Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rindu Muhammadku

Lirik lagu: Ya Rasulullah (Raihan)
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu
Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kukucup tanganmu
Moga mengalir keberkatan dalam diriku
Untuk mengikut jejak langkahmu


Ya Rasulullah Ya Habiballah
Tak pernah kutatap wajahmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah
Kami rindu padamu
Allahumma Solli Ala Muhammad
Ya Rabbi Solli Alaihi Wasallim ( 2X )

Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kudakap dirimu
Tiada kata yang dapat aku ucapkan
Hanya tuhan saja yang tahu

Kutahu cintamu kepada umat
Umati kutahu bimbangnya kau tentang kami
Syafaatkan kami
Alangkah indahnya hidup ini
Andai dapat kutatap wajahmu

Kan pasti mengalir air mataku
Kerna pancaran ketenanganmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah
Terimalah kami sebagai umatmu
Ya Rasulullah Ya Habiballah

Kurniakanlah syafaatmu 




Melantunkan lagu ini sembari membayangkan cahaya wajah Rasulullah, tidak mungkin air mata tak meleleh karena kerinduan pada sosoknya.  Sosok yang telah 14 abad berlalu dari dunia ini tapi seolah masih hidup membersamai umat islam sampai kiamat kelak. Karena beliaulah utusan terakhir, dan tak akan ada lagi setelahnya.
12 Rabi’ul Awal, dikatakan sebagai tanggal lahir beliau. Dan hari ini, bukan untuk memperingati sebagaimana orang memperingati hari ulang tahun, mengingat kelahiran beliau adalah seperti mengingat kembali ‘tugas diri’ untuk mempelajari kisah beliau lebih dalam.
Sejak memasuki tanggal 1 maulud, lantunan shalawat senantiasa terdengar dari pengeras suara masjid di hampir setiap tempat. Di beberapa daerah bahkan mengadakan kelompok-kelompok untuk membaca kitab al-barzanji secara bergantian di setiap rumah selama sebulan penuh jika anggotanya mencapai 30 orang.
Majlis-majlis shalawat digelar dan dibanjiri orang. Pekikan takbira dan shalawat terdengar setiap malam. Tapi apakah kita sudah memahami perjalanan rasulullah sejak lahir hingga beliau wafat? Ihik! Saya jadi teringat buku terjemah sirah nabi yang teronggok di pojokan, sudah lama belum dibaca lagi, padahal belumlah saya memahami setiap jengkal kisah perjuangan beliau menegakkan islam di tanah haram hingga hari ini bisa merasakan tegaknya islam di muka bumi.
Ingatan saya tertuju pada masa-masa bersama orang tua, saat setiap malam ba’da isya bergegas menuju rumah salah seorang anggota untuk membaca Kitab Diba’. Sebagian hanya ikut-ikutan, sebagian hanya sibuk menggagas nada shalawat yang akan dipakai, sebagian lagi benar-benar memahami apa yang ada dalam kitab Diba’ tersebut.
Maka saat bulan Rabi’ul awal datang, acap kali saat berkesempatan memberikan ceramah di masjid/mushala, bapak secara khusus membahas kitab AL-Banzanji yang saban hari dibaca oleh mayoritas masyarakat. Ihik! Saya jadi kangen bapak. Mungkin jika tidak lantaran itu saya pun tak memahami apa-apa, meskipun sekarang sudah lupa lagi *hiks.
Dan bulan ini adalah pengingat untuk senantiasa memperbanyak shalawat, tidak hanya saat bulan kelahiran beliau 14 abad yang lalu, tetapi juga selama 11 bulan lainnya kita memperbanyak shalawat.
“Barangsiapa bershalawat kepadaku atau meminta agar aku mendapatkan wasilah, maka dia berhak mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat nanti.” (Hadits ini terdapat dalam Fadhlu Ash Sholah ‘alan Nabiy no. 50, Isma’il bin Ishaq Al Jahdiy. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani)

“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim no. 408)

“Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-)
Aih, rindu... rindu sekali dengan sosok seperti beliau yang menjadi seorang pemimpin teladan, sahabat setia, orang tua yang bijak, suami yang menyayangi istrinya, dan segala keagungan yang melekat pada beliau.
Memang, tak ada lagi manusia sesempurna beliau akan terlahir lagi di dunia ini. Tapi sungguh, kami merindukan sosok pemimpin yang layak kami sebut ulil amri.
Allahu a’lam bish-shawab,
Semoga bermanfaat,

Salam, 

4 komentar untuk "Rindu Muhammadku"

  1. Salah satu nasyid favorit ini Mbak. Dulu kalo lomba nyanyi antar kelas di pesantren, ini selalu jd andalan. Syairnya dalem bgt ya. Kalo diresapi bikin meleleh, kangen Kanjeng Nabi.

    BalasHapus
  2. Baca bait per bait sampai mbrebes mili Mbak...

    BalasHapus