Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Anak Melek Literasi Finansial dengan Cara Menyenangkan

cara mengajarkan anak literasi finansial

“Bunda, aku mau beli ini,” rengek si Kakak ketika melihat iklan di TV dan diiyakan oleh adiknya. 

“Iya, InsyaAllah, nunggu Ayah dan Bunda punya uang lebih dulu, ya.”

“Kan Ayah bisa langsung ambil uang di ATM aja. Banyak kan uangnya, bisa langsung ambil,” jawab mereka berbarengan dengan mimik tanpa dosa dan penuh harap. 

Saya pun berusaha menjelaskan bahwa ketika ayah mengambil uang di ATM bukan berarti bisa ambil seenaknya karena itu adalah uang yang dititipkan di bank sebagai tabungan. Untuk mengambil uang di ATM harus punya uang di tabungan tersebut. Meskipun masih belum sepenuhnya paham, mereka “iya-iya” dengan penjelasan dari kami. 

Pengertian Literasi Finansial/Keuangan

Literasi finansial adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

Sederhananya, adalah keahlian yang diperlukan untuk membuat pilihan mengenai apa yang harus dilakukan dengan uang yang Anda miliki. Meliputi bagaimana cara mengelola keuangan untuk memahami perbankan, manajemen keuangan pribadi dan investasi serta cara untuk menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.

Literasi keuangan juga penting untuk dikenalkan kepada anak-anak sejak dini, agar anak cakap mengelola uang yang dimiliki, terbiasa untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran sehingga menjadi bekal untuk masa depannya. 

Cara Mengajarkan Literasi Keuangan kepada Anak dengan Mudah dan Menyenangkan

1. Menabung dengan “Tabungan Ayam” di Rumah

Saya termasuk “produk” dari “celengan ayam”. Dulu, karena keterbatasan ekonomi keluarga, ketika menginginkan sesuatu saya harus menabung sedikit demi sedikit, receh-receh uang saku yang diberikan orang tua saya kumpulkan untuk mencapai keinginan itu. Termasuk untuk membeli majalah dan buku, saya sengaja menahan diri untuk tidak jajan di sekolah agar bisa mengumpulkan uang untuk membelinya. 

Kebiasaan ini terbawa sampai sekarang. Ketika saya menginginkan sesuatu, cara yang saya gunakan adalah bersabar dan mencoba menabung meskipun nominalnya belum bisa banyak dan konsisten dengan besaran tabungan.

Cara ini pun saya terapkan untuk anak-anak. Saya sediakan celengan kaleng untuk mereka menyimpan sebagian uang saku hariannya. Langkah ini belum berhasil dilakukan secara rutin oleh anak-anak, tetapi pelan-pelan mereka mulai memahami bahwa menabung penting untuk masa depannya. 

tabungan ayam kencleng di rumah

2. Market Day di Sekolah/Komunitas

Market day umum diadakan di sekolah maupun komunitas. Banyak manfaat yang bisa didapatkan anak-anak dari kegiatan ini. Selain mereka memahami usaha untuk mendapatkan uang, belajar percaya diri menawarkan barang (marketing), belajar menghitung uang dan kembalian, belajar tawar/menawar jika ada opsi ini, juga belajar mengelola uang yang dimilikinya untuk berbelanja di “toko” temannya. 

3. Berjualan saat Liburan Sekolah

“Susah ya Bund, cari uang tuh...” 

Begitu ucap si Kakak setelah dia berjualan es lilin saat liburan sekolah semester yang lalu. Saat itu dia sangat getol untuk membuat sesuatu dan berjualan. Dengan semangat ia merancang berbagai macam persiapan untuk membuat es lilin. Beberapa hari berjualan, ia mengaku capek tapi senang karena bisa mendapatkan laba dari hasil jualannya. 

Ia pun paham salah satu cara untuk mendapatkan uang dan proses panjang itu tidak mudah. Harapannya, menjadi lebih bijak untuk membelanjakan uangnya. Namun khas-nya anak-anak, ia tahu susahnya mendapatkan uang tapi masih belum bisa mengelola keinginan untuk membeli jajan bareng teman-temannya. 

4. Memberi Uang Saku Per Minggu

Cara ini efektif diberikan untuk anak-anak yang sudah kelas tinggi di sekolah dasar atau sudah memasuki sekolah menengah. Kami pun terkadang mencoba memberikan tanggung jawab untuk si kakak mengelola uang sakunya sendiri untuk beberapa hari. 

