Cinta Kami Berawal dari Masjid

Daftar Isi

Menuliskan kisah ini seperti harus membuka kembali layar yang sudah beberapa tahun hanya teronggok di pojokan kamar, menjadi sarang tikus.
Kami bukanlah siapa-siapa, hanya sesama teman kuliah yang (sok) sibuk berorganisasi dan tak banyak saling mengenal. Sampai suatu hari sebuah proposal nikah datang lewat email, bukan dari dia, tapi dari perantara yang entah bagaimana ceritanya membawa proposal itu padaku.

Dalam keraguan antara ya dan tidak untuk menerima proposalnya, rupanya orangtua memberikan lampu hijau untuk mencoba ta’aruf dulu. Perkara jodoh atau belum itu urusan nanti, kata mereka.
Bismillah, di hari yang telah ditentukan kami bertemu dengan didampingi perantara masing-masing. Saya bersama guru ngaji yang mewakili orangtua. Karena ta’aruf itu sifatnya top secret, saya harus mempercayakan kepada orang yang pasti bisa menyimpan rahasia.
Di sebuah masjid di pinggiran kota Wonosobo, pertemuan yang sangat singkat karena hanya sedikit pertanyaan yang muncul setelah sebelumnya kami mempelajari proposal nikah. Tak ada kesan mendalam hari itu, selain bahwa saya harus segera memberikan jawaban akan melanjutkan proses ta’aruf atau tidak. Jika ya, artinya dia akan segera ‘meminta’ kepada orangtuaku dan jika tidak artinya harus tutup buku.
Berhari-hari menimbang banyak hal dan meminta petunjuk Allah hingga timbul kemantapan hati, akhirnya kuucapkan “bismillah, saya melanjutkan ta’aruf.”
Dan disinilah kami kini, menjadi sepasang kekasih hingga surga, insyaAllah. Aamiin..  

(Jumlah tulisan 208 kata) 
Lombamenulis

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid”

14 komentar

Terimakasih Telah membaca dan memberikan komentar di blog ini.

Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)

Salam
Comment Author Avatar
27 Juni 2016 pukul 17.28 Hapus
Ngak berasa baca udah selesai aja ceritanya mba, perlu ditulis lanjutannya nih
Comment Author Avatar
28 Juni 2016 pukul 00.12 Hapus
Hehe. syarat lomba-nya cuma maksimal 210 huruf Mba..

sudah pernah kuceritain tentang ta'arufku di blog yang lama :)
Comment Author Avatar
28 Juni 2016 pukul 08.15 Hapus
Wuih luar biasa mba...tapi seperti kata Mba Arin, perlu ada sekuelnya dalam bentuk lain. Cerpen atau nopel gitu mba...
Comment Author Avatar
28 Juni 2016 pukul 08.18 Hapus
Hihi kilap.. mba Meutia maksudna. Jari ama pikiran ndak sinkron...
Comment Author Avatar
28 Juni 2016 pukul 15.13 Hapus
asal Wonosobo to. Tiba-tiba aku ingin ta'aruf >_< *curcol*
Comment Author Avatar
28 Juni 2016 pukul 23.18 Hapus
Iya Mba, kalau ke Wonosobo kabar2 lah.. kali pas aku pulkam. hehe

Aamiin.. moga-moga segera dipertemukan sama pangerannya ya Mba Tina :)
Comment Author Avatar
29 Juni 2016 pukul 06.53 Hapus
Nanggung, mbak 😂
Comment Author Avatar
29 Juni 2016 pukul 17.15 Hapus
Hehe. Iya Mba, karena syarat lombanya.. 😅

InayaAllah nanti ditulis lanjutannya :)
Comment Author Avatar
30 Juni 2016 pukul 00.27 Hapus
Terdengar romantis, tapi sayang hanya sepenggal ceritanya
Comment Author Avatar
2 Juli 2016 pukul 11.24 Hapus
Ditunggu kisah selanjutnya ya..
Comment Author Avatar
30 Juni 2016 pukul 11.28 Hapus
Bener2 nggak terlupakan ya :)
Comment Author Avatar
2 Juli 2016 pukul 11.24 Hapus
Iya Mba.. :D
Comment Author Avatar
10 Juli 2016 pukul 10.58 Hapus
Saya sudah datang ke sini dan membaca tulisan ini
Terima kasih telah berkenan untuk ikut meramaikan Lomba Menulis : 1001 Kisah Masjid di blog saya
Semoga sukses.

Salam saya
Comment Author Avatar
13 Juli 2016 pukul 16.15 Hapus
Sama2 Pak.. :)
Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Link Banner Intellifluence Logo Link Banner