Mundur Selangkah Untuk Melesat Maju
Daftar Isi
Passion. Satu kata
tersebut akhir-akhir ini menjadi booming.
Banyak orang sukses karena passion-nya,
yang bisa jadi awalnya hanya dianggap sebelah mata oleh banyak orang. Ada
alasan seseorang resign dari
perusahaan besar tempatnya mendapat gaji tinggi selama ini; ada pula seorang
kawan yang menolak tawaran dari sebuah BUMN ternama dan memilih untuk mengikuti
program mengajar di daerah terpencil karena satu kata: Passion.
Bicara tentang passion juga, membuatku teringat sebuah
fragmen kehidupan seorang gadis kecil. Seorang gadis yang dibesarkan oleh
orangtua dari keluarga petani sederhana cenderung kekurangan di sebuah kota
kecil yang dingin. Berjualan nangka potong hasil panen sendiri, ikut panen
sayur lalu menjualnya ke pasar, memetik kopi dan hasil penjualannya untuk
membeli buku, dan banyak aktivitas di sawah yang membuatnya merasakan betapa
hidup itu tak mudah. Ia pun bertekad untuk bisa sekolah tinggi dengan biaya
sendiri, atau mencari beasiswa agar kuliah gratis.
Saat akan memasuki dunia
perguruan tinggi memang ada tawaran beasiswa, tapi waktu itu hanya untuk tahun
pertama. Tahun selanjutnya harus mendaftar lagi sambil menahan malu karena
disangka berbohong, mengatakan pernghasilan orangtua hanya Rp.500.000,-
perbulan. Iya, karena bisa kuliah adalah sebuah keajaiban baginya. Dan perihal
penghasilan perbulan yang jika dinalar tidak mencukupi untuk kebutuhan itu,
disinilah logika tidak bisa mengkalkulasi karena akuntansi Allah yang lebih
bermain. Ternyata dalam perjalannanya banyak rejeki dari jalan yang tak
disangka-sangka.
Ia pun mencari penghasilan dari
mengajar les privat, membuat pernak-pernik, berjualan jilbab, sampai jualan
krupuk dan pulsa. Mungkin memang passion-nya
adalah berdagang.
Sejak SD, kecintaannya pada
pelajaran Bahasa Indonesia menggiringnya untuk menyukai belajar mengarang,
menulis puisi, dan melahap buku-buku cerita di perpustakaan sekolah. Saat SMP
ia mulai mengenal diary dan makin
cinta dunia menulis. Di bangku SMA beberapa kali mengikuti lomba menulis
meskipun selalu gagal.
Saat menentukan jurusan masuk
kuliah, bukan dengan pertimbangan yang matang, ya karena semacam cultural shock atau euforia bisa mengikuti SNMPTN yang untuk mengharapkan saja ia
ketakutan. Hanya karena suka pelajaran Bahasa Inggris, ia pun melingkari
jurusan yang satu itu.
Tahun pertama ibarat bumerang
baginya. Salah jurusan. Itu yang ia rasakan. Tapi, mau bagaimana lagi?! Jika
tidak diteruskan, sayang dengan beasiswa dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk
registrasi dan lain-lain. Ingin pindah jurusan ke Bahasa Indonesia, tapi itu
artinya harus mengulangi lagi SNMPTN dan belum tentu ia akan mendapat kursi di
PTN yang sama. Dan ia memilih untuk bertahan, demi orangtua yang telah berjuang
mati-matian untuknya.
Semester akhir, proposal
skripsinya berkali-kali ditolak, dan ia pun asyik dengan berbagai kegiatan
diluar untuk mengalihkan perhatian dari tugas akhir yang memusingkan. Melihat
sebagian temannya yang telah di wisuda, ia makin ingin cepat menghilang dari
kampus.
Mundur selangkah untuk melesat maju. Tiba-tiba ada solusi itu di
kepalanya. Adiknya telah menangguhkan waktu satu tahun untuk kuliah karena si
kakak belum lulus sementara orangtua tidak mampu untuk menanggung beban dua
orang kuliah dan dua anak lainnya sekolah dasar. Ia pun melirik program Non
Skripsi yang ditawarkan di kampus dengan mata kuliah pengganti Journalism, Editing, dan Applied Linguistic. Wow! Ini yang kucari selama
ini! Teriaknya dalam hati. Merasa mendapat jalan keluar, ia pun mendaftar untuk
mengikuti kelas itu meski berbagai cibiran datang dari orang-orang terdekatnya.
Ini harus jadi tahun terakhirku! Tekadnya.
Ia berfikir jika dengan skripsi tak
cukup baginya waktu satu semester dan dengan tiga mata kuliah itu akan ada
peluang lebih ke depan, kenapa tidak?!. Bahkan masih bisa mengambil perbaikan
beberapa mata kuliah dengan nilai C.
Mengikuti kuliah Jornasilm, ia
merasa menemukan apa yang selama ini ia cari. Tugas-tugas observasi dan
reportase liputan dijalaninya dengan penuh semangat. Tugas akhir membuat
majalah ia lakukan sebagimana ia mencari data dan referensi untuk skripsi. Mencari
narasumber, wawancara, membuat laporan liputan, dll. Pun dengan kuliah editing dan applied linguistic yang
membantu jika suatu saat ia terjun di dunia kerja yang sesuai dengan
kepakarannya.