Hal yang kelihatannya sepele namun mendasar, istilah ‘uang jajan’ saat memberikan uang kepada anak, tanpa sadar akan membuat anak berpikir ia harus menghabiskan uang tersebut untuk jajan. Maka sebaiknya ubahlah menjadi ‘uang saku’ atau ‘uang bekal’ sekaligus dorongan untuk memanfaatkan dan mengelola uang tersebut dengan baik.

5. Bermain Game Online Finansial

Zaman sekarang, games bisa menjadi sarana belajar yang menyenangkan. Tentu, karen karakter anak-anak yang umumnya menyukai media belajar yang asyik seperti games. Salah satu games online finansial yang direkomendasikan adalah Free Money Games for Kids

Saya mengajak si Kakak untuk bermain games mulai dari yang paling mudah, yaitu menghitung kembalian. Awalnya dia mengalami sedikit kesulitan dengan bahasanya karena menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. Lama-kelamaan dia memahami polanya dan bisa memahami berapa harga jual barang, jumlah uang yang digunakan untuk membayar, dan berapa kembalian yang harus dia berikan kepada pembeli.

"Cash Back" Financial Game

Kakak H main games Cash Back

Di games “Cash Back”  level easy dia sangat menikmati dan bersorak gembira ketika jawabannya benar dan sesaat setelah waktu habis, muncul skor total barang yang berhasil dijual. Dalam games ini anak-anak belajar pengurangan dan memahami macam-macam besaran mata uang. Saat menghitung kembalian, dia menghitung berapa lembar pecahan 1 dollar, 5 dollar, 10 dollar, dll sesuai kebutuhan yang harus dia kembalikan. 

Cara bermain Cash Back

"Grocery Cashier" Financial Game

Bermain Grocery Cashier

Selanjutnya, si Kakak bermain “Grocery Cashier”. Hampir sama dengan games “Cash Back”, di sini anak-anak belajar menjadi kasir secara virtual. Ia belajar menjumlahkan harga barang-barang yang dibeli pembeli, dan disediakan alat kasirnya. Setelah itu, ia juga menghitung kembalian sesuai dengan total harga dan voucher atau uang yang dipakai oleh pembeli. 

Cara bermain Grocery Cashier

Games ini sederhana, tapi bagi anak-anak cukup menantang dan menyenangkan. Meskipun awalnya sedikit kebingungan, setelah memahami aturan permainannya justru tidak mau berhenti. Namun screen time mereka harus tetap dibatasi, ya. Jadinya sekitar 30 menit bermain harus dijeda dulu dan dilanjutkan esok hari. 

Temans bisa akses games ini dengan gratis di browser dan bisa langsung memainkannya bersama anak-anak tanpa harus registasi terlebih dahulu. Asyiknya lagi, banyak pilihan games yang bisa dimainkan oleh anak-anak dan dewasa dengan berbagai level permainan. 

Tips Bermain Games Finansial untuk Anak 

1. Tetap perhatikan usia dan level anak, sehingga anak bisa memahami dari yang paling dasar dan berlanjut ke level-level selanjutnya

2. Pilih games yang aman dan tetap dampingi anak untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan

3. Batasi waktu anak dengan membuat perjanjian sebelum melakukan permainan

4. Jadikan permainan tersebut menjadi salah satu quality time keluarga

5. Tetap kenalkan anak dengan berbagai metode pembayaran termasuk NFT seperti bitcoin, hanya sebagai pengetahuan dasar meskipun tidak menggunakannya

Rupanya, banyak ya cara sederhana yang cukup menarik dan menyenangkan bagi anak-anak untuk mengajarkan dan melatih mereka supaya melek literasi finansial/keuangan. Kalau temans ada pengalaman yang lain silakan share di kolom komentar, ya. 

Semoga bermanfaat, 

Salam, 

4 komentar untuk " Anak Melek Literasi Finansial dengan Cara Menyenangkan"

  1. Soal keuangan memang ada baiknya diajarkan sejak dini agar anak tahu betapa sulitnya dan pentingnya mencari uang. Wah menarik ini ada game financial yang membantu edukasi anak soal keuangan. Bakalan menarik untuk dimainkan anak, nih, terima kasih informasinya!

    BalasHapus
  2. Menarik nih, ada game finansial bisa ikut mengedukasi anak cara mengatur uangnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bund, susah-susah gampang ngajarin soal finansial

      Hapus