STOP! Mengotori Tempat Wisata
Suatu hari datang berkunjung ke tempat wisata yang direkomendasikan oleh
banyak pengguna instagram dan media sosial lainnya. di kepala sudah terbayang
betapa menakjubkannya view yang akan kita dapatkan di sana. Udara yang sejuk,
spot-spot menarik untuk diabadikan, suasana yang nyaman bersama anggota
keluarga, dan segudang harapan lainnya. sampai di tempat wisata, harapan itu
buyar setelah mendapati coretan di sana-sini dan sampah yang berserakan di
mana-mana. Tempat duduk, atap, juga pepohonan tak luput dari tangan jahil yang
mencoreti dan merusaknya.
Sedih ya Temans, jika punya pengalaman seperti ini. Rasanya gemes tapi
nggak bisa ngapa-ngapain selain kita sendiri yang mencoba membuang sampah dan
atau mengajak yang lain untuk membuang sampah di tempat yang sudah di sediakan.
Akhir-akhir ini marak destinasi wisata baru bermunculan, kiranya dampak dari
makin banyaknya orang yang melancong, traveling, piknik atau apalah namanya.
Sehingga kalau ada sesuatu yang salah, #kurangpiknik selalu jadi kambing hitam.
Kebutuhan hidup yang satu itu memang sangat bermanfaat, pun dalam islam
ada sunnah untuk ‘berjalan’ atau traveling agar kita mendapat pelajaran
berharga darinya. Karena hakikatnya sebuah perjalanan itu berat, penuh
rintangan dan menguras emosi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Pernah kan,
dengar pepatah yang mengatakan jika kita ingin mengetahui karakter seseorang
maka tidurlah bersamanya (maksudnya menginap bersama), melakukan perjalanan,
dan kerjasama terkait hutang-piutang.
Back to topic, seputar
pariwisata yang seringkali kotor dan merusak ekspektasi pengunjungnya. Kadang saya
pikir, ini terjadi di Indonesia saja atau di negara lain juga ya? Atau mungkin
terjadi di mayoritas negara-negara berkembang? Entahlah, barangkali teman-teman
yang sudah sering melancong ke luar negeri lebih paham.
Gimana dong, supaya tempat yang indah itu cantik bersih aman sentosa dari
godaan tangan-tangan jahil? Hihi
Kudu mulai dari diri sendiri.
Yes! Wajib banget ini mah. Kita duluan nih yang membuang sampah pada
tempatnya meskipun semua pengunjung (misalnya) membuang sampah sembarangan. Hal
kecil ini juga harus dimulai sejak kecil dan dikondisikan dalam keluarga.
Seringkali saya naik angkot saat jam pulang sekolah. Anak-anak SMP naik beramai-ramai
sambil makan jajanan. Mereka asyik ngobrol satu sama lain, dan begitu jajanan
habis langsung ‘weeer!’ plastiknya ia lempar ke luar kendaraan melalui jendela.
Saya bilang sampahnya dibawa dulu dibuang jika sudah ketemu tempat sampah,
hanya ditanggapi dengan cengengesan. Yang tak kalah parah, sering melihat mobil
cukup mewah bahkan plat masih putih-merah alias masih gres, tiba-tiba kacanya
terbuka lalu tanpa wajah berdosa penumpang di kursi depan membuang sampah ke
luar mobil. Posisi saya waktu itu tepat di sebelahnya, duduk di angkot. Rasanya
ingin meneriaki si Ibu, tapi kaca mobilnya langsung ditutup.
Hm... saya pernah sih, dalam posisi seperti mereka, pulang sekolah jalan
kaki sambil makan jajan, lalu saat habis plastiknya langsung ditinggalkan di
tengah jalan. Dan lagi, saya punya kebiasaan mengulum permen terutama saat
bepergian. Dulunya saya cuek dan membuang bungkus permen semau saya. Sampai saya
bertemu dengan teman-teman yang tak henti mengingatkan untuk menjaga
lingkungan. **makasih ya... ketjup atu-atu**
Mungkin kita pikir sepele, hanya selembar bungkus permen sekecil itu, apa
dampaknya untuk lingkungan kita?! Okelah, kita hanya makan sebiji-dua biji
permen tapi jika digabungkan dengan semua orang yang makan permen dan semuanya
berpikir sama, efek domino-nya akan terasa, bukan?
Begitulah, maka memulai dari diri sendiri itu jauh lebih utama. Mengajarkan
anak-anak untuk tertib pun akan berbuah manis di kemudian hari. Iyes. Saya merasakan
sendiri beratnya ngajarin siKecil untuk membuang sampah pada tempatnya. Kalau lagi
good mood semangat, tapi saat ngambek, fyuuh.. malah dilempar ke dalam kulkas. Hihi.
Tapi begitulah anak-anak, masa yang dewasa mau ngikut anak-anak. Nggak ka ya?
![]() |
Pengunjungnya ramai, tapi sampah juga berserakan lokasi: Telaga Menjer, Garung Wonosobo koleksi foto Instagram @istanarina_blog |
Bawalah kantong plastik saat bepergian.
Temans, kalau ke tempat wisata inginnya bawa tas kecil yang cantik dan
match sama pakaian kita plus perangkat fotografi saja kan? Selain repot dengan
bawaan banyak, sebagian orang juga berpikir foto dengan tas besar itu kurang
kece, kecuali di gunung. Repot banget harus sering-sering naruh tas untuk take
foto.
Tapi, bawa kantung plastik itu nggak ribet kan? Bisa dimasukkan ke dalam
tas dan tidak menambah beban berat. Ini penting sekali, apalagi untuk emak-emak
berbalita yang masih menggunakan diaper atau si kecil belum lulus toilet
training. Selain itu, kantong plaastik juga bisa berfungsi sebagai tempat
sampah darurat jika kita tidak menemukannya di tempat wisata atau jauh dari
jangkauan.
‘Masa cakep-cakep bawaannya kantung plastik?’
Yaelah..! bawa kantung plastik tidak akan mengurangi derajat ketampanan
dan kecantikan *bahasa apa ini* yang ada justru pahala karena kita sudah
menjaga lingkungan *eits! Tapi jangan ujub*
Lebih malu jika tampang mempesona tapi buang sampahnya sembarangan kan?
Kontrol Diri
Saat mengunjungi tempat wisata yang kita impikan, pasti rasa bahagia membuncah
di dada. Ingin menjelajah ke sini, ke situ. Ingin mengabadikan setiap moment,
dan parahnya adalah jika ingin meninggalkan ‘bekas’ di sana berupa tulisan. Nahnah!
Kontrol diri jadi penting banget. Untuk memikirkan kembali kalau kita begini
dampaknya apa, manfaatnya apa, akan merusak atau mempercantik, dsb.
Hm... atau mungkin di setiap tempat wisata perlu disediakan area khusus
untuk corat-coret dan membubuhkan nama, gitu ya? Supaya hasrat untuk berkerasi
para pengunjungnya tersalurkan. Jika sudah ada, okelah kalau begitu. Jika belum,
diusulkan saja supaya tidak mengotori dan merusak apalagi cagar alam dan
budaya.
Yuk, jaga potensi wisata Indonesia
Semoga bermanfaat,
Salam,
Memang sayang sekali kalo ke tempat wisata banyak banget yg corat coret. Nggak hanya itu Mbak, sampahpun dimana2. Budaya kebersihan masih susah banget. Padahal kebersihan sebagian dari iman, kesadaran dari diri memang yg masih sulit
BalasHapusIya Mba Wid.. budaya memang :(
HapusKalau di Bandung sudah digalakan semua tempat wisata memiliki tempat sampah, ada cctv dan kalau buang sampah sembarangan bisa didenda ama bapak ridwan kamil 😊
BalasHapusPerlu banget dicontoh ini :)
HapusAku juga sebel ih kalo lokasi wisata tuh kotor dengan sampah - sampah dari pengunjung :(
BalasHapusTapi beberapa tahun belakangan ini sepertinya sudah mulai ada perbaikan dari dinas pariwisata dan mulai meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebersihan di tempat-tempat wisata.
Alhamdulillah.. semoga makin meningkat supaya semuanya nyaman
HapusIya mbak jadi g enak dilihat kalo kotor y mb.smoga dg tulisan ini semakin sadar pentingnya kebersihan y mb
BalasHapusBetul Mba NIngrum, nyepeti mripat
HapusItulah yg bikin sedih kalo tempat wisata udah ramai pengunjung trs jadi kotor. Mereka sibuk foto2 tp ga inget menjaga kebersihan :(
BalasHapusNah itu.. hawane mung selfie thok dimana-mana :(
HapusAku juga pernah mengalami nih, pas anter temen ke MAJT. Ealaahh sampahe toooo... kok ya pada ga punya kesadaran utk mencintai lingkungan ya, war wer mbuang sampah sembarangan. Iya betul, semua harus dimulai dari diri sendiri. Selalu sediakan plastik utk tempat sampah klo bepergian.
BalasHapuspadahal di MAJT ya Mba, which is tempat ibadah, bukan hanya tempat wisata :(
HapusPaling sering nemu sampah di tempat wisata sedih...kesadaran buat menjaga lingkungan di masyarakat kita masih kurang banget :(
BalasHapusmungkin perlu pakai cctv dan yang melanggar didenda
Hapussedih kalo denger berita beginian.
BalasHapuskesadarannya entah di mna :(
kalau sudah jadi kebiasaan itu lho.. merugikan tapi ga nyadar kalo itu merugikan :(
HapusDi sana-sini ternyata sama ya, Mbak. Jengkelin banget. Seringnya kalau aku lihat ada yang buang sampah sembarangan langsung aku tegur, Mbak. Kebiasaan di sekolah kayak gitu. Jadi, gatel aja kalau nggak negur.
BalasHapusBetul Mba, kudu diingetin. risikonya ya kita dijutekin atau dianggap sok tahu :D
Hapus