Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Frugal Living atau Pelit dan Irit?

konsep frugal living

Secara umum, frugal living bisa dikatakan sebagai hidup hemat. Namun lebih spesifik lagi adalah financial mindfulness, kesadaran dalam membelanjakan uang, tidak impulsif. 

Akhir-akhir ini sedang ramai dibicarakan tentang frugal living dan menjadi pro/kontra bagi banyak orang. Berbagai pendapat tentang frugal living pun bermunculan sehingga muncul diksi satire "brutal living" bagi yang biasa membelanjakan uang untuk hiburan alias jajan. Ya gimana dong, tiap ada abang tukang bakso, manggil. Ada cilok lewat, dicegat. Ada yang jualan pempek bilang perut masih muat. Lalu ada eskrim lewat, bergumam selalu ada tempat untuk dessert. Ishishish. Becanda, ya, Temans!

Insecure dengan Frugal Living FYP Tiktok

Jujur, saat ramai bahasan tentang frugal living yang FYP di TikTok, saya insecure. Langsung bertanya ke diri-sendiri, apakah aku terlalu boros? Besoknya jadi bahan diskusi dengan suami, pos apa sih yang bikin kita hidup kerasa masih begini-begini aja? ("Begini" bukan dalam arti nggak bersyukur, ya).

Setelah kembali ditelisik, kesimpulannya adalah, kami sudah hidup wajar sesuai dengan kemampuan kami, bahkan dalam beberapa poin, memaksakan diri untuk bisa berhemat tanpa membuat tersiksa supaya tidak lebih besar pasak daripada tiang. 

Pos-pos kami tiap bulan sudah jelas, dan sesekali ada pengeluaran tak terduga di luar pos yang sudah direncanakan. Kalau sudah begini, pilihannya hanya mengambil dana dari pos lain atau mengurangi jatah tabungan dan mengurangi pengeluaran pos lain. Seharusnya opsi yang lebih tepat adalah menambah penghasilan. Namun karena berbagai prioritas dan kondisi, saat ini belum bisa menambah lagi kecuali lewat jalur freelancer yang masih kembang-kempis (tetep lah kudu disyukuri ya, sesekali masih dapat pendapatan meski besarannya tak selalu sama).

Setelah melihat video atau pengalaman orang lalu merasa insekyur, akhirnya kami kembali tersadar bahwa hidup yang mereka jalani bukan hidup kami, dan sebaliknya. Ada hal-hal yang bisa menjadi pelajaran dari pengalaman hidup orang lain khususnya dalam mengatur finansial keluarga. Namun, tidak untuk 100% diterapkan dalam hidup kita karena berbeda keluarga tentu memiliki priorotas yang berbeda, kondisi internalnya berbeda, kondisi ekternal seperti lingkungan pun berbeda. Nggak apple to apple dong ya, misalnya membandingkan biaya hidup di Kota Denpasar dengan tempat kelahiran saya di Wonosobo dengan pendapatan yang sama. 

Bagaimana Konsep Frugal Living yang Benar?

Ngomongin soal benar dan salah, setiap orang pasti punya preferensi masing-masing. Namun secara umum, frugal living sebenarnya bukanlah hidup pelit dan super irit karena terpaksa. Frugal living adalah pilihan. Dilakukan oleh seseorang yang punya taraf hidup A, misalnya, tetapi dia memilih untuk hidup di bawah standarnya, dengan kesadaran terhadap finansial, lingkungan, dll.

Sejak masih pandemi saya mengikuti beberapa pakar dan praktisi keuangan syariah seperti Mbak Deramelia dan Mas Greget Kalla Buana. Dari keduanya, banyak konsep seputar keuangan yang sesuai dengan prinsip saya.

Salah satu hal menarik yang dibahas Mas Greget adalah seputar Frugal Living. Beliau telah membahasnya bahkan sejak sebelum konsep hidup ini menjadi viral di media sosial dan malah cenderung diartikan sebagai hidup irit, pelit, medit.

Dalam postingannya di Instagram, Mas Greget menyampaikan bahwa frugal living bukanlah hidup pelit.

