Eksotisme Tersembunyi Telaga Menjer Garung Wonosobo
Daftar Isi
Telaga Menjer Koleksi pribadi arinamabruroh |
Pagi beranjak meninggi. Udara di ufuk Wonosobo masih dingin menggantung.
Tapi kami harus segera melaju di tengah gigil demi menunaikan janji: bertemu di
titik kumpul pukul 6 pagi. Maka pukul 05.30 adik sepupu sudah menyiapkan sepeda
motor untuk mengantarkanku sebelum berangkat sekolah.
Masih dalam dingin menusuk tulang, ia pacu sepeda motor tua bapak menuju
desa Menjer. Melewati jalan menanjak berkelok setelah pasar Garung. Pipa-pipa
raksasa di sepanjang jalan menandakan kami tak jauh lagi dari lokasi yang kami
tuju: Telaga Menjer.
Sampai di tempat, tak seorangpun terlihat batang hidungnya, sementara
dingin makin menggigit. Adik sepupu bergegas meninggalkanku untuk menuju
sekolahnya. Perut mulai meminta jatahnya karena sedari tadi belum kemasukan apapun
juga. Mataku mencoba menelusuri setiap sudut, berharap ada penjual makanan
hangat yang sudah siap di sana. Sia-sia, hanya ada suara gemerisik daun-daun
tertiup angin dan sesekali suara sepeda motor memecah keheningan.
Hm... sepi sekali..
Beruntung kutemukan warung kelontong tak jauh dari telaga. Buru-buru
kuraup sebungkus roti dan biskuit sebelum perut protes kembali. Ya, biasanya
sepagi itu segelas teh hangat dan dua tempe kemul telah meluncur sukses meredam
cacing-cacing yang bergoyang dangdut di dalam sana.
Maka pagi itu kunikmati sarapanku dengan syahdu. Memandangi bening Telaga
Menjer sembari menghabiskan secuil demi secuil roti. Permukaan telaga yang
bergerak tertiup angin serupa lembaran sutra yang dikibaskan. Suara serangga
dan cuitan burung melengkapi suasana pagi itu.
Tapi, bulu kuduk merinding... kala teringat betapa danau itu konon selalu
penuh misteri..
***
Teman-teman bosan ke Dieng? Tak perlu galau karena Wonosobo selalu
menyediakan tempat indah untuk sejenak melepas penat. Salah satunya adalah
Telaga Menjer yang berada di Desa Maron Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo.
Telaga Menjer adalah telaga yang terbentuk akibat dari letusan vulkanik
di kaki Gunung Pakuwaja. Berada pada ketinggian 1.300 mdpl dengan luas 70
hektar dan kedalaman air mencapai 45 meter.
Naik perahu rakit mengelilingi danau koleksi pribadi @arinamabruroh |
Dulunya air di telaga itu hanyalah dari beberapa mata air kecil di
sekitar telaga dan juga mengandalkan curah hujan yang cukup tinggi didaerah
ini. Pada zaman penjajahan Belanda dengan akan dibangunnya PLTA Garung di bawah
telaga tersebut, maka dibendunglah sebagian sungai Serayu yang berada di
sebelah utara desa Jengkol. Kemudian dialirkan melalui terowongan bawah tanah
sepanjang ± 7 km dibawah perkebunan teh PT Tambi yang berada di sebagian
wilayah Desa Kreo dan Tlogo. Untuk mengalirkan air dari telaga ini menuju PLTA,
dibendunglah sebagian kecil dari telaga dan di bawahnya dipasang pipa dengan
diameter mencapai ± 3m menuju ke PLTA yang berjarak sekitar 2 km. (sumber:
wikipedia)
Menurut desas-desus yang tersebar di masyarakat, Telaga Menjer berbentuk
seperti kerucut dan di dalam sana terdapat ikan sangat besar yang sesekali tampak.
Konon juga terdapat kerajaan jin yang kadang ‘meminta tumbal’ dengan adanya
korban-korban yang tenggelam ke dalam danau.
Jika dilogika sih memang benar jika alam yang masih perawan apalagi
sumber air seperti itu menjadi ‘rumah’nya para jin. Well, kita wajib meyakini
keberadaan mereka tanpa mengikuti apalagi mencampuri urusan ‘dalam negeri’
mereka.
Jika menilik dari adanya aneka alat permainan di sekitar Telaga Menjer,
dulunya merupakan tempat wisata yang cukup ramai dan kemudian ditinggalkan
karena kesan mistisnya. Wisata alam terkesan mistis tentu hal yang lumrah, dan
jika banyak pengunjung kesan itu akan berangsur hilang dengan sendirinya.
Begitu pula Telaga Menjer saat ini. Sejak makin banyaknya orang berwisata
dan menyebarkan infonya di dunia maya, semakin banyak pengunjung yang datang ke
sana. Terlebih saat ini telah dibuka tempat wisata baru di sekitar Telaga
Menjer yaitu Bukit Seroja. Dimana selain menikmati danau dari ketinggian juga
bisa memacu adrenalin dengan outbound di atas sana. Jalan menuju Bukit Seroja
pun melewati perkebunan teh milik PT Teh Tambi. Wisata yang komplit sekali
bukan? Namun harus bersiap dengan roda kendaraan yang beradu dengan tanah becek
dan jalan mendaki untuk sampai di puncak Bukit Seroja.
