Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bidan Sayidah, Berdayakan Perempuan dengan Rajutan

Bidan Sayidah dan keluarga
saat berlibur di Bali

“Assalamu’alaikum, Bu. Saya sedang galau karena sudah kehamilan sudah lebih dari 32 pekan tetapi janin belum juga masuk panggul.”

“Wa’alaikumussalam. Bismillah, Mbak. Selalu positif thinking. Banyak kasus bayi masuk panggul begitu kontraksi mulai. Jadi tenang saja. perbanyak sujud dan rutin konsumsi kurma insyaAllah akan sangat membantu.”

Akhir tahun 2013, saat galau melanda karena menanti persalinan pertama, saya mendapat rekomendasi untuk bertanya kepada bidan Sayidah. Beliau salah satu bidan yang mendukung gentle birth, sangat support persalinan normal.

Meski belum mengenal secara personal dan hanya ‘bertemu’ di facebook, beliau menanggapi pertanyaan saya dengan sangat ramah dan jelas. Waktu itu saya membatin, pantaslah banyak yang merekomendasikan beliau untuk persalinan. Sayang tempatnya cukup jauh dari tempat tinggal saya di Kota Semarang. 
Ya, beliau praktik bidan di Kendal, kabupaten tetangga Kota Semarang.

Qadarullah saat itu persalinan saya berakhir di ruang operasi di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Kota Semarang.

Sekian tahun kami masih sesekali berbalas komentar di facebook, sampai beliau mengabarkan akan ke Bali setelah saya pindah ke pulau Dewata.

Dengan senang hati saya pun menanti kedatangan beliau, tak sabar untuk kopi darat. Sayang saat hari H sebelum beliau kembali ke Jawa, suami saya masuk siang. Bersama suami sudah otw menuju titik pertemuan, qadarullah jalanan macet sehingga diperkirakan waktunya tidak cukup untuk suami bolak-balik.

Huhu... menyesal saya tidak menuruti saran suami untuk keluar sekaligus beliau berangkat kerja, setelah bertemu Bu Sayidah saya bisa pulang sendiri menggunakan taksi online.

Namanya belum jodoh bertemu, ya... saya ngeyel waktunya akan cukup, rupanya di beberapa titik macet dan selainnya ramai lancar. Merayap banget pokoknya di jalan. Mau tak mau kami putar balik karena suami akan bersiap berangkat kerja.

Meski begitu, interaksi kami di WA dan facebook terus berlangsung. Semoga suatu saat bisa berjumpa. Aamiin... 

Belakangan saya mendengar kabar beliau menutup praktik bidan beliau. Saya cukup terkejut, mengingat benyaknya orang yang mengandalkan beliau. Namun tentunya beliau punya pertimbangan dan skala prioritas yang lebih utama. 

“Di tengah keterbatasan ilmu saya dan kemajuan teknologi, saya perlu membuat skala prioritas ketika berada dirumah. Saya PNS 5 hari kerja, berangkat jam 7 pagi pulang jam 5 sore, waktu tersisa hanya beberapa jam saja untuk keluarga, saya nggak siap kalau tiba-tiba Allah memanggil saya sementara ada amanah utama yang tidak tertunai. karena punya anak hakikatnya adalah persiapan perpisahan.. apakah nanti sudah siap ketika saya tinggal? Hanya bisa berdoa dan berusaha,” ujar beliau ketika saya mencoba mengulik mengapa beliau memutuskan untuk berhenti praktik.



“Maka bagi saya melayani keluarga (suami dan anak) itu lebih utama dari pada melayani klien. Supaya ilmu saya tetap bermanfaat saya ada kelas hamil tiap 3 bulan sekali secara kontinyu, dibantu oleh relawan-relawan di Rumah Qur'an Kita Weleri Kendal,” lanjut beliau.

MasyaAllah, niat yang mulia sekali. semoga dimudahkan urusannya. Aamiin. 

Oh ya, saya juga exciting melihat aktivitas beliau merajut dan memproduksi aneka tas, dompet, HPO, boneka Amigurumi, dll. 

Tak hanya merajut sebagai aktivitas dan hobi, beliau juga menjadikannya sebagai usaha sampingan di luar pekerjaan beliau sebagai ASN dan seorang istri sekaligus ibu.

Menyematkan brand D’Nuha, beliau merintis usaha sesuai passion-nya tersebut. Usaha yang beliau jalankan di kediamannya, tepatnya di Jl. Raya no. 131 Kaliwungu, Kendal, Jateng.



