Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenangan Merancang Pernikahan dengan Budget Minim


Kenangan Merancang Pernikahan Sederhana dengan Low Budget

“Saya mau jujur, nih. Waktu saya kirim proposal menikah, di biodata saya tuliskan penghasilan saya sekian. Tapi, saat ini saya sedang collaps, usaha saya bangkrut. Bagaimana? Nikahnya mau dipending, dibatalkan, atau lanjut? Silakan dipertimbangkan matang-matang.”
Kuhela napas panjang begitu sambungan telepon darinya usai. Seperti sarannya, aku kembali meminta petunjuk lewat sujud-sujud istikharahku. Tak lupa berdiskusi dengan bapak dan mamak, sebagai orangtua yang tentu telah makan asam garam pernikahan.

“Bismillah, Allah maha kaya yang akan memberi rezeki kepada setiap hamba-Nya. Ingat janji Allah bahwa Dia akan menjadikan kaya seorang pemuda miskin yang menikah. Asal kalian mau terus berusaha dan bersabar, akan sulit di awal tentunya.”
Bapak memberikan wejangan yang membuatku makin mantap untuk melanjutkan pernikahan dengan segala konsekuensinya. Hanya dalam waktu kurang lebih sebulan kami menyiapkan segalanya.



Undangan Penuh Kenangan

Kami ingin pernikahan kami diadakan dengan sederhana dan low budget. Jika perlu kami hanya akan mengundang keluarga besar dan sahabat saja.
Rancangan perhelatan nikah telah kukirimkan lewat email, mulai dari hal-hal yang kuinginkan sampai alternatif yang bisa diambil. Kami rancang semuanya dengan berbagai pertimbangan supaya anggaran bisa seminimal mungkin.
Sejatinya kami tidak menyebar banyak undangan karena keluarga besar pun sudah cukup banyak. Untuk keluarga besar memang tidak berlaku undangan, karena perwakilan keluarga langsung mendatangi sekaligus silaturrahim dan memohon doa restu.
‘Kalau begitu, undangan cetak sendiri saja, beli blangko undangan nanti saya buatkan desain isinya.’ Tulisnya di email, menjawab beberapa opsi yang kutulis.
Aku pun segera berburu blangko undangan murah yang cukup elegan dan mudah untuk dicetak dengan printer biasa. Kuukur presisi undangan itu agar dia bisa membuatkan desain. Setelahnya kucetak sendiri dengan printer pinjaman. Jangan kira proses mencetak itu selancar menggunakan kertas biasa. Aku harus merelakan beberapa lembar blangko yang rusak karena salah mencetak. Belum lagi printer ngadat, warna belepotan, listrik mati, dll.
Alhamdulillah, undangan tak seberapa itu akhirnya bisa selesai tepat waktu dan disebarkan kepada sahabat dan keluarga jauh.



Mahar dan Seserahan Sepenuh Perjuangan

“Pernikahan yang paling besar keberkahannya ialah yang paling mudah maharnya.” (HR. Ahmad).
Saat ditanya minta mahar apa, aku teringat sebuah hadits Rasulullah. Maka aku hanya meminta mahar emas dan menyerahkan padanya sesuai kadar kemampuan dirinya. Oh ya, aku juga meminta tambahan seperangkat alat salat dan Alquran.
“Buat seserahan, pasti nggak mau kan kalau dusuruh datang ke Semarang dan belanja di sini? Kalau kukasih mentahannya gimana? Belanja sendiri sesuai kebutuhan seserahan apa aja.” katanya di telepon sewaktu kami membahas acara pernikahan.
“Ya, aku belanja sendiri. Tapi untuk mahar tolong belikan ya,”
“Maharnya seperangkat alat salat, Alquran ‘Miracle The Refference’, sama cincin kan?” tanyanya memastikan.
"Iya,"
"Kalau cincin beli sendiri gimana? Biar pas di jari,"
"Hm.. Yadeh nanti aku beli sendiri."
"Oke. Semoga lancar semuanya."
Lalu dia menutup sambungan telepon setelah mengucap salam.
Bagi orang lain, mungkin tidak lucu harus membeli semuanya sendiri. Tapi bagiku, inilah cara agar isi seserahan bisa sesuai denganku, tidak merepotkannya memilih perintilannya, dan yang jelas menjaga interaksi kami. Kami sadar, jika aku harus ke Semarang, belum tentu ada yang bisa menemani belanja. Pun, kami ingin semua proses ini tertutup. Diam tapi mengejutkan banyak orang saat undangan kami launching.
Aku kembali ngubek-ubek pasar Wonosobo mencari barang-barang yang pas untuk isi seserahan, ditemani sepupu dan teman seperjuangan.
Masalah kembali muncul, siapa yang akan memolesnya menjadi hantaran cantik? Tanya sana-sini, biaya jasa membuat hantaran berkisar mulai Rp.25.000 belum termasuk bahan-bahan pelengkapnya. Kenapa tidak buat sendiri saja? Tiba-tiba pikiran ini muncul, hanya bermodal ‘kadang membuat parcel buah saat di kampus’. Bismillah, setelah browsing dan melihat-lihat hantaran di toko sebagai referensi, akhirnya selesai juga semua hantaran itu kubuat. Terimakasih banyak sahabat 'lingkaran cinta' yang juga membantuku.



Gaun dan Hijab Syari Tutupi Diri

Aku pernah mendambakan saat menikah kelak, akan membuat desain gaun nikah syari sendiri. Urusan menjahit akan kuserahkan pada Pakde/Bude dan kakak sepupuku yang penjahit andal. Namun kenyataan tak seindah impian. Alih-alih membuat gaun nikah dengan biaya mahal, lebih baik menyewa sekaligus di salon tempat rias pengantin.
Beruntung, saat itu ada seorang kenalan yang memiliki salon muslimah. Aku mengenal beliau dan sering bertemu dalam berbagai kesempatan.
Kuutarakan keinginanku untuk menggunakan jasa rias beliau dengan konsep pernikahan  low budget. Alhamdulillah.. Sungguh pertolongan Allah itu dekat. Dengan hangat beliau menyambut dan mendukung meskipun dengan biaya minim. Beberapa hal 'digoyang' dan 'dipangkas' agar dekorasi dan resepsi sederhana bisa tetap apik tanpa mengeluarkan dana berlebih. Bahkan beliau meminjamkan beberapa barang yang kubutuhkan tanpa meminta tambahan biaya. MasyaAllah... Semoga usaha beliau makin sukses dan banyak memberi manfaat.
Hari itu untuk pertamakalinya wajahku dirias tebal. Satu hal yang sangat kusayangkan, karena kondisi wajah tengah berjerawat beliau pun memoleskan make up sedikit lebih tebal dari keinginanku supaya jerawat tersamarkan. Selainnya, sungguh ku sangat berterimakasih kepada beliau yang merancang hijab untuk akad dan resepsi sesuai dengan keinginanku. Pun dengan syarat tanpa kerok alis dan bulu mata palsu yang kuajukan.
Pagi hingga sorenya aku menjadi ratu sehari, mengenakan busana nikah berupa gamis dengan tambahan outer berbahan tile. Sederhana, dan mungkin untuk pertamakalinya aku tampak anggun.
 
Souvenir saat nikahan adik, hasil kreasi sendiri
Souvenir Tak Harus dieliminir
Bagiku, mendapat souvenir saat menghadiri undangan pernikahan adalah kebahagiaan tersendiri. Terlebih jika buah tangan yang didapat sangat bermanfaat.
Aku pernah merancang jika menikah, akan memberikan souvenir barang-barang yang sangat bermanfaat dan ramah lingkungan. Diantaranya bibit pohon, benih sayuran untuk hidroponik, kaktus, atau foldable bag serbaguna yang bisa digantung di tas atau masuk kantong baju/jaket supaya bisa digunakan sewaktu-waktu untuk program diet kantong plastik.
Namun dengan berbagai pertimbangan termasuk dana, pilihan untuk membuat sendiri souvenir pernikahan pun diambil. Saya memiliki 2 adik perempuan yang sangat telaten membuat membuat aneka pernak-pernik seperti bros, pigura, gantungan kunci, dll.
Kami juga pernah memiliki impian bersama mempunyai workshop craft. Jika sebelumnya kami hanya menjual pernak-pernik dalam jumlah terbatas dan dijual dari mulut ke mulut, maka souvenir nikah ini akan menjadi 'launching' produk kami. Bernama 'D'Sister's Craft'. Anggaplah semacam promosi.
Kami memanfaatkan kain perca dari pakde dan bude yang menjadi penjahit. Kain-kain itu kami gunting, lipat dan susun sedemikian rupa sehingga menjadi bros cantik. Kanzashi namanya, yang tahun itu sedang menjadi tren aksesoris perempuan. Selain itu, aku juga membeli kain flanel untuk dijadikan kreasi gantungan kunci karena stok perca yang kurang mencukupi. Satu-persatu pernak-pernik itu kami buat di sela urusan pekerjaanku, juga kuliah adik-adikku. Meski sangat sederhana, souvenir kecil itu dibuat sepenuh dedikasi dan cinta.