View Telaga Menjer dari ketinggian koleksi pribadi @arinamabruroh |
Saat saya datang ke Telaga Menjer tahun 2012, suasananya masih terkesan
mistis dan jarang sekali pengunjung. Aktivitas di danau didominasi oleh nelayan
karamba dan penyewa perahu rakit. Hanya sesekali terlihat pengunjung memasuki
area. untuk masuk ke sana pun cukup dengan tiket Rp. 3.000/orang. Bahkan bagi
masyarakat sekitar hanya perlu membayar uang parkir dan bebas memasuki area dari
sisi selatan setelah melewati jembatan.
Maka saat awal tahun 2017 ini kami berkesempatan ke sana, betapa
terkejutnya dengan banyaknya pengunjung dan padatnya area parkir. Niat awalnya
ingin melihat taman yang baru dipugar lengkap dengan landmark ‘Telaga
Menjer’nya namun berhubung pengunjung di sana lebih berjubel, kami memilih perkir
di area selatan dan ‘napak tilas’ perjalanan beberapa tahun sebelumnya dengan
menaiki bukit melalui jalan setapak.
Terlihat semangat siKecil? sebelumnya dia ngambek :D koleksi pribadi @arinamabruroh |
Tracking-nya lumayan juga lho! Melewati
Jalan setapak menanjak di bibir bukit tepat di samping danau sambil melihat
view danau. Tapi hati-hati jika berpapasan dengan orang karena sebelahnya tepat
menjadi jurang landai yang menghubungkan ke danau. Kami berjalan sekitar 20 menit, meski
tanjakannya masih level biasa, ternyata capek juga karena harus ekstra
hati-hati mengawasi si Kecil yang maunya jalan sendiri.
Hm... katakanlah kami salah jalan sebenarnya. Wkwkwkwk. Niatnya ingin
‘muncak’ ke Seroja namun saya salah membaca papan penunjuk arah (biasalah ya
perempuan). Seharusnya kami masih terus jalan lalu belok kiri dari Telaga
Menjer untuk menuju Bukit Seroja, kami malah ke area parkir dan si Bapak parkir
mengatakan benar kami parkir di sana untuk menuju Seroja. Oia, tak lupa beliau
meminta uang parkir Rp. 10.000 sembari mengatakan itu harga tiket untuk dua
orang ke Seroja dan Telaga Menjer.
Rasanya ingin mendebat beliau yang semena-mena, tapi sudahlah. Toh
pengunjung seramai itu tidak setiap hari. Kapan lagi ya beliau ‘panen’? hehe.
Setelah melewati jalan setapak di pinggiran danau, kami terus naik agar bisa
melihat view dari ketinggian. Dari jalan itu terlihat pondok-pondok kayu di
Bukit Seroja. Rasanya makin gonduk (B.Jawa
Kesal) sebenarnya karena tujuan kami itu. Untung diingatkan bahwa waktu sudah
sore dan ada anak kecil bersama kami. Ya iyalah, masa lupa sama si
#HasnaKurniaFaradisa yang sempat ngambek nggak mau jalan itu?
Menikmati pemandangan sembari duduk di bebatuan koleksi pribadi @arinamabruroh |
Setelah puas mengajak si Kecil bersenang-senang di atas, kami turun
menuju dermaga perahu rakit. Terlihat pengunjung antri untuk menaiki perahu mengelilingi
telaga. Jika ingin menikmati sensasi naik perahu rakit yang terbuat dari bambu
itu, pengunjung cukup membayar Rp.15.000/orang. Tapi sekarang menggunakan
bantuan motor lho, tidak dengan bambu atau dayung seperti jaman dulu.
Perahu rakit yang disewakan di Telaga Menjer Koleksi pribadi @arinamabruroh |
Sampah berserakan di Telaga Menjer
Banyak pengunjung antri naik perahu Koleksi Pribadi @arinamabruroh |
Sayangnya sampah berserakan koleksi pribadi @arinamabruroh |
Sayangnya, di sekitar Telaga Menjer tidak tersedia tempat sampah yang
memadai sehingga sampah berserakan dimana-mana. Rasanya geram juga, salah satu
sisi danau menjadi kurang sedap dipandang karena banyaknya sampah yang terapung
di sana, di sela-sela eceng gondok. Kemasan mie instan hingga plastik-plastik
jajanan terkumpul di sana.
Sepertinya hal ini harus benar-benar diedukasi ke masyarakat sejak dini.
Tak hanya di tempat wisata tetapi juga di lingkungan sekitar. Membuang sampah
di tempatnya, hal yang sebenarnya mudah tapi sering diremehkan. Padahal jika
diabaikan akan berdampak buruk untuk manusia juga.
Baca : Stop! Mengotori Tempat Wisata
Baca : Stop! Mengotori Tempat Wisata
Kini Telaga Menjer telah bersolek. Aura mistisnya mulai pudar. Namun
kenangan-kenangan tentang berita pemancing yang tenggelam masih melekat dalam
ingatan. Biarlah menjadi pengingat untuk kami bahwa dimanapun dan kapanpun ada
Allah yang selalu mengawasi. Dan segala bentuk yang ghaib itu juga merupakan kuasaNya, ciptaanNya.
Traveling, menjelajah alam, bukankah salah satu cara kita untuk
mengingatNya?
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Pas nih kalau main ke WOnosobo :)
Ke Dieng aja belum pernah eh ini ada yang cuantik pula. Kayak di film2. Film Heart apa syuting di sini? Kok kereeen banget.
Btw, kayaknya sudah dikelola ya lokasi wisata ini, jadi ramai pengunjung. Suka sama perahu rakitnya. Kayaknya bakal romantis kalau berada disitu.