"Intinya, frugal living adalah gaya hidup yang menekankan kesadaran saat membelanjakan uang (mindful) lebih memprioritaskan sesuatu yang benar-benar penting (discipline) lebih meningkatkan kualitas hidup dan nilai (valuable)" (@gregetkallabuana)

Saya tertohok saat membaca postingan tersebut. Dalam beberapa hal, saya adalah orang yang lebih mementingkan harga dibanding kualitas. Seringkali terjebak promo tanggal kembar di toko oren, cari barang harga murah, dll. Padahal sudah beberapa kali juga ketika membeli barang dengan harga terlalu miring, ternyata kualitasnya juga sesuai dengan harganya. Ujung-ujungnya jadi cepat rusak, dan terbuang jadi sampah. Hiks. Menyedihkan, ya.

Akhirnya, untuk beberapa item, misalnya sepatu, sekarang lebih memilih keluar biaya lebih mahal untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik, masa pakai lebih lama, dan yang paling penting, nyaman di kaki. Pengalaman mencari sepatu yang pas di kaki suami, jadi pelajaran berharga. 

Alasan Harus Frugal Menurut Praktisi Ekonomi Syariah Greget Kalla Buana

1. Lebih hemat, bisa nabung, dengan tetap menikmati hidup

2. Baik untuk lingkungan karena segala sesuatu yang kita konsumsi, apapun bentuknya, akan selalu meninggalkan limbah dan sampah

3. Mengurangi stres dengan prinsip less is more. Sama dengan decluttering, bahwa ketidakteraturan itu merugikan iman

4. Menjaga kesehatan

5. Kepuasan lebih besar dan berarti. Penelitian menunjukkan bahwa ada kepuasan lebih dalam bekerja untuk mencapai sesuatu dan berhasil ketimbang hanya memperolehnya dengan cepat tanpa berusaha. 

Frugal Living dalam Islam

Masih dikutip dari instagram Mas Greget, frugal living rupanya sesuai dengan konsep larangan israf (sifat berlebih-lebihan) dan tabdzir (boros). 

Israf adalah sifat berlebih-lebihan. Menimbulkan adanya ketidakpuasan dengan apa yang didapat (tidak bersyukur) dan tidak memiliki rasa peduli dengan lingkungan sekitar. 

Tabdzir adalah boros, melalukan perbuatan yang tidak penting, hanya menghabiskan harta, dan dimaknai pula menghabiskan harta untuk sesuatu yang tidak benar. Pelakunya disebut mubadzir. 

Ayat Al-Qur'an dan Hadits yang Melarang Sifat Boros dan Berlebihan

"Berikanlah kepada kerabat dekat haknya, (juga kepada) orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. Janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS Al-Isra' : 26-27)

"(Termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar." (QS Al-Furqan: 67)  

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bertemu Sa’ad pada waktu berwudhu, lalu Rasulullah bersabda, "Alangkah borosnya wudhumu itu hai Sa’ad.” Sa’ad berkata, “Apakah di dalam berwudhu ada pemborosan?” Rasulullah SAW bersabda, “Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir.” (Riwayat Ibnu Majah)

MasyaAllah, rupanya dalam islam telah diatur sedemikian rupa tentang pemborosan, bahkan termasuk untuk tidak boros dalam menggunakan air untuk wudlu. Betapa islam sedemikian detail mengatur seluruh aspek kehidupan. 

Jangan terlalu pelit, jangan terlalu foya-foya, hidup sewajarnya. Itulah kesimpulan yang saya dapatkan dari konsep frugal living yang saya pelajari. Tak masalah pakai pakaian itu-itu saja jika masih cukup baik, rapi dan sopan. Namun bagi yang memiliki pakaian beragam adalah keharusan, tak masalah juga asal sesuai dengan value-nya. 

Tak masalah ko, jarang makan di luar apalagi nongkrong di tempat fancy harga mahal. Sesekali makan di luar juga oke, asal tak memaksakan diri. Tak masalah juga dikomentari orang “hidup masih begitu-begitu saja” karena kita berjalan dengan sepatu kita sendiri, bukan dengan ukuran orang lain. Selamat berjuang!

Semoga bermanfaat,

Salam, 


Source: Instagram post by @gregetkallabuana, 13 Juni 2022 dan sumber lainnya 


2 komentar untuk " Frugal Living atau Pelit dan Irit?"