Menikah Sarat Barakah

Pagi yang dingin, Penghulu telah siap di panggung tempat akad nikah akan berlangsung. Petugas KUA yang mendampingi penghulu telah bersiap dengan berkas-bekas. Lagu-lagu pernikahan terlantun dari pengeras suara. Dia pun telah datang bersama keluarganya sejak pukul 6 pagi, membelah dinginnya Wonosobo.
Aku menunggu dengan gundah, waktu seolah berhenti bergerak. Detik demi detik terasa amat lambat. Tetamu telah memadati kursi yang disediakan, dadaku makin bergemuruh begitu kulihat sekeliling.
Penghulu mulai mengecek data calon suami dan istri, tak ada pilihan lain selain aku harus duduk di majlis ijab kabul. Kulihat bapak tak bisa menyembunyikan kegugupan di wajahnya. Beliau seperti tengah memikul beban berat, gundah karena sebentar lagi akan menyerahkan tanggung jawab anak perempuan pertamanya kepada laki-laki lain. Laki-laki yang belum lama dikenalnya.
Bapak akan menikahkanku dengan laki-laki itu, sendiri tanpa mewakilkan. Ucapan ijab dan kabul dalam Bahasa Arab telah disiapkan. Bapak membaca taawuz, basmallah, syahadat, lalu mengucapkan ijab yang disambut dengan ucapan kabul darinya. Aku kembali gugup, khawatir jika dia lupa karena grogi.
MasyaAllah, rupanya dalam sekali tarikan napas dia mengucapkan lafaz kabul dan disambut dengan ucapan 'sah' dari dari saksi dan tetamu. Gemuruh tahmid memenuhi majlis.
Penghulu melantunkan doa pernikahan. Kesiur angin membuat bulu kudukku berdiri, lalu lembut membelai, mengirimkan bahagia. Seolah malaikat dan semesta ikut melangitkan doa dan harapan suci.
Bismillah, perjanjian suci di hadap-Nya telah tercipta, sepasang anak manusia meniti perjalanan ibadah setengah agama. Semoga keberkahan melingkupi selamanya.

Ketika Harus Memilih antara Gedung atau Rumah

Bagi orang desa sepertiku, menikah di rumah bukanlah perkara yang sulit. Halaman rumah bapak cukup luas untuk kami jadikan sebagai tempat acara. Jika tak cukup, kami bisa meminjam halaman rumah tetangga yang tak berbatas. Bahagianya menjadi orang desa. Jika halaman tak memungkinkan, bisa menggunakan gedung serbaguna desa dengan biaya terjangkau. Berbeda lagi dengan orang berduit, mereka bisa menyewa aula pertemuan salah satu universitas yang masih di kecamatan kami, hanya sekitar 3 KM dari desaku.
Gedung atau rumah? Pertanyaan ini menjadi pertimbangan berat bagi yang akan menikah. Di rumah tentunya akan lebih murah namun harus memikirkan segala kerepotan dan konsekuensi yang ada. Jika di gedung, biaya menjadi jauh lebih besar namun lebih praktis karena tamu pun hanya datang di waktu yang telah ditentukan.
Jadi, harus memilih di gedung atau rumah? Kembali ke kebutuhan masing-masing dan anggaran yang tersedia. Jika dana tersedia, tentu tak perlun dipusingkan lagi dengan hal ini. namun jika tidak, pikirkan matang-matang karena kehidupan setelah pernikahan itu lebih penting daripada memaksakan pesta pernikahan meriah.