“Bulan Juli 2016 saya memulai merintis D’Nuha. Waktu itu karena hobi lama yang tiba-tiba  kambuh, karena sudah nggak praktik bidan. Awalnya saya membuat 1 bross, ternyata banyak yang tertarik lalu memesan. Selanjutnya saya mulai membuat tas, dompet untuk diri sendiri. rupanya teman-teman serta klien-klien kebidanan hampir semuanya memesan,” ujar beliau mengenang awal mulanya beliau nyemplung di bisnis aneka barang rajut.

“Sejak saat itu saya keasyikan berjualan karena rekening nambah terus. Heheheh,” tambahnya sembari berseloroh. 

Aih, menyenangkan memang ya, mendapat penghasilan dari hobi yang kita tekuni. Tak harus menjadi penghasilan utama, sekadar menjadi usaha sampingan pun pastinya sangat puas terlebih jika bisa memberi manfaat untuk sesama. 

Bu Sayidah mengaku menjadikan semua golongan sebagai target penjualan, meskipun lebih banyak diterima oleh lapisan menengah ke atas karena harganya yang cukup tinggi.

“Namanya rajutan, dibuat dengan dedikasi tinggi. Butuh waktu lama dalam pengerjaannya. Bahan yang saya pilih pun bahan berkualitas. Tentu harganya juga menyesuaikan. Untuk dompet harganya berkisar 100-200 ribu, sedangkan untuk tas mulai dari 150 ribu hingga 1 juta, untuk boneka Amigurumi mulai 50 – 200 ribu rupiah.”

Betul sekali, Bu Sayidah. Adik kandung saya juga punya usaha serupa, dan saya pusing sendiri kalau melihat dia sedang konsentrasi merajut. Soalnya saya beberapa kali pernah belajar merajut namun berakhir zonk, saya belum juga bisa mengikuti pola dan instruksi. 

Saat ini, penjualan beliau lebih banyak melalui online (baik IG, WA, dan Facebook) dan getok tular alias dari mulut ke mulut. Selain itu beliau juga menjual secara offline di Kantor Pajak Kabupaten Batang. 

 “Saya berniat menekuni usaha ini bukan hanya bisnis pribadi, tapi bisnis ummat, tujuan saya supaya banyak keluarga yang tertolong dengan peningkatan ekonomi tanpa seorang ibu harus meninggalkan rumah. Karena produk ini bisa dikerjakan kapanpun dan di manapun. Dengan begitu keluarga tetap terurus dan ibadah mereka diharapkan akan lebih khusuk. Maka setiap ada order tidak saya kerjakan sendirian, bisa berjamaah, dan bagi yang ingin latihan saya ajarkan dengan gratis, harapannya kalau sudah bisa dan profesional bisa berkarya sendiri, bisa jualan sendiri tanpa terikat dengan saya. Dan ketika  ada orderan pun mereka bisa saya mintai tolong dengan sistem bagi hasil.”



Saat ini ada  sudah 4 orang yang membantu beliau dalam produksi rajutan. Dengan jaminan kualitas produk yang bagus, harga bersaing, dan jarang dijumpai produk serupa di tempat lain terutama produk boneka (amigurumi), beliau yakin D’Nuha mampu bersaing di kancah usaha crafting terutama rajut/knitting

Berkaitan dengan omset bulanan, beliau mengaku bekerja sesuai kemampuan dan tidak memaksakan modal, sehingga berharap tak ada masalah di usaha yang beliau tekuni tersebut. Aamiin... 

Salut dengan pengorbanan dan konsistenti beliau untuk memberi manfaat bagi umat. Semoga senantiasa istiqomah dan D’Nuha makin sukses dan berkah. Aamiin. 

Yuk Temans, yang butuh dompet, tas, atau ingin punya barang-barang dati rajut, bisa pesan ke Bu Sayidah. 

Semoga bermanfaat,

Salam,

Instagram Bidan Sayidah:
https://www.instagram.com/sayidaheko

5 komentar untuk "Bidan Sayidah, Berdayakan Perempuan dengan Rajutan"

  1. Alhamdulillah, pemberdayaan kaum perempuan semakin bagus saja ya Mbak.

    BalasHapus
  2. Hasil karyanya bagus-bagus ya Mbak, jadi ingin ikut membuat juga nih.

    BalasHapus
  3. Semangat teru Mbak, semoga semakin maju dan menghasilkan yang bermanfaat.

    BalasHapus
  4. Bagus-bagus Mbak, lucu-lucu deh, jadi ingin memilikinya hehe.

    BalasHapus
  5. Program yang sangat bermanfaat Mbak, semoga semakin sukses kedepannya.

    BalasHapus