Aktivitas ini Bisa Mencegah Kamu Terserang Post Power Syndrome di Masa Tua
Daftar Isi
Post power syndrome adalah
gejala yang biasanya terjadi pasa orang tua yang menjelang atau telah memasuki
masa pensiun. Seseorang mengalami gejala ini saat merasa kehilangan ‘sesuatu’
dari masa lalunya. Umumnya tentang kejayaannya, keberhasilan, kecantikan,
ketampanan, dll yang menjadi kebanggannya di masa lalu. Orang-orang seperti ini
biasanya bangga dengan keberhasilan di masa lalunya sehingga tidak bisa
menghadapai realita yang terjadi di hadapannya sekarang.
Post power syndrome juga
terjadi pada mereka yang dalam masa pensiun-nya menjadi lebih pasif, karena
tidak lagi disibukkan dengan urusan pekerjaan. Hidupnya menjadi kurang
bersemangat dan cepat bosan karena tidak ada rutinitas sebagaimana saat
tubuhnya masih kuat.
Pernah bertemu dengan orang-orang seperti ini?
Saya mengalaminya dulu dan sekarang. Dulu saya tinggal bersama keluarga
di rumah Mbah. Mbah kakung adalah seorang pensiunan pegawai KUA kecamatan. Setelah
masa pensiun, konon Mbah Kakung selalu disibukkan dengan aktivitas mengisi
pengajian dari dusun ke dusun dengan berjalan kaki. Saat tidak ada jadwal
pengajian, setiap hari Mbah pergi ke sawah/ladang. Ada saja yang dikerjakannya
mulai dari mencangkul tanah, menanam sayur, singkong, dll.
Saat di rumah, beliau pun tak bisa ‘diam’. Ada saja yang dikerjakannya
untuk menutupi waktu senggang. Terkadang bongkar-bongkar dipan kayu yang mulai
lapuk, reparasi rak piring tua, membuat bakiak untuk dipakai sendiri, bahkan
membuat alat-alat yang sekiranya bisa membantu perkerjaan di ladang (tapi lebih
banyak gagal untuk bagian ini). Beliau juga selalu terlihat membaca buku atau
Alqur’an di waktu-waktu tertentu seperti ba’da subuh, ba’da maghrib dan isya.
Menurut bapak, aktivitas mbah kakung (terutama ke ladang dan
bongkar-bongkar barang di rumah) sering menuai masalah dengan mbah putri. Mbah putri
merasa terganggu dengan apa yang dilakukan mbah kakung karena barang-barang
berserakan dan harus mengubah posisinya. Bagi mbah kakung, aktivitasnya itu
adalah untuk mengatasi masa-masa sulit setelah pensiun. Untung masih bisa ke
sawah, coba kalau tidak?
Dan sekarang, gejala post power
syndrome mulai terlihat pada bapak mertua. Beliau memasuki masa pensiun
sejak awal tahun 2017, menjelang bulan Ramadhan yang lalu.
Bukan mau ngerasani beliau, hanya sekadar mengambil contoh bahwa
masa-masa pensiun memang menjadi masa rawan bagi orangtua. Yah, selain modal
yang belum cukup, alasan ini juga yang membuat kami masih bertahan tinggal
bersama orangtua. Mereka butuh teman dan kesibukan, paling tidak dengan ‘keramaian
dan kehebohan’ yang disebabkan ulah cucu mereka tak benar-benar kesepian.
Setiap hari beliau berusaha mengerjakan apa saja yang bisa dilakukan. Nyapu-ngepel,
ngajakin cucunya jalan pagi, bongkar-bongkar dipan, bersih-bersih gudang,
ngecat rumah, bersihin kipas angin (yang karena saking rajinnya malah jadi
cepat rusak *ups), dan segudang aktivitas lainnya. namun siang/sore hari beliau
kebanyakan berdiam diri menonton TV/mendengarkan radio. Kenapa? Karena beliau
tidak ada aktivitas lain.
Saat-saat diam itulah yang menjadi masalah, berakibat pada beliau yang
memikirkan banyak hal yang seharusnya tak perlu dipikirkan. Terkadang mengenang
masa lalu saat masih bekerja, atau memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan
anak/cucu yang sebenarnya hal kecil.
Inilah yang membuat kami terkadang kasihan tetapi tidak bisa berbuat
banyak, hanya bisa support dan meyakinkan beliau bahwa kami baik-baik saja. untungnya
di masa purnanya, beliau berubah menjadi lebih religius dan sangat rajin datang
ke masjid. Semoga istiqomah, ya Mbah...