Ilustrasi:Grand Galaxy Convention Hall Bekasi



Tips Merencanakan Pernikahan Low Budget

Kami menikah tahun 2013 dan menghabiskan kurang lebih 15 juta rupiah. Sayang sekarang sudah lupa rinciannya, jadi kurang lebih aja ya, sebagai berikut:
  • Dekorasi, rias, dan dokumentasi: 3.000.000 (kami hanya memesan foto biasa, bukan paket eksklusif, tanpa video)
  • Biaya pendaftaran pernikahan: 500.000 (sudah termasuk biaya imunisasi TT)
  • Sewa sound system: 500.000
  • Souvenir: 500.000 (buat sekitar 300 souvenir, dikerjakan bertiga dengan adik-adik)
  • Gedung: 0 (karena diadakan di rumah)
  • Sewa tratak: 1.000.000 (selama 3 hari)
  • Konsumsi: 8.000.000 (biaya ini paling besar karena datang tradisi di desa, kondangan sejak H-3 akad nikah meskipun tidak sebar undangan).
  • Lain-lain: 1.500.000 (maafkan ku lupa biaya apa lagi waktu itu)

Biaya di atas adalah biaya yang paling penting diluar mahar dan seserahan ya, Temans! juga diluar biaya (semacam) ngunduh mantu dari Wonosobo ke Semarang. Jadi, biaya itu untuk resepsi pernikahan sederhana saja.
Oh ya, kebetulan di desa tidak ada tradisi standing party dengan menyediakan aneka menu makanan. Makanan yang disediakan ada aneka snack (dengan menu wajib lemper, lainnya menyesuaikan kemampuan) dan minum teh ketika tamu datang, lalu makan besar prasmanan. Biasanya menu wajibnya ada olahan daging sapi, ayam, dan telur puyuh/ikan. Sedangkan sayur, buah dan menu lainnya bebas disesuaikan yang punya hajat.
Jika memiliki dana terbatas, beberapa tips bisa kita lakukan:
  • Luruskan niat, kembali mengingat bahwa menikah adalah ibadah, jadi pentingkan nilai keberkahannya.
  • Cari Wedding Organizer yang bisa memberikan saran seputar pernikahan yang sesuai dengan budget, seperti @bantunikahan.
  • Jika memungkinkan, beberapa hal lakukan sendiri untuk mengurangi beban pengeluaran.
  • Langsungkan akad nikah di KUA (dengan biaya 30 ribu rupiah), setelah itu walimah/resepsi di rumah/gedung.
  • Dokumentasi bisa memanfaatkan jasa teman yang bisa fotografi, tak perlu buru-buru mencetak foto jika dana terbatas.
  • Sederhanakan undangan, alihkan untuk biaya konsumsi.
  • Tutup mata dan telinga serta lapangkan dada dari gunjingan dan nyinyiran orang

Alhamdulillah, meski pernikahan kami sangat sederhana dan setelahnya kami melalui jalan yang tak mulus, ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari semuanya. Masyaallah subhanallah walhamdulillah.
 
Setelah hampir 7 tahun menikah


Rumah Tangga Menuju Surga

Hei, engkau yang kini telah menjadi suamiku, imamku, kakakku, 'teman gila'ku, ayah yang baik untuk anak-anak yang terlahir dari rahimku.
Ketahuilah, saat ijab kabul itu aku berdesir hebat. Juga saat mencium tanganmu. Cesss..seperti kulitku bersinggungan dengan sebongkah es. Ada rasa hangat menjalar di dada, meski kujuga tahu bibit cinta baru mendapat tempat untuk tumbuh, dan harus kita siram tiap saat supaya ia sempurna.
Gugup, jantungku berdegup kencang dan berdebar saat fotografer memaksa kita berpose sebegitu dekat. Lihatlah foto pernikahan itu, terlihat sekali ekspresi kaku saat harus berpose berdua layaknya pasangan halal.
Hari itu aku berkali-kali meyakinkan diri bahwa aku tak sedang bermimpi, bahwa aku telah menjadi istri seseorang, dan hari-hari selanjutnya akan berbeda.
Waktu berlalu, dulu kita hanya berdua kini telah berempat dan entah sekian tahun ke depan akan menjadi berapa anak kita.
Masih kuingat masa-masa adaptasi yang sungguh berat. Juga masa-masa perjuangan mengais rejeki-Nya. Ada salah paham, ada saling memaafkan, ada tangis, ada rindu, ada marah, kecewa, dan selaksa rasa yang akhirnya kutahu bahwa itulah warna cinta. Tak hanya warna merah jambu tapi juga merah, hitam, kuning, biru, ungu.
Konon semakin tinggi pohon tumbuh, akan semakin kencang angin yang menerpa. Semakin tinggi mendaki, semakin terjal jalan yang harus dilalui. Namun jerih payah mencapai puncak sepadan dengan keindahan yang didapat di atas sana. Mari melangkah, makin erat bergandeng tangan.
Aku bukan perempuan sempurna, pun kau juga bukan tak ada cela. Kita ada untuk melengkapi dan mengisi kekosongan hati. Menikah denganmu, membangun rumah tangga bersamamu, semoga kekal hingga surga. Aamiin...

Semoga bermanfaat.

72 komentar untuk "Kenangan Merancang Pernikahan dengan Budget Minim"

  1. Waah toss dulu rin aku dulu pas nikah jugs konsepnya nentuin sendiri padahal waktu efektif buat nyiapin semuanya cuma sekitar dua minggu aja..but full of fun...

    BalasHapus
  2. Wah ada acara wedding nih ya Mbak, apalagi itu ada hadiahnya juga nih ya hihi

    BalasHapus
  3. Merancang pernikahan itu memang harus sangat matang nih ya Mbak, nggak boleh gusa grusu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas aku sih ngrambyang gitu Mbak.. Banyak bocor sana sini.hehe

      Hapus
  4. Wah jadi keinget pernikahannya nih ya Mbak, semoga selalu menjadi keluarga yang samawa ya

    BalasHapus
  5. Tambah berkah pernikahannyaaa

    Jadi nih Mbak Arina beli seserahan sendiri, lucu. Waktu Kakakku nikah, aku nanya soal make up sama calonnya biar kepake kan bedak dan lainnya. Kalau barang2 lain, standar sih. Aku, entah gimana nanti. Kayanya mau mentahnya aja dan beli after nikah, wahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Makasih, Mbak..

      Iya, jadi dulu kan kami ta'aruf, dan nggak nemu cara gimana biar enak, awkward kalau belanja bareng.Akhirnya aku dikasih mentahan aja belanja sendiri 😄

      Hapus
  6. Wahhh, gedung pernikahan di Bekasi kece amaattt yak
    Itu tips pernikahan low budgetnya mantab jiwa, kakaaa
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, apalagi gedungnya juga bisa nyesuaiin bajet

      Hapus
  7. Kakakku waktu nikah juga apa2 diurus sendiri. beli seserahan, ngehiasnya, cari segala macem :D aku ya nurut aja ngikutin kemana, sekalian liat2. hahaha!
    Budget minim bukan berarti gak bisa bikin acara ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, pinter2 ngerancang aja. Tapi pasti akan lebih nyaman kalau dananya besar, hehe

      Hapus
  8. Mbk arina imuutt, cantiikk pas nikahan. Btw baca bekasi wedding exhibition yg dikau tulis di atas, aku jd pgn melipir ke sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. Maluuu sebenarnya pasang foto itu 🙈 aku kan gapernah rias Mbak, jadi pas nikah baru pertamakalinya bold make up gitu, jadi aneh

      Hapus
  9. Aku jadi teringat waktu mempersiapkan pernikah. Budget yang kami miliki juga sangat minim. Jadi kami bikin undangan juga sendiri, hihihi.

    BalasHapus
  10. Jadi ingat, kami gotong royong bikin sovenir utk resepsi pernikahan dari 2 kakakku.. Bukan hanya ngirit budget namun juga senang rasanya bisa terlibat langsung di hari penuh kesan itu..hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, pas adikku malah bikin buket bunga sendiri juga

      Hapus
  11. Pernikahan memang mesti direncanakan dai berbagai aspek ya, bukan hanya keuangan saja, karenafaktor uaang hanya saa satu hal di sebuah pernikahan.

    BalasHapus
  12. Toss mbak. Aku juga dulu pas nikah semua dikonsep sendiri. Mulai dari ucapan terimakasih dan undangan. Kebetulan rias juga dari tetangga sebelah. Pilih gedung biar gak capek beberes aja sih. Tapi sama sama low budget hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lebih praktis di gedung. Kalau di desa mah malah ribet kalau mau di gedung

      Hapus
  13. Baca kisahnya Mbak Arina hati ikutan membuncah. Ini cerita luar biasa. Pantang mundur ya demi membangun rumah tangga. Meski di awal penuh tantangan begitu, syukurlah semuanya berjalan dengan lancar ya, Mbak. Ikut mendoakan semoga berkah dan rezeki terus melimpah ya.

    BalasHapus
  14. Mau sedehana atau mewah, pernikahan hanya awal mula masuk ke tahap baru ya, Mbak. Perjalanannya masih sangat panjang hehehe. Tetapi, itu gedungnya bagus, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagus banget gedungnya... Kalau deket pengen datang ke pameran

      Hapus
  15. mempersiapkan pernikahan itu emang agak agak rempong yaaa, mau sederhana maupun mewah tetep nih sama rempongnya hihihi, emang harus dipersiapkan dari jauh2 hari biar ga lebih rempong lagi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya,kalau bisa harus bener2 matang. Kalau aku keknya full nyiapin itu udah H-15

      Hapus
  16. Resepsi low budgg gak papa laah. Sekarang apalagi tuh kan ngetren pernikahan yg intimate hehehe yg penting after weddingnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sekarang banyak yg nikah dihadiri keluarga sama sahabat aja

      Hapus
  17. Wah jd inget zaman mau nikah dulu..aku gak ikut riweuy solanya lagi sibuk kerja dan kuliah..jd ga tau menahu...kalau dipikir aku wkt itu kok kekanak Kanakan banget..huhu .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe. Saya ribet soalnya nikah beda kota dan ada beda adat,

      Hapus
  18. Aku.juga dulu beli sendiri perlengkapan nikaahan. Bareng suami ding karena mertua bilang, yang tahu kebutuhan kan pengantin perempuan, hihihi

    Arina imut bener nih, semoga asmara selamanya ya Rin. Pernikahan sederhana atau mewah punya takdir nya masing-masing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak...

      Iya, mewah atau sederhana yang paling penting akad nikahnya

      Hapus
  19. Sudah banyak yang melakukan itu ya mbak sekarang, maksudnya beli seserahan sendiri. Kalau menurut aku juga lebih praktis sih dan gak mubazir soalnya sesuai dengan pilihan kita Insya Allah terpakai semua. Daripada dibelikan nanti gak cocok.
    Aku dulu milihnya di rumah padahal ditawarkan di gedung juga. Tapi kalau lihat sekarng mending di gedung deh gak repot beres-beres :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, dulu aku malu kalo mau dibeliin atau belanja bareng, jadi beli sendiri aja

      Hapus
  20. Jadi ingat dulu pernikahanku pun dengan budget minim. Tapi Alhamdullilah bisa mengundang kerabat dan saudara. Moga pernikahannya langgeng ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Makasih Mbak.. Doa yang sama untuk Mba Eni 😊

      Hapus
  21. Alhamdulillah walaupun penuh perjuangan, semuanya sudha berjalan lancar ya mba. Siapkan pernikahan tuh emang butuh kesabaran dan kekompakan dari dua pihak :)

    BalasHapus
  22. Masya Allah lebih baik jujur begitu dari awal jika sedang kesulitan keuangan, daripada setelah nikah bingung melunasi sana sini. Alhamdulillah sekarang sudah bahagia dikaruniai keturunan yg sempurna. Ikut seneng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, Mbak.. Justru jungkir balik sejak awal nikah jadi kisah tak terlupakan 😊

      Hapus
  23. Kalau pakai WO seperti itu vendornya sudah ditetapkan atau kita dikasih alternatif buat milih sih? Paling penting memang vendornya harus kompak. Kalau ada WO enak, ada yg koordinir, kitanya nggak pusing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya ada pilihan, misalnya kita mau X tapi bajet hanya sekian, nanti dikasih alternatif sama WOnya

      Hapus
  24. Semua tergantung budget ya kak menurut saya. Kalau punya budget banyak ya ga papa lah ya merayakan mewah gt tapi kalau budget seadanya ya silahkan saja menyesuaikan budget sing penting menurutku sah di mata agama dan hukum hehe. Semoga mba dan suami bahagia selalu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...

      Betul, yang penting sdh halal dan pencatatannya ke negara juga

      Hapus
  25. Hampir sama, usia pernikahan kita 7 tahun ya. Semoga tetap langgeng sampai maut memisahkan ya. Amin.

    BalasHapus
  26. Sekarang lebih banyak orang memilih pernikahan di gedung ya. Soalnya emang gak bikin kita jadi ribet, praktis pula.

    BalasHapus
  27. Aamiin, semoga setiap pernikahan Allah mudahkan untuk meraih sakinah, mawaddah dan warahmah. Menikah itu mudah ya Mba, bisa tetap dengan low budget. Alhamdulillah

    BalasHapus
  28. Sama banget ama aku kak, undangan nikahnya cetak sendiri hehehe, dan emang terbukti jadi lebih hemat yaa...

    BalasHapus
  29. Aku dulu juga nikah low budget banget Rin. Undangan aja sampai dibantuin temen, dia yang desain kemudian dicetak di kertas bolak-balik, nggak pake dilipet-lipet. Dia bilang, ngapain juga undangan mahal-mahal, ntar an juga dibuang. Bahagia banget rasanya dibantuin para teman yang akhirnya pernikahanku bisa berjalan dengan sangat lancar.

    BalasHapus
  30. yang penting kan niat baiknyaa ya mba..bukan semata - mata karena budget. enaknya sekarang banyak yang bias bantuuu

    BalasHapus
  31. Dulu saya juga mempersiapkan pernikahan dari A-Z rempong banget mbak sehingga kuncinya adalah persiapan. Kalau untuk resepsi aku lebih memilih di gedung lebih praktis mbak e.

    BalasHapus
  32. Waduh, bikin jadi keingetan pernikahan sendiri. Aku pun dulu nikah berbudget minim. Tapi walopun gitu, kerasa tetep riweuhnya. :D

    BalasHapus
  33. MashaAllah~
    Barakallahu fiikum.

    Semoga Allah menguatkan ikatan tali perjanjian Mitsaqon ghaliza di antara keduanya dan menjadikannya memiliki keturunan yang sholih dan sholiha.

    Senang baca ceritanya..

    BalasHapus
  34. Kalimat pembukanya itu 11-12 denganku. Suamiku dulu juga bilang kalau dia akan diPHK, sesaat setelah menikah wkwk.. alhamdulillah setelah diPHK, langsung dapat kerja di tempat baru. Jadi jangan takut menikah.

    BalasHapus
  35. Jadi ingat pernikahanku nih hahaha
    jaman masih kerja dan dua saudara di luarkota dan di luar negeri.
    Persiapin diri tanpa Eo, sekarang lebih mudah ya mba.
    Aku nikah alhamdulillah dibiayain adiku.

    BalasHapus
  36. Kemarin juga budget-ku minim sekali, tetapi Alhamdulillah bisa terpenuhi semua kebutuhan pernikahan
    Bahkan Alhamdulillah tak ada hutang tertinggal

    BalasHapus
  37. selalu ad ajalan untuk mengirit budget pernikahan. thx buat infonya lho mba, manfaat banget

    BalasHapus
  38. Di rumah, perlu beres-beres besar setelah acara. Di gedung, biayanya yang besar. Kembali ke kebutuhan masing-masing, ya. Yang penting berkah.

    BalasHapus
  39. Dari awal menikah sampe sekarang mba arina gak berubah IX tetep imut wkwkwkwkwk

    BalasHapus