Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bijak Kelola THR agar Cashflow Pasca Lebaran Tak Jebol


Bijak Kelola THR agar Cashflow Pasca Lebaran Tak Jebol

Siapa yang hari ini sudah terima THR alias Tunjangan Hari Raya? Selamat ya... semoga berkah dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kalau gitu, yuk kita belanja bareng! *ups!
Kalau habis gajian, penyakit pertama memang tangan gatal ingin segera membelanjakan uang itu. Eits! Meskipun ada uang THR, jangan lupakan bahwa kebutuhan untuk Ramadhan dan lebaran itu menguras biaya yang tak sedikit. Terlebih jika termasuk pengeluaran untuk mudik ke kampung halaman dan harus membeli tiket transportasi sendiri, tidak dibayarkan dari kantor. Untuk itu, harus benar-benar cerdas mengelola dana THR yang diterima agar nanti setelah lebaran tidak gigit jari karena cashflow kacau lagi.

Keluarkan Zakat dan Infaknya, itu yang paling utama

Perintah berzakat disebutkan di dalam Alquran sebanyak 32 kali, diantaranya: Allah befirman:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka“. (QS. At-Taubah :103).
“Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)“. (QS. Ar-Rum :39).
Untuk itu, bagi yang sudah mencapai nishab dan memiliki kewajiban berzakat, THR juga harus ditambahkan ke dalam penghasilan bulanan dan dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%. Sedangkan bagi yang belum memiliki kewajiban, sebaiknya tetap mengeluarkan sebagian hartanya untuk sedekah.


Bayarkan utang, jika ada

Kebanyakan orang menunda melakukan kewajiban membayar utang sehingga mendzalimi orang yang memberikan utang kepadanya. Oleh karena itu, ketika memiliki beban utang harus dikeluarkan terlebih dahulu setelah membayar zakat.
Masalah utang/piutang adalah masalah yang sensitif, sehingga sebisa mungkin memnghindari penyebab terjadinya kericuhan atau putusnya silaturrahmi akibat terlalu menyepelekan urusan satu ini.
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: [1] sombong, [2] ghulul (khianat), dan [3] utang, maka dia akan masuk surga”. (HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih).
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman Shohih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi).
Al ‘Iroqiy mengatakan, “Urusannya masih menggantung, tidak ada hukuman baginya yaitu tidak bisa ditentukan apakah dia selamat ataukah binasa, sampai dilihat bahwa utangnya tersebut lunas atau tidak.” (Tuhfatul Ahwadzi, 3/142).
Subhanallah, semoga kita terhindar dari menjadi orang yang masih menanggung utang ketika meninggal. Kalaupun sekarang punya utang, semoga diberi kemudahan untuk melunasinya. Aamiin.


Belanja untuk kebutuhan sesuai dengan prioritasnya

Mau blanja-blinji setelah dapat tehaer? Ayok aja! Duit sendiri ini... heheh. Catatannya adalah, jangan sampai kalap belanja apalagi mengorbankan uang untuk bulan selanjutnya. Pastikan belanja sesuai dengan prioritas dan kebutuhan, bukan karena lapar mata dan tergiur diskon selama ramadhan.

Mudik? Wajib jika ada anggarannya

Mudik dan mengunjungi keluarga terutama orangtua adalah bagian dari birrulwalidain atau berbuat baik kepada kedua orangtua. Bagi perantauan, biasanya anggaran untuk mudik telah disisihkan dari penghasilan rutin setiap bulannya. Namun belum tentu tabungan mudik tersebut mencukupi sampai waktu yang telah ditentukan. Terlebih jika harga tiket pesawat dan atau moda transportasi lain melonjak tinggi. Mungkin tak jadi soal bagi mereka yang mudik hanya seorang diri, tapi menjadi masalah besar bagi keluarga yang sudah memiliki anak beranjak besar.
Sangat dimaklumi ketika perantau tidak bisa rutin mudik setiap tahunnya karena anggaran maupun jatah cuti yang kurang memungkinkan.
Mudik pun harus disikapi dengan bijak, karena banyak dana yang harus dikeluarkan. Tak hanya urusan tiket, ada dana tetek bengek lainnya yang bisa-bisa setara atau bahkan lebih dari harga tiket perjalanannya. Mulai dari dana akomodasi selama perjalanan, bingkisan orangtua, oleh-oleh untuk kerabat, sampai perintilan angpao untuk para keponakan.
Maka jika belum memungkinkan, sebaiknya tak memaksakan diri karena salah-salah akan menimbulkan masalah baru di kemudian hari, utang misalnya karena anggaran yang membengkak berkali lipat.
Urusan mudik memang masalah yang sensitif karena juga bermain di wilayah perasaan. Rindu orangtua dan kampung halaman, baper dengan omongan orang, dll. Maka sebaiknya anjing menggonggong kafilah tetap berlalu, demi keberlangsungan hidup bangsa dan negara, eh rumah tangga.
So, jika tak ada kesempatan untuk mudik, bukan berarti uang THR juga harus dihabiskan saat itu juga. tetap prioroitaskan pengeluaran, dan sisihkan sebagian dana tersebut untuk mudik tahun berikutnya.
Semoga masing-masing kita bisa dengan bijak bin cerdas mengelola THR yang masuk. yang perlu dicatat, THR bukan untuk befoya-foya karena sebenarnya kebutuhan selama Ramadhan dan idulfitri pasti akan melonjak tajam.
Semoga bermanfaat,
Salam,

Posting Komentar untuk "Bijak Kelola THR agar Cashflow Pasca Lebaran Tak Jebol"