Tentunya kita tidak ingin masa tua kelak (jika masih diberi umur sampai
tua) akan berakhir menderita disebabkan post
power syndrome, bukan? Karenanya kita perlu menyiapkan masa-masa itu dari
sekarang.
Bagaimana menyiapkannya? Dengan membiasakan aktivitas-aktivitas yang akan
menyibukkan kita di masa tua nanti. Yuk, kita ulas satu persatu.
1. Membaca dan Menulis
Dua aktivitas ini sangat ajaib dan efektif untuk mengasah otak agar terus
bekerja dan tidak buntu. Membaca Alqur’an, Membaca buku, koran dll bisa kita
lakukan setiap hari di masa tua. Sekarang, yang perlu dilakukan adalah
membiasakan diri membaca dan menulis, juga mengumpulkan buku sedikit demi
sedikit agar kelak memiliki perpustakaan pribadi.
Teman-teman pernah kan mendengar penelitian bahwa membaca dan menulis
bisa mengurangi resiko penyakit alzheimer alias pikun? Yup! Jadi kudu disiapkan
dari sekarang, jangan sampai sudah pikun baru mau memulai membaca.
Di luar negeri, semua orang sangat biasa beraktivitas di perpustakaan. Namun
di Indonesia, jarang sekali oma-opa yang mau menyambangi tempat ini. mungkin
kita kelak yang akan membiasakannya? Duh, kelamaan dong ya. Hehehe
2. Berkebun
Aktivitas berkebun bisa mengurangi stress dan membuat bahagia. Iya loh,
membuat taman yang indah dan memandangi tanaman hijau serta bunga warna-warni
akan membuat hati nyaman dan segar. Belum lagi jika di taman ditambah dengan
suara gemericik air, aneka macam ikan di kolam dan suara cicit burung. Makin sempurna
jika suasana ini di tempat yang sejuk semacam kota kelahiran saya, Wonosobo. Oh,
tentramnya... ((nahloh malah saya yang bermimpi. Hihi).
Berkebun aneka tanaman bisa juga memberi manfaat untuk sekeliling,
misalnya menanam tanaman Toga atau apa saja yang berguna. Daun pandan, daun
jeruk, serai, kunyit, jahe, kencur, daun kari, daun suji, dan banyak lagi bisa ditanam
di halaman sempit maupun di kebun yang tentunya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Mencoba metode menanam hidroponik untuk sayur, tabulampot, budidaya
anggrek, dll pasti akan menyenangkan.
3. Membiasakan Berolah Raga
Membiasakan berolah raga dan gaya hidup sehat akan sangat bermanfaat
untuk hidup di hari tua. Masa-masa pensiun biasanya identik dengan datangnya
berbagai penyakit. Untuk itu jika sudah membiasakan berolah raga dan gaya hidup
sehat, masa tua akan lebih mudah dihadapi karena tubuh masih fit dan jauh dari
penyakit.
Berolah raga ringan juga bisa menjadi aktivitas menyenangkan di pagi
hari. Jogging atau bersepeda bersama pasangan, ikut klub jantung sehat, bersepeda
keliling komplek, atau sekadar jalan kaki ke pasar terdekat bersama pasangan
adalah moment menyenagkan untuk menghabiskan masa tua.
4. Mempunyai Usaha Ringan
Merintis usaha sebelum masa pensiun juga sangat berguna agar setelah
pensiun bisa beraktivitas dengan usaha tersebut. Misalnya memiliki toko buku,
usaha fotocopy, toko pakaian, atau usaha di rumah lainnya yang tidak menyita
banyak energi tapi cukup sebagai pengalih perhatian dan pembunuh waktu agar
tidak ngelangut sepanjang hari. Usaha
ringan juga bisa sebagai sumber penghasilan setelah tak lagi menerima gaji.
5. Mengembangkan Hobi dan Skill
Selain kegiatan yang sudah disebutkan di atas, mengembangkan hobi dan skill adalah cara efektif terhindar dari
post power syndrome. So, dari
sekarang pahami betul apa kesukaan dan skill
kalian ya Temans, lalu tekuni untuk bekal di hari tua nanti. Hihi.
Btw ngapain sih, bahas masa tua? Pan kita masih muda harusnya mikir aja gimana
biar awet muda. Iya sih, berjiwa dan bersemangat muda itu harus. Tapi kan
berusaha jangan sampai masa tua kelak menjadi beban buat anak dan keluarga. Setuju?
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Be smart, be healthy.
Mensana In Corpore Sano ��
Dan disitu, aku sadar ternyata orang yang pernah bekerja sebagai pegawai kantoran. Rasa kehilangan setelah pensiun itu ya aktivitas kerja itu. Buat mereka, bekerja itu menyenangkan. Bentuk aktualisasi diri tentunya