mungkin efeknya tak sedemikian terasa_atau entahlah
karena belum pernah merasakan_ tapi bagi kaum menengah ke bawah, sungguh
menjadi ujian berat.
Bukan mengeluh, tapi itulah kenyataannya. Lebih-lebih bagi mereka yang pekerjaannya
terhitung harian. Tidak bekerja artinya tidak ada pemasukan. Sementara ada
anggota keluarga yang membutuhkan perhatian, setiap hari butuh asupan makanan
untuk bertahan hidup.
Alhamdulillah, suami saya masih mendapat gaji bulanan meski harus
menerima ketentuan potongan sana-sini. Setidaknya masih ada harapan dan selalu
semoga selalu bisa bersyukur dalam tiap kondisi, bisa mengambil jeda dan
melihat dari sisi lain.
So, kita bahas yang baik-baik
saja deh, ya! Daripada saya curhat dampak negatif yang kami alami akibat
pandemi virus corona. Selain karena setiap orang pasti mengalami_dengan kadar
yang mungkin berbeda_ saya juga takut tulisan saya membawa energi negatif bagi
pembaca.
1. Family Time yang Lebih Panjang
Salah satu hal yang patut disyukuri akibat pandemi ini adalah waktu bersama
keluarga yang lebih panjang dibanding hari-hari sebelumnya. ya, saat kondisi
normal saya sering mengeluhkan jadwal kerja suami yang tak mengenal weekend dan hari libur nasional.
Aturan kerjanya shift, dengan
jatah 2 hari libur selama 1 putaran. Artinya, 1 pekan kerja bagi suami saya
adalah 8 hari, 6 hari masuk dan 2 hari libur. Hanya sekitar 2 bulan sekali kami
bisa mendapat kesempatan suami libur saat akhir pekan, saat anak libur sekolah.
Lebih parah lagi, seringkali tim kerja suami yang bertugas di bandara sering ‘ketiban
sampur’ saat jadwal libur di hari aktif tapi ada kegiatan, mau tak mau harus
patuh menerima surat tugas ‘meramaikan’ kegiatan. Kalau sudah begini, kami para
istri dan anak hanya bisa menarik napas panjang sambil melapangkan dada dan berucap
‘sabar.... ini tugas negara, tak seberapa dibanding TNI atau petugas bagian
pelayanan lainnya yang sama-sama kerja sistem shift’.
Alhamdulillah, sejak semakin meningkatnya kasus covid-19, aktivitas di
bandara berkurang, jadwal kerja suami pun dipangkas. Praktis sekarang hanya
berangkat setengah dari jadwal normal. Tentunya ini juga menjadi sarana supaya
anak-anak lebih dekat dengan ayahnya dan emaknya bisa sering-sering rebahan.
Ups! Kidding!
2. Bonding Keluarga yang Lebih Erat
Sebelum ada corona, kami sering memanfaatkan waktu luang untuk sekadar ‘makan
angin’ keliling komplek berboncengan motor. Itu salah satu cara kami untuk
meningkatkan bonding keluarga di sempitnya waktu bersama. Ya, terkadang saat
suami libur saya memanfaatkan waktu untuk mengikuti kegiatan, gantian anak-anak
bersama ayahnya. Kadang bahkan kami tak memiliki kesmepatan untuk jalan-jalan
keluar bersama.
Alhamdulillah, hampir sebulan ini kami melakukan banyak hal di rumah. Belum
sempurna, namun terasa kedekatan yang lebih baik dibanding sebelumnya.
3. Lebih Disiplin Bersih-bersih Rumah
Sejak menikah lalu punya anak, saya telah menurunkan standar soal
kerapihan rumah. Seringkali saya pura-pura tak melihat ketika banyak mainan
anak berserakan di lantai dan di sembarang tempat. Beresin nanti-nanti,
menunggu waktu mereka tidur di malam hari. Urusan cuci tangan pun, saya merasa
cukup hanya dengan mencuci tangan dengan air mengalir tanpa sabun_maksudnya
tidak setiap saat mencuci tangan dengan sabun.
Sekarang, demi mengajarkan kepada anak juga, saya berusaha lebih
rapi_kecuali bagian tumpukan pakaian kering yang makin beranak-pinak.
Bismillah, anak-anak pun senang ketika diajak bersama-sama mencuci tangan
dengan sabun sambil menyanyikan lagu cuci tangan.
4. Mencoba Hal Baru
Berhubung banyak agenda yang dialihkan via online, mau tak mau kita juga
harus belajar cepat menyesuaikan diri. Alhamdulillah, beberapa kali mengikuti
kelas online via aplikasi zoom dan WA untuk menambah wawasan dan semangat
menyambut Alqur’an.
Di tengah pandemi dan harus berdiam di rumah seperti sekarang ini, bukan
halangan bagi kita untuk terus memperkaya diri dengan ilmu.
5. Makin Rajin Masak
Meminimalisir kegiatan ke luar rumah, mau tak mau harus lebih kreatif mengolah
bahan makanan. terlebih anak-anak harus belajar di rumah, emak pun mencoba
masak seefektif mungkin. Oh ya, entah karena stres belajar di rumah atau karena
tidak bisa sering-sering main ke luar, anak-anak jadi cepat lapar.
Sedikit-sedikit mereka minta makan dan camilan. Akhirnya mencoba membuat
aneka camilan dengan bahan yang ada di rumah. Alhamdulillah, jadi makin rajin
nguprek dapur, nih. Demi anak-anak dan demi misi penghematan supaya bisa bertahan.
6. Sering Video Call dengan Keluarga di Jawa
Biasanya, kami melakukan videocall
bersama keluarga di Semarang dan Wonosobo tiap akhir pekan atau saat ai Ayah
libur. Beruntungnya kita dengan perkembangan teknologi saat ini yang
memungkinkan untuk melepas rindu lewat ponsel pintar.
Sekarang, hampir tiap hari anak-anak heboh meminta videocall dengan kakek/nenek dan tante/Om-nya. Tiap melihat
ayah/bundanya pegang HP, otomatis yang diminta adalah ‘Mbah’ atau ‘nonton
youtube’ hm...
Alhamdulillah, semoga dengan seringnya keluarga melihat keceriaan
anak/cucu, bisa mengurangi stres dan menambah kebahagiaan supaya makin kebal
dengan virus corona. Aamiin.
Alhamdulillah wa syukrulillah, corona hadir di tengah-tengah kita bukan
tanpa sebab, melainkan sebagai peringatan dari Allah. Melalui pandemi ini kita
belajar banyak hal, diingatkan untuk menjaga bumi tempat kita berpijak, dipaksa
untuk ‘menjauh’ dari tempat ibadah dan mengoptimalkan pendidikan keluarga, terpaksa
menjaga jarak dari orang lain dan meminimalisir bergosip, dll.
Last but not least, Every cloud has
the silver line, to whom may concern.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam