Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Drakor The Golden Spoon dan Relevansinya dengan Dunia Nyata

Review drakor The Golden Spoon

The Golden Spoon adalah drama Korea (Drakor) terbaru 2022 yang ditayangkan setiap pekan sejak bulan September – November 2022. Pekan ini, drakor yang memiliki banyak penggemar di Indonesia ini yang memasuki 2 episode terakhirnya. 

The Golden Spoon merupakan drama fantasi terbaru yang dibintangi Sungjae BTOB, yang diadaptasi dari serian Webtun karya karya HD3. Diarahkan oleh sutradara Song Hyun-wook. Sedangkan naskahnya ditulis Kim Eun-hee dan Yoon Eun-kyung. 

Well, sebenarnya saya jarang mengikuti drakor on going, tapi jika nonton drakor yang sudah selesai, rasanya tak sabar untuk segera menghabiskan seluruh episodenya. Sungguh sangat mengganggu jadwal istirahat dan kegiatan lain. Saat beberapa teman merekomendasikan The Golden Spoon, saya pun segera mengikuti sejak episode ke-6. Setelah menonton hingga episode 14, bolehlah dikatakan ini drakor favorit saya saat ini, dan saya tunggu setiap pekan. 

Sinopsis Drakor The Golden Spoon 

The Golden Spoon berkisah tentang berbagai konflik yang dialami oleh keluarga miskin dan kaya, juga hubungan keduanya. Lee Seung Cheon (Yook Sung-Jae), tumbuh dalam keluarga miskin yang kerap kali ditagih pembayaran kontrak rumah oleh induk semang. Ia selama ini tinggal bersama ayahnya (Choi Dae-chul) yang merupakan kreator webtun tak populer, ibunya (Han Chae-ah), dan kakak perempuannya (Seung-you).

Oleh karena prestasinya, ia bisa masuk ke SMA elit tempat sekolah anak-anak para pengusaha dan elit pemerintahan. Seung-cheon juga berhasil masuk Eagle Class yang merupakan kelas untuk orang-orang terpilih di antara banyak murid khusus tersebut. Namun status sosialnya menjadikannya sebagai siswa yang kerap mendapatkan perundungan dari teman sekelasnya seperti Park Jang-goon (Kim Kang-min) yang memiliki ayah yang berkuasa di pemerintahan.

Demi mendapat kehidupan yang lebih baik, ia melakukan banyak pekerjaan, mulai dari menjadi penjaga toserba hingga membantu mengerjakan teman sekelasnya. Sembari menjaga minimarket itu, Seung Cheon biasanya belajar atau mengerjakan tugas temannya. 

Park Jang Goon patuh pada Hwang Tae Yong (Lee Jong-won), anak dari pengusaha kelas paling atas di Korea Selatan, Hwang Hyun-do (Choi Won-young). Perundungan yang dilakukan oleh Jang Goon makin menjadi bahkan tak jarang ia melakukan kekerasan fisik. 

Dalam keputusasaan dengan kondisi keluarga yang sedemikian miskin, Seung Cheon selalu berharap bisa menjadi seperti Tae Yong yang bergelimang harta, tak perlu bersusah-payah untuk bisa memperoleh uang. Ia pun bertemu dengan seorang nenek yang menjual sendok emas (golden spoon) seharga 30 ribu won. Sendok itu bisa membuatnya kaya hanya dengan makan 3 kali di rumah orang kaya. Ia tergoda untuk membelinya dan bermaksud “menukar” orang tua sebagaimana yang dikatakan si Nenek. Namun ia masih ragu untuk menggunakan sendok itu.

Keadaannya semakin pelik apalagi setelah ayahnya mengalami kecelakaan kerja dan terlilit utang ratusan juta won.

Setelah lelah melalui berbagai tekanan hidup, berada pada titik terendah, akhirnya ia memutuskan untukmu menggunakan sendok emas yang dibelinya itu. Benar seperti kata Nenek, setelah tiga kali makan di rumah Tae Yong, jiwanya tertukar. 

Ia yang sebelumnya tinggal di rumah sempit, kini berada di kamar yang begitu luas di dalam mansion, tak kesulitan uang sama sekali, dan bergelimang harta.

Namun, Seung-cheon tak menyadari menjadi anak dari orang kaya juga memiliki permasalahannya sendiri. Tak hanya itu, hubungannya dengan sang ayah dan ibu tirinya benar-benar berbeda dengan keluarganya yang miskin dahulu.

Ia sebenarnya memiliki kesempatan selama 30 hari, 1 tahun, dan 10 tahun untuk kembali ke keluarganya atau dalam keluarga kaya raya tersebut.

pemain drakor The Golden Spoon

Relevasi Drakor The Golden Spoon dengan Dunia Nyata

Orang Kaya Makin Kaya, Orang Miskin Makin Miskin

The Golden Spoon menceritakan bagaimana perjuangan keluarga Lee Seung Cheon yang miskin. Meskipun keempat anggota keluarga itu telah bekerja banting tulang, mereka tak juga bisa segera melunasi utang-utangnya. Bahkan sampai pada posisi yang merendahkan diri dengan memohon dan berlutut di hadapan orang yang menagih utang. 

“Aku tak akan menyerah pada keadaanku. Bagaimