Dini.id hadir sebagai Startup yang membantu Orang Tua Menangani Speech delay Anak
Daftar Isi
Startup Dini.id hadir untuk membantu Orang Tua Menangani Speech delay Anak
“Ayah! Ayah!”
“Mamamama!”
“Papapapapa!”
Hingga usianya sampai 23 bulan, Baby
Salsabila masih bubling, belum bisa
mengucapkan kata-kata dengan jelas. Hanya kata ‘Ayah’ saja yang sangat jelas
berikut intonasinya saat memanggil. Hal ini tentu membuat saya sebagai ibunya
merasa khawatir, jika dia mengalami speech
delay, sesuatu yang menjadi momok bagi orangtua.
Saya terus menggali informasi tentang speech
delay, sembari terus memberikan stimulasi dan motivasi untuk Salsabila
bicara. Sebulan lagi jika perkembangannya belum baik, rencana baru akan saya
bawa ke dokter tumbuh kembang anak. menurut beberapa orang, Salsa malas
ngomong, karena ketika diperi instruksi dia selalu menjalankan dan esoknya pun
masih mengingatnya. Allahua’lam, saya masih butuh eksplorasi lebih dalam
mengenai tumbuh kembang anak terutama urusan kemampuan bicaranya.
Sayangnya, banyak orang tua yang masih kurang aware terhadap masalah speech delay. Mereka menganggap
sepele mengenai keterlambatan berbicara pada anak usia dini. Beberapa ada yang
percaya mitos bahwa perkembangan berbicara anak bisa saja terlambat karena
perkembangan di bidang lain lebih cepat.
Menurut Psikiater Konsultan Anak & Remaja, dr. Anggia Hapsari, SpKJ
(K) , perkembangan berbicara pada anak memiliki tolok ukur. Misalnya usia 12
bulan anak harus memiliki 1 kosa kata baru selain kata yang sudah harus
dimiliki sebelum usia tersebut. Dan seterusnya.
“Tolok ukur perkembangan bicara
dan bahasa itu sebagai tolok ukur perkembangan kognitif mereka, intelektual
mereka. Jadi menentukan perkembangan pada tahap-tahap selanjutnya,” katanya
saat ditemui di Apple Bee Playground, Mal Taman Anggrek, Jakarta, Sabtu (31/8/2019).
Lebih lanjut dr. Anggia mengakatakn bahwa mereka yang mengalami speech delay akan memiliki risiko
terkena gangguan jiwa juga ternyata, depresi, ansietas/kecemasan. Bagi mereka
semua perasaan itu tidak nyaman, tapi mereka belum bisa mengungkapkan emosi
mereka. Perasaan sedih, marah, kecewa, dll belum bisa tersampaikan karena
mengalami keterlambatan berbicara.
Menurut penelitian, ada banyak faktor penyebab speech delay, salah satunya faktor lingkungan yang deprivasi.
Faktor ini dapat dilihat ketika orang-orang di lingkungan mengharapkan kemampuan
anak yang lebih dari milestone-nya.
“Contohnya, ada anak baru umur 3 tahun udah pakai 3 bahasa: Indonesia,
Mandarin, Inggris. Kalau anak yang nggak ada gangguan itu nggak masalah, tapi
anak dengan gangguan itu kacau balau,” jelasnya.
Kalau dipaksakan kepada anak yang tidak mampu, imbuhnya, itu akan mempengaruhi
kemampuan kognitif mereka. Dampak lain yang mungkin terjadi seiring
perkembanganya yaitu prestasi akademik akan berkurang, anak menjadi pencemas
tinggi, interaksi sosial anak juga akan memburuk. Hal ini tentu sangat membahayakan
masa depan anak itu sendiri.
Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan upaya pencegahan maupun
penanggulangan kepada anak yang terdeteksi speech
delay. Anggia menganjurkan untuk sering mengajak anak bermain, bukan hanya
memberikan mainan.
Masalahnya, saat ini banyak orangtua yang mengabaikan anaknya karena gadget dan membiarkan mereka terpapar gadget juga. Kejadian seperti ini
membuat anak bersikap pasif.
“Harus terjadi interaksi dua arah antara orang tua dengan anak. Dengan
interaksi dua arah itu, akan membantu anak berkembang kosa katanya, kemampuan
emosinya juga akan berkembang. Ajak main sesering mungkin, bermain yang
bener-bener bermain,” katanya menganjurkan.
Cara lain selain bermain, yakni dengan bercerita, bernyanyi, bermain
peran, berinteraksi dengan anak sebayanya, serta memberikan tanggungjawab
sesuai dengan usia anak. Ia melanjutkan tiap usia memiliki standar yang harus
dilalui anak agar tidak terjadi speech
delay.
“Latih anak untuk bisa mengucapkan kata-kata konsonan, misalnya, dilatih
dengan flash card,” pungkasnya.
Para peserta dan pembicara launching website www.dini.id (Foto: dok. Faidah Umu Sofuroh) |
Terkadang orangtua mengalami kesulitan dalam memberikan stimulasi terhadap anak. faktor kurangnya informasi menjadi penyebab utama. Oleh karena itu, kini hadir solusi yang bisa dipilih oleh orangtua untuk melakukan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak yaitu Dini.id.
Dini.id adalah startup yang
khusus dirancang untuk memberikan program stimulasi dan intervensi dalam tumbuh
kembang anak dengan memadukan antara teknologi, ilmu psikologi, orang tua, dan
tim ahli.
Meski tergolong baru, Dini.id telah memiliki beberapa Program, yaitu:
- Sistem assessment online gratis di website www.dini.id yang dapat mengidentifikasi keterlambatan dan potensi dalam perkembangan anak.
- Kelas stimulasi dan intervensi sambil bermain yang dilakukan di playground-playground mitra yang dirancang untuk mengaktifkan neuron dalam otak sehingga meningkatkan perkembangan kognitif dan menjadi dasar perkembangan tahap selanjutnya terutama untuk belajar.
- Program assesment, observasi & investigasi berkala yang disupervisi oleh psikiater dan psikolog klinis untuk mengoptimalkan perkembangan anak yang berbeda-beda dan unik.
Semoga dengan fasilitas dan program yang disediakan oleh Dini.id,
orangtua akan lebih mudah mendapatkan informasi untuk stimulasi anak. selain
itu, dengan stimulasi dan intervensi dalam tumbuh kembang anak, diharapkan speech delay yang terjadi pada anak akan
menghilang.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Posting Komentar
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam