Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jika Ini Ramadan Terakhirku



Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. (Q.S A-Baqarah: 183-184 )
Dalam hitungan jam, Ramadan mulia akan datang. Bulan yang dinantikan oleh umat islam di seluruh penjuru dunia.

Namun jelang Ramadan ini rupanya Indonesia beduka. Terjadi insiden pengeboman di 3 gereja di Surabaya menyusul kejadian serupa di beberapa tempat. Miris, masanya orang bersuka cita menyambut Ramadhan justru kejadian tak mengenakkan ini terjadi, terlebih pelakunya adalah satu keluarga yang terlihat baik-baik saja dalam kesehariannya.
Tak perlulah saya menambah hiruk pikuk akibat kasus pengeboman tersebut. Tentu saya turut beduka sedalam-dalamnya atas meninggalnya belasan korban. Pun saya juga mengecam aksi terorisme, terlebih jika mereka menggunakan kedok agama. Atau jika pelaku ternyata hanya dijadikan tumbal oleh seseorang yang menjadi dalangnya. Betapa kejinya!
di tengah tragedi berdarah itu, muncul berita kematian salah seorang tokoh masyarakat di Jawa Tengah. Hati saya berdesir. Bagaimana jika saya ada pada posisi beliau? Padahal entah sebesar apa gunungan dosa diri ini, entah sekecil apa pahala yang saya punya. Meskipun tiket masuk surga-Nya tak dibayar dengan amal dan pahala melainkan rahmat-Nya, bagaimana mungkin akan mendapat rahmat jika mengejar cinta-Nya saja dengan berleha-leha? Astaghfirullah...
Allahumma bariklana fi rajab wa sya’ban wa ballighna ramadhan...
Esok Ramadan kan tiba, dan mungkin do’a ini masih terselip di hati. Bayangannya belumlah terlihat namun hati makin berdebar dan senyum merekah menyemburat dari pipi yang memerah. Aih, rindu itu telah 11 purnama bertengger di hati.
11 bulan lamanya tak bertemu dengan tamu agung, saatnya kita sambut kembali untuk memuliakannya selama sebulan penuh. Rabb, pertemukanlah kami dengannya yang mulia...
Dari kisah terdahulu, para sahabat senantiasa menyiapkan untuk menyambut Ramadan sejak 6 bulan sebelumnya. Mereka pun begitu gempita menyambut dan mengisi setiap detik waktunya dengan ibadah yang tak pernah putus.
Jika kita disampaikan pada Ramadan tahun ini, dan ini adalah Ramadan terakhir kita, apa yang akan diperbuat? Apatah lagi selain terus-menerus merayu Allah dengan ibadah dan melangitkan doa.  Seyogiannya, tidak ada seorang muslim pun yang ingin kehilangan momen istimewa selama Ramadan. Itulah mengapa banyak yang memilih untuk berhenti berniaga, berhenti mengurusi pekerjaan selama bulan Ramadan karena telah menyiapkan selama 11 bulan lainnya.
Puasa Ramadhan
Inti dari ibadah di bulan Ramadan adalah puasa selama sebulan penuh. Tidak hanya menahan haus dan lapar tetapi juga menahan diri dari berbagai serangan hawa nafsu. Ibadah yang sepertinya simpel ini juga membutuhkan ilmu yang memadai. Ilmu yang dimaksud adalah mulai dari urusan niat, sahur, berbuka, ibadah sunnah yang khusus di bulan Ramadhan seperti salat tarawih, dll. Belum lagi urusan zakat fitrah, fidyah, tentang hukum bagaimana ibu hamil dan atau menyusui mendapat keringanan untuk berbuka, dll.
Membersamai Al-Qur’an Sepenuhnya
Belum lama ini saya bertemu dengan teman-teman baru yang istimewa. Salah seorang diantara mereka sudah hampir mengantongi gelar hafidzah. Selain beliau calon hafidzah, teman yang lain pun tak bisa dianggap remeh urusan hafalan Quran.
Saat Ramadan menjelang, hafalan dan tilawah Alquran selalu mereka prioritaskan. Hati ini teriris rasa iri, karena semenjak si Kakak mulai tumbuh besar, untuk istiqomah dengan 1 juz setiap harinya pun sudah kembang kempis. Belum lagi ditambah dengan keinginan untuk menambah hafalan yang lebih banyak terbengkalai.
Astaghfirullah...
Semoga Allah mudahkan dan meridhai agar ramadhan ini bisa lebih banyak berinteraksi dengan AlQuran. Semoga mata ini tak mudah lelah dan mengantuk saat menekuri tiap hurufnya.
Ramadan, saat di mana Allah memberikan ‘obral’ pahala. Saat apa yang sunnah diganjar sebagaimana wajib, lalu yang wajib diberi imbalan berkali lipat dibanding hari-hari di 11 bulan lainnya. Mampukah berpaling? Terlebih jika seandainya tak akan berjumpa lagi dengannya?
Rabb, jika ini Ramadan terakhirku, maka pertemukanlahku dengannya dalam keadaan yang paling baik. Mudahkanlah diri ini untuk menelusuri ayat-ayat Mu dalam setiap kesempatan. Tuntunlah langkah kaki ini untuk menuju apa-apa yang Kau ridhai, jagalah lisan ini dari pembicaraan yang sia-sia dan hindarkan tangan ini dari mengambil yang bukan haknya, juga dari mendzalimi orang lain.  Ampunilah dosa-dosa yang melekat. Lembutkan dan sinarilah hati ini dengan cahayaMu agar senantiasa istiqamah dan mendapat petunjukMu. Aamiin...


Artikel ini diikutkan dalam #PosTemSpesialRamadan Blogger Muslimah Indonesia 2018

14 komentar untuk "Jika Ini Ramadan Terakhirku"

  1. Semoga Indonesia bisa segera pulih dari penyakit yang menggerogotinya saat ini. Dan semoga Ramadhan tahun ini bisa mengantarkan kita pada tingkat ketaqwaan yang lebih baik

    BalasHapus
  2. Aamiiin. Semoga terkabul segala keinginan Mba. Selamat menunaikan ibadah ramadhan. Mohon maaf lahit dan batin.

    BalasHapus
  3. Aamiin

    Semoga terkabul semua doa. Terima kasih remindernya mbak ^^

    BalasHapus
  4. Aamiin ... semoga terkabulkan semua doanya. Mohon maaf lahir dan batin jika ada salah ya. ^^

    BalasHapus
  5. aamiin, semoga kita semua bisa memanfaatkan obral pahala di bulan Ramadhan ini yaa O:)

    BalasHapus
  6. Amin... Semoga tercapai yg dicita2kan.

    BalasHapus
  7. semoga terkabul semua harapannya. aamiin..

    BalasHapus
  8. Aamiiin ya robbal aalamiin.... Memang kadang ada saja excuse ya Mba, saya nih khususnya :(

    BalasHapus
  9. Bulan mulia dimana Allah melimpahkan pahalanya, semoga tidak berlalu sia-sia.

    BalasHapus
  10. Iya Mba Indonesia lagi berduka sekali dan sekarang banyak aksi yang mencekam di beberapa wilayah. Sehingga tanpa disadari jadi mengurangi kecerian kita di bulan ramadan. Apapun itu semoga kita bisa memberikan ramadan yang terbaik kita

    BalasHapus
  11. Semoga umat islam semakin bersatu dan non islam tidak terprovokasi atas kejadian tersebut ya Mba T_T

    BalasHapus
  12. Pesan kematian sedemikian dekat. Semoga segala keinginan yang berkaitan dengan perbaikan diri di bulan Ramadan dimudahkan-Nya ya, Mbak. Aamiin :)

    BalasHapus
  13. Smg dengan pengandaian kita menjadikan ramadhan sebagai ramadhan terbaik bisa menjadi cambuk ya mbak agar kita bisa lebih mengotpimalkan ibadah di bulan penuh mulia ini, sayang bila Ramadhan dibiarkan berlalu sia2 padahal banyak keutamaan yg bs kita raih di dalamnya.

    BalasHapus
  14. Sebetulnya orang-orang itu meminjam agama untuk melakukan aksinya, mana ada agama yang merestui kekerasan dan terorisme? Semoga Allah segerakan mendatangkan seorang pembela, pemimpin yang bisa memperbaiki kondisi negeri ini.

    BalasHapus