Saat mengikuti ujian
komprehensif, seorang dosen penguji menyayangkan keputusannya untuk mengambil
kelas non-skripsi, tapi setelah ia jelaskan alasannya beliau pun mendukung dan
mengapresiasi.
Dan disinilah ia sekarang, menemukan
dunia tulis menulis. Tahun 2012 ia bergabung dengan komunitas yang mengelola
even-even kepenulisan di dunia maya, kuliah editingnya cukup membantu. Dan
dengan banyak jalan akhirnya ia menemukan dunia blogger yang mulai membuatnya
nyaman. Kini ia adalah seorang Istri, ibu rumah tangga, penulis, blogger, dan
mengelola online shop. Semuanya membuatnya bahagia dan sering tersenyum, meski tak
kadang merasa hidup begitu carutmarut. Ya, karena saat ada masalah dan tidak
tersenyum itu keniscayaan.
Apakah ia telah menemukan passion-nya?! Semoga.
Passion |
Menjadi blogger telah digelutinya
sejak akhir 2014, dalam artian benar-benar nge-blog, tidak sekedar punya blog.
Tapi, saat membuka catatan
RESOLUSI tahun 2015 nya, ia hanya bisa tersenyum kecut. 75% resolusi tak
terlaksana, kebanyakan karena fokusnya pada sikecil. Tentu tidak ada yang bisa disalahkan
karena anaknya lah yang memang menjadi tanggung jawab utama saat ini.
Memperbaiki manajemen waktu, entah kenapa hal ini selalu menjadi
masalahnya dan sampai saat ini belum lulus. Menyeimbangkan waktu antara urusan
anak, rumah tangga, menulis, online shop, dll. Sebelumnya, semua hampir selalu
berjalan mengalir apa adanya. Terkadang ia pun malu dengan para ibu yang punya
banyak anak dan segudang aktivitas tetapi bisa seimbang dan menjadi orang
sukses.
Ia bertekad selanjutnya akan membuat jadwal yang terperinci setiap
hari baik untuk anak maupun untuk menulis dan bisnis.
Urusan bisnis selama ini juga mengalir begitu saja, karena
seringkali target membuatnya stress
dan produksi ASI menurun. Tahun depan adalah waktu sikecil disapih, maka
setelah itu ia akan menyusun kembali
target-target dan strategi marketing agar omzet dan pembeli bertambah. Jika
selama ini kebanyakan menjual dengan sistem dropship
setelah mengambil sampel beberapa kali, semoga tahun berikutnya bisa menjadi
agen beberapa brand dan mempunyai reseller/marketer online yang banyak.
Satu hal lagi yang menjadi
cita-cita ia dan dua adiknya adalah membuka
bisnis crafting. Sedianya bisnis ini akan dimulai bulan Maret tahun 2015,
tapi banyak alasan dan tidak ada yang fokus sehingga hanya sedikit menerima
order. Akhir tahun ini tengah melakukan evaluasi dan perencanaan semoga tahun
depan bisa terlaksana sekaligus memiliki portal online sebagai media promosi dan informasi seputar crafting. Promosi dan kerjasama dengan wedding
organizer pun harus dicoba untuk
meningkatkan produksi dan penjualan.
Menulis dan menjadi blogger. Ia bercita-cita menjadi blogger
profesional, agar bisa berpenghasilan dari rumah dengan menulis dan mengelola
web. Tahun 2015 meskipun belum ditargetkan akhirnya ia memiliki domain pribadi
yang cukup untuk membantunya belajar dunia blogger. Beberapa tulisannya pun
dimuat di media nasional. Ya, mungkin hanya itu prestasinya di tahun 2015.
Maka, tahun 2016 ia pun bermimpi untuk menjadi kontributor media nasional. Caranya?!
Tentu saja menulis dan membaca, serta
rajin mengirimkan karya ke media.
arinamabruroh.com |
Selain itu, berharap memiliki
satu lagi blog khusus untuk traveling dan kuliner, karena sangat menyukai travelling
meskipun baru kesampaian jalan-jalan di wilayah yang dekat.
Dari semuanya, yang paling utama
adalah manajemen emosi. Karena
setelah sikecil aktif ia sering memarahi dan berteriak. Oh Bunda, jangan
berteriak! Jika sikecil tidak aktif, malah akan memghambat perkembangannya
kan?!
Bismillah, semoga Allah
memudahkan mimpi dan rencananya di tahun-tahun berikutnya. Biarlah tahun
kemarin menjadi pelajaran berharga. Semoga impian terbesar untuk beribadah haji
dan membangun rumah pun segera terlaksana. Aamiin..
Mimpi dan rencanaku.
Aku?! Dia maksudnya?!
Bukan, Aku. Iya, itu mimpi dan
rencanaku. Titik.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Tinta Perak
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Btw, moga sukses lombanya :)
gue aja gak keren2 gini ..
gue ubah lahh .. kkwkww