Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

48 Hours On The Road

Travelling memang aktivitas yang menyenangkan sekaligus sangat melelahkan. Pantas saja jika dalam sebuah hadits dikatakan bahwa do’a orang yang dalam perjalanan (musafir) adalah salah satu do’a yang mustajab. 

Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: (1) do’a orang yang terzholimi, (2) do’a seorang musafir, (3) do’a orang tua pada anaknya.” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini)

Dari sini saya makin mengagumi para pencari ilmu dan pencari nafkah yang harus menempuh perjalanan jauh, terlebih sampai ke luar negeri dimana harus menggunakan pesawat berjam-jam, transit di suatu negara/kota yang tidak ada sanak saudara, membawa barang bawaan yang tak sedikit apalagi membawa serta keluarganya. Maa syaa Allah... terasa sekali perjuangannya.

Saya yang beberapa hari kemarin mengalami
perjalanan tiba-tiba dan tanpa perencanaan ke Jakarta sangat merasakan betapa beratnya menjadi musafir. Meski sebelumnya pernah bepergian jauh berhari-hari tapi selalu terencana dan ada tempat transit minimal satu malam. 

Selasa malam kami bertolak dari Semarang, beberapa kali berhenti di POM bensin/rest area untuk menghilangkan kantuk karena MR. Driver yang belum beristiahat sejak pagi, subuh masih berada di ruas tol cipali. Hari Rabu pukul 08.00 sudah masuk Tol Jakarta kota dan terjebak macet hingga akhirnya sampai di Mampang Prapatan pukul 11 siang. Hm.. sangat jauh dari perkiraan. Setelah itu mengantarkan teman yang akan mengikuti seminar, lalu ke ragunan. Menjelang maghrib kembali lagi ke Mampang tapi terjebak macet sampai berjam-jam. Rencana untuk istirahat sejenak pun tak terpenuhi. Jam 11 malam kami kembali ke Semarang dalam kondisi yang teramat lelah. Perjalanan pulang menjadi lebih lama dan terasa lebih panjang karena harus banyak istirahat agar tetap fit. Jam 8 malam kami sampai di Semarang.

Subhanallah... tak tertahankan rasanya badan ini, seolah remuk tulang-tulangnya. Ya, terkadang manusia punya keinginan dan harapan yang melebihi kapasitasnya. Tapi, saat dihadapkan dengan kenyataan yang hanya sesuai capaian tangannya, biidznillah.. tentu hanya tawakkal kepada Allah lah yang menjadi pelipurnya.

Perjalanan singkat itu membuat kami belajar, tentang bermimpi, tentang berencana, tentang sinergi. insyaAllah akan lebih mantap melalui perjalanan-perjalanan selanjutnya. Aamiin....


Posting Komentar untuk "48 Hours On The Road"