Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dia yang selalu kurindu

Assalamu'alaikum, Temans.
Sudah hampir selesai 10 hari ke dua di bulan ramadhan ini, semoga tetap semangat beribadah dan tetap fokus, tidak tergerus tetek bengek idul fitri yang menguras tenaga dan pikiran ehm! juga kantong. Ups!
Tak ada salahnya sih menyiapkan hari raya, tapi teteup jangan sampai kalap. Hihi. Pantesan ya sampai ada nasehat untuk menyelesaikan urusan selama di bulan ramadhan dan lebaran sebelum ramadhan tiba. Tapi kadang sih terlewat begitu saja.
Wis lah, sing penting kita bisa melalui ramadhan dengan sebaik-baiknya, dan semoga Allah menjadikan kita manusia yang bertaqwa. Aamiin..
Btw Mba Rizka Alyna sama Mba Allaely Hardhiani, ada yang nitip surat cinta nih.. Tolong dibacain ya. Katanya surat cinta nya special untuk #ArisanBloggerGandjelRel.

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum, kamu yang di sana.
Tahukah kamu? Aku selalu merindukanmu selama 11 purnama. Setiap saat aku memendam rindu pada suasana yang hanya kutemui saat kau datang.
Dini hari yang manis bersamamu, juga saat senyum merekah karena fajar tiba. Pun di siang yang kental dengan nuansa cinta, dan saat malam menjelang dengan penuh kebahagiaan. Malam-malam yang tak pernah sepi dengan lantunan ayat-ayat cinta.
Ah, aku rindu semua. Andai, setiap hari aku bisa bersamamu entah seperti apa rasanya.
Dan tak hanya aku rupanya yang merinduimu dari hati terdalam. Ada sebagian mereka yang begitu memendam cinta hingga 6 bulan lamanya telah memoles diri untuk menyambutmu.
Tentu saja aku iri. 6 bulan selalu kupikir kau masih teramat jauh dari jangkauan, tapi mereka seolah sudah mencium semerbak harum aroma yang kau pancarkan.
H-100 menuju kedatanganmu, sapaan orang sekitar membuatku tergugu.
"Benar sudah siap jika dia datang? Bagaimana jika takdir memisahkan? Atau jika ini pertemuan terakhir?"
Tidak! tidak! aku tak berharap itu terjadi. Pertemuan denganmu adalah pertemuan istimewa maka aku pun harus bersolek agar pantas membersamaimu.
Menghitung mundur 100 hari kedatanganmu seperti detik-detik penantian kelahiran seorang bayi. Waktu seolah terhenti, tak bergerak dari masa terakhir disadari.
Namun banyaknya aktivitas kadang membuatku lalai, mengabaikan nasihat untuk kembali bersolek demi menyambutmu.
Ah, masih 50 hari lagi.
InsyaAllah 30 hari lagi
Lalu tanpa sadar dia benar-benar datang tapi rupanya aku tak menyiapkan diri dengan benar.
Ah, biarlah. Banyak orang yang akan membersamai perjalanan singkat bersamamu, aku yakin akan terpengaruhi semangat mereka.
Aku gamang melangkahkan kaki, namun masih bisa berlari dengan kencang mengelilingi putaran pertama. Orang-orang berbondong menyambut panggilan, udara dipenuhi lantunan ayat-ayat cintaNya.
Saat putaran pertama berhasil kulalui, aku seperti orang yang berbangga diri dengan capaian. Namun aku tak sadar, persiapanku yang kurang matang menjadikanku lunglai di putaran kedua. Godaan facebook dan instagram lebih menarik hati dibanding menekuri lembar demi lembar kalam-Nya.
Apakah ini seperti yang dikatakan pepatah bahwa saat jauh dirindukan namun saat bersama diabaikan?
Kian hari aku kian disibukkan dengan aktivitasku. Semangat mulai kendor, banyaknya godaan terlebih di putaran ke tiga seperti akan mematahkan langkahku. Akankah bisa bertahan sampai garis finish dan beroleh gelar taqwa?
Astaghfirullah.. Di putaran ke tiga harusnya aku lebih banyak berdiam diri di rumah-Nya, namun aku lebih memilih untuk menyiapkan perayaan.
Sepatutnya kukurangi tidurku untuk mendekat padaNya, namun aku terlelap begitu punggung dan kepala bersandar.
Seharusnya aku banyak menyisihkan harta untuk mereka yang membutuhkan, tapi aku memilih mengisi penuh persediaan makanan yang sebenarnya telah lebih dari cukup.
Aku tergugu. Saat ia mengatakan akan segera pergi. Ah, waktu begitu cepat berlalu dan hanya menyisakan sesal?
Aku seolah berdiam diri di titik yang sama sementara waktu begitu pongahnya meninggalkanku.
Aku, tak ingin menjadi orang yang merugi.
Bilakah ia datang lagi? 11 bulan kemudian, lewat penantian panjang.
Akankah aku berjumpa lagi kelak?
Bagaimana jika ini perjumpaan terakhirku dengannya?
Ramadhan,
Semoga di sisa hari-harimu aku bisa merayu-Nya.
Ramadhan, yang kurindu namun juga kuabaikan.
Ya Rabb.. Faghfirlii..


((Sebuah catatan untuk diri sendiri))

8 komentar untuk "Dia yang selalu kurindu"

  1. :( aku belum ngapa ngapain Ramadan ini :(

    BalasHapus
  2. Akan kah kita mendapat gelar taqwa diakhir nanti? Semoga..Aamiin
    Yuks mb berlari meninggalkan ketertinggalan, aku jg ki..hiks

    BalasHapus
  3. Ramadan udah mau setengah jalan..saya ngapain aja iniii :'(

    BalasHapus
  4. Sedihnya kalo ingat ramadan sudah lewat separo jalan dan aku masih begini2 aja ngaji pun baru juz 5. Maaf ya Allah

    BalasHapus