Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengapa Harus Menulis?


“MENULIS adalah caraku BERBAGI,
‘mengobati diri sendiri’, belajar mengerti dan memahami” (Arina Mabruroh)

Assalamu’alaikum, Temans.
Kenapa menulis? Mau nulis apa? Gimana bisa nulis? Kamu sih apa-apa ditulis.
Pertanyaan dan pernyataan ini sering sekali muncul saat bersama keluarga atau teman yang mengetahui ‘kegilaan’ saya pada dunia menulis. Pertanyaan yang seringkali bernada penasaran ingin menulis juga alasan untuk tidak menulis.
Saya menulis apakah karena tulisan saya sudah berkualitas? It’s a BIG NO! Justru karena tulisan saya masih level sangat biasa maka saya memaksa diri sendiri untuk terus berlatih mengolah kata. Bukankah setiap ahli selalu memulai dari percobaan dan kegagalan? Bukankah setiap capaian dimulai dengan langkah demi langkah?


Menulis Agar Bermanfaat untuk Orang Lain
“Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Daruquthni)
Hadits ini merasuk dalam hati sejak pertama kali mendengarnya, menjadikannya seperti lecutan semangat agar bisa bermanfaat bagi orang lain dengan apapun yang kita bisa. Dengan harta, sumbangsih tenaga, pikiran, lisan, tulisan maupun do’a-do’a.
Dan menulis adalah caraku _yang masih fakir ilmu ini_ berbagi apa saja. Saya senang ketika berkesempatan datang ke suatu seminar, kajian atau apa saja lalu membagi apa yang didapat lewat tulisan, yang (semoga) dengan itu tulisan saya bisa bermanfaat untuk orang lain.
Bukankah menulis juga salah satu sarana mengikat ilmu yang kita dapatkan? Sebagaimana sabda  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya”(Silsilah Ash-shahiihah)
Beliau juga memerintahkan sebagian sahabatnya untuk menulis, seperti sabdanya kepada Abdullah bin ‘Amru
 “Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran”
Sedangkan Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
“Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja”  (Sumber: muslim.or.id)
Beberapa hadits dan pernyataan ulama ini tentu sangat lebih dari cukup menjadi pelecut bagi kita untuk berusaha menuliskan ilmu yang diperoleh.

Self Healing
Konon buku dan film fenomenal Ainun Habibie merupakan obat mujarab bagi depresi yang dialami Bapak BJ Habibie sepeninggal istri tercintanya. Tim dokterlah yang menawarkannya untuk terapi dengan obat atau dengan menulis, dan beliau memilih opsi kedua untuk self healing.
Pun dengan saya, meski taraf dan himpitan hidup tak sama dengan beliau, seringkali saya menuliskan sesuatu yang sebenarnya adalah cara saya untuk mengobati diri sendiri, mengobati luka hati dan mencurahkan isi hati agar beban di dada sedikit berkurang. Karena saya melakukan apa yang saya sukai.
Masa curhat di blog?
Why not?! Kita sendiri yang bisa mengatur mana yang bisa di-share di blog (publik) dan mana yang hanya ditulis untuk sekadar meringankan perasaan lewat diary, misalnya. Curhat lewat cerpen tak ada salahnya bukan? Anggaplah itu semacam kisah non fiksi yang dialami orang lain.

Bergabung dalam Komunitas untuk Menjaga Semangat Menulis
Berjamaah itu lebih baik daripada sendiri, hal ini berlaku juga dalam dunia tulis-menulis. Bisa jadi sebagian kecil orang mampu bertahan dan mendongkrak semangat menulisnya meski ia sendirian, tetapi tidak semua orang bisa seperti itu, termasuk saya. Ada masa-masa perlu effort tinggi untuk menuliskan hal yang biasa, tapi ada kalanya menulis menjadi semacam kewajiban yang harus ditunaikan setiap harinya.
Ya, semangat yang naik-turun itulah yang membuat saya memilih tergabung dalam beberapa komunitas sesuai passion saya, salah satunya Komunitas Blogger Muslimah Indonesia yang terbilang masih muda.
Jika dulu dalam ‘lingkaran cinta’ kami ‘dipersaudarakan’ dengan sesama anggota untuk saling mengingatkan dan men-support aktivitas kami, baru-baru ini Blogger Muslimah Indonesia mengadakan program Blogger Muslimah Sisterhood untuk mendongkrak semangat menulis kami sekaligus berkampanye #AyoMenulisLagi khususnya bagi muslimah. Program ini berupa posting serentak dengan tema yang ditentukan oleh anggota grup. Kebetulan saya mendapat grup kedua dan mendapat giliran pertama untuk tema pertama ini. 
Apakah blog hanya satu-satunya media untuk mengasah kemampuan menulis?
Tidak!
Ada banyak platform lain yang bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan aktivitas menulis kita. Mengirimkan tulisan ke media baik online maupun cetak, mengikuti berbagai macam lomba, melalui status FB, kultwit, instagram, dan medsos lainnya bisa kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menulis.
Menulis adalah salah satu kebutuhan manusia, dan jika akhirnya banyak orang mendapatkan benefit dari menulis, anggaplah itu semacam bonus dari ketekunannya untuk terus belajar dan mengasah kemampuan juga membekali diri dengan banyak ilmu. 
Mengutip perkataan seorang teman, biarkan tulisan kita menemukan takdirnya sendiri. Ya, tak perlu risau dengan apakah tulisan kita akan dibaca oleh orang banyak atau tidak, semoga Allah telah mencatatnya sebagai amal kebaikan. Aamiin..
Mari kita menulis!
Salam,

28 komentar untuk "Mengapa Harus Menulis? "

  1. Menginspirasi.. Dulu saya nulis cuma sekedar pengen curhat-curhat aja, sekarang jadi seakan kebutuhan mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau nggak nulis sehari rasanya udah nggak enak ya Dik. Akhirnya aku nulis-nulis aja di note HP kalau pas ga bisa buka blog :)

      Hapus
  2. Aq lagi down nulis di blog,
    Padahal jg kegiatan sedikit.
    Aq pengen ikut programnya dong...
    Cuss tkp ah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Mba Indri!

      Sementara ini programnya masih terbatas Mba.. semoga nest bisa gabung ya :)

      Hapus
  3. "Mengirimkan tulisan ke media baik online maupun cetak, mengikuti berbagai macam lomba, melalui status FB, kultwit, instagram, dan medsos lainnya bisa kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menulis."

    this! Biarpun status fb panjangnya udah ngelebihin postingan blog, tapi entah kenapa saya ngerasanya blum nulis. Mindset oh mindset. Padahal cuma beda media aja *ketokdirisendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Icha mah keren kalau nulis panjang-panjang. Semangat Mba..!

      Hapus
  4. Menulis memang untuk rekam cerita juga, karena namanya ingatan, kadang ada aja moment yang terlupakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, kalau sudah lama terus kita buka-buka tulisan lama rasanya jadi pengen ketawa :D

      Hapus
  5. menulis itu adalah salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki manusia zaman modern. Dengan menulis kita dapat meraih berbagai manfaat

    BalasHapus
  6. iya menulis bisa jadi self healing ya mbak....kayak diari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Ningrum, akau kalau lagi galau atau marah atau kesel sama orang mending nulis. hihi

      Hapus
  7. Self healing jadi alasan utama saya nulis juga. Cuma saya lebih seneng bilangnya merefleksikan diri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aih! istilahnya lebih enak di dengar nih Mba Ade :)

      Hapus
  8. Biarkan tulisan kita menemukan takdirnya. Saya suka sekali kata2 ini. 😀

    BalasHapus
  9. Menulis memang bisa membuat lega, apalagi kalau tulisannya dimuat di media trus dapat honor hehehe itu mah saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Mba... rasanya kaya dapat bonus gede banget haha

      Hapus
  10. Menulis blog buat aku bikin hepi,.apalagi pas udah pencet tombol "publish" lega rasanyaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku dulu minder lho Mba, mau klik 'publish' itu rasanya berat dan maju mundur cantik. Alhamdulillah sekarang sudah nggak lagi. lega dan hepi juga setelah publish :)

      Hapus
  11. Kalau saya suka menulis untuk self healing. Marah, benci, sedih atau bahagia paling enak dilarutkan dengan merangkai kata. Tapi suami suka mengingatkan jangan sampai kebablasan dengan curhat di medsos. Bisa bahaya katanya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba, ada banyak hal yang cukup menjadi konsumsi 'dapur rumah tangga' atau menghubi diary saja :D

      Hapus
  12. Setuju banget sama yg ini "ikatlah ilmu dengan menuliskanya" ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena manusia tempatnya salah dan lupa ya Mba :)

      Hapus
  13. Very inspiring.

    Ada saran ga, komunitas blogger buat laki atau campuran. Wawasanku cuma sejauh komunitas blogger di Cirebon, dan kurang puas. Pengin nambah wawasan he he

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih,

      Kalau komunitas di dunia maya ada banyak sih Mas yang isinya umum laki-laki dan perempuan. Waroeng Blogger, Blogger Crony, Blogger Reporter, ID Corners, dll

      Hapus