KMGP The Movie, Ruh Baru Perfilman Indonesia
Daftar Isi
Klise.
Itulah kesan pertamaku (saat ini) jika membaca kisah tentang manusia yang berubah
dari buruk menjadi baik. Seseorang yang awalnya sangat membenci islam dan
cenderung dicap buruk tiba-tiba mendapat tituk balik lalu menjadi seorang
muslim yang sangat taat. Ribuan kisah tentang ini telah ditulis oleh banyak
orang; baik kisah seorang muslimah hingga menemukan jati dirinya dan berhijab maupun kisah muslim yang awalnya getol menjadi pembangkang tiba-tiba menjadi
seorang muslim yang taat.
Ya,
klise.
Tapi
tidak bagiku saat membaca kisah Ketika Mas Gagah Pergi tahun 2000 silam. Kisah
yang ditulis oleh Bunda Helvy Tiana Rosa pada tahun 1992 itu memang benar
menjadi titik balik buatku untuk memulai belajar berhijab secara benar, karena
sebelumnya hanya berjilbab sekedar memenuhi tuntutan sekolah dan sering
lepas-pakai.
KMGP
pun menjadi karya fenomenal terutama bagi para aktivis dakwah kampus kala itu. Ide
untuk membuatnya menjadi film pernah digarap beberapa tahun silam meski entah
kenapa tiba-tiba terhenti dan tidak lagi muncul pemberitaannya di majalah islam
Annida.
Tahun
2015 akhirnya mimpi itu terwujud, dengan perjuangan Bunda HTR dan tim FLP (Forum Lingkar Pena) untuk
bergerilya ke daerah-daerah dalam rangka sosialisasi pembuatan filmya, termasuk
penggalangan dana yang membatku makin memahami bahwa untuk membuat perubahan
massal memang harus dimulai secara berjamaah pula.
Awal
2016 akhirnya launching dan menuai
pujian serta dukungan dari banyak kalangan. Para ustadz berbondong-bondong
mengajak keluarganya menonton KMGP TheMovie di bioskop terdekat. Alhamdulillah, sangat bersyukur akhirnya
berkesempatan nonton juga meskipun mimpi untuk ikut meramaikan di tiga hari
pertama tak terwujud.
Alhamdulillah..
setelah menonton film ini, makin tercerahkan dan mendapat asupan semangat baru
untuk menjadi isnpirator kebaikan. Ah, mungkin bukan taraf inspirator, masih
level berusaha melakukan kebaikan, itu saja.
Tokoh
Gagah Perwira Pratama yang diperankan oleh Hamas Sahid sangat ‘Mas Gagah’
sekali. Terlebih di dunia nyata ia adalah seorang penghafal Al-Qur’an.
MasyaAllah...
Lalu
Aquino Umar yang memerankan Gita Ayu Pratiwi, seperti menerjemahkan sosok gita
yang ada di bayanganku saat membaca kisah KMGP. Acting-nya sangat natural dan gayanya asyik menggambarkan sosok
anak muda kekinian.
Selain
pemeran utama pendatang baru Hamas Syahid sebagai Gagah dan Aquino Umar sebagai
Gita; ada Masaji Wijayanto sebagai Yudi, Izzah Ajrina sebagai Nadia, film ini
juga didukung oleh 30 aktor dan aktris kenamaan membuat film ini makin berkualitas
dan hidup. Wulan Guritno, Mathias Mucus, Epy Kusnandar, dll yang sebagian
besarnya pernah meraih piala citra.
Empat Pendatang Baru yang berhasil mensukseskan KMGP |
Kisah
Mas Gagah dan Gita yang berlatar tahun 90’an pun disulap menjadi kisah kekinian
era gadget menjadi barang wajib anak
muda.
Menyeru
kepada kebaikan (baca: berdakwah) memang menjadi tanggung jawab setiap muslim,
namun seringkali orang berfikir bahwa dakwah hanyalah sebatas forum-forum
majlis taklim dan sejenisnya padahal dalam era saat ini, media sosial pun
sangat bisa menjadi sarana. Dakwah itu fleksibel sebagaimana islam agama yang
moderat.
Uniknya,
di KMGP The Movie ada kisah seorang pendakwah anti-mainstrem. Yudi,
anak seorang ustadz di pesantren yang memilih berdakwah dengan caranya sendiri yaitu
berceramah dari bis ke bis seperti seorang pengamen. Sepertinya, pernah membaca
kisah ini entah di buku KMGP atau di majalah Annida, tentang seorang mas baju
kotak-kotak yang berdakwah dengan cara yang lain dari yang lain itu. Adanya
Yudi”fi sabilillah’ di film ini menambah lengkap kisah penebar kebaikan di
dalam ceritanya.
Mereka
tetap berjuang dan teguh menyeru walau satu ayat meskipun mendapat kecaman dan
halangan dari orang-orang di sekitarnya. Keluarga yang menganggapnya berubah
drastis, orang-orang yang kebingungan dengan perubahan seleranya, hingga soal pandangan
berbeda dari orang terdekat.
Dan
poin pentingnya, dalam film ini tidak ada bersentuhan antara pemain yang bukan
mahram (eh, semuanya juga bukan mahram ding!)
“Dari
Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah, Rasulullah Saw tidak pernah
berjabatan tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya” (HR Bukhori Muslim)
Mungkin
hal sepele, tapi jika kita bisa menghargai hal kecil seperti ini artinya kita
juga bisa membawa perubahan besar, bukan?!
Saya
pribadi sangat menyukai beberapa adegan di kampung nelayan, yang menggambarkan
kontribusi nyata mereka kepada masyarakat yang membutuhkan; yaitu mendirikan ‘Rumah
Cinta’ dan penanaman mangrove untuk menjaga lingkungan. Inilah yang dibutuhkan,
aksi-aksi nyata
Sayangnya,
bagi orang yang belum terbiasa mendengar ceramah, film ini terkesan overload ceramah. Ada Mas Gagah yang sering
menasihati Gita, dan sebagian besar Yudi berceramah di bis kota.
Mungkin
akan lebih menarik jika memakai sudut pandang Gita (dengan narasi seperti di
awal cerita) di beberapa ceramah Yudi, karena hampir setiap kali Yudi ceramah
selalu ada Gita di dalam bis.
Anyway, film ini
memang menyuguhkan sesuatu yang baru di deretan film Indonesia. Semoga makin
menginspirasi sehingga generasi sekarang tidak hanya disuguhi film-film yang
memanjakan nafsu hedonisme dan humor berbau horor yang mempertontonkan aurat.
Barakallahulakum
untuk semua crew KMGP yang telah
mentransformasi kisah itu menjadi film menarik ini. Bagi aktivis 90’an tentu
ini menjadi cara bagi mereka untuk bernostalgia, mengenang pahit getir
perjuangan mereka saat dakwah islam masih belum muncul ke permukaan, bahkan
orang yang berjilbab pun dilarang.
Semoga
perjuangan mereka akan terus berlanjut, dan generasi muda sekarang siap untuk
melanjutkan estafet dakwah. Kami tunggu KMGP The Movie 2 dengan harapan dan
mimpi besar akan menjadi film fenomenal sebagimana novelnya dulu.
Belum
nonton film ini?! Silakan cari info barangkali masih diputar di bioskop di kota anda. Setelah nonton boleh #baper (baca: #bawaperubahan).
Yang pasti, hidayah Allah itu benar ada dan diberikanNya kepada setiap hati yang dilembutkan. Masihkah ada logika dan sederet alasan lainnya untuk menolak ketika ia datang bagai setitik cahaya di kegelapan?!
Yang pasti, hidayah Allah itu benar ada dan diberikanNya kepada setiap hati yang dilembutkan. Masihkah ada logika dan sederet alasan lainnya untuk menolak ketika ia datang bagai setitik cahaya di kegelapan?!
Selfie dulu di depan bioskop. Foto sengaja di blur karena close-up banget *tutupmuka* |
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Berkunjung juga ya ke blog saya http://bit.ly/ayomaubertanya dan jangan lupa meninggalkan jejak/komen di sana
Bagus untuk ditonton anak muda
sudah baca versi tulisan HTR. pengen lihat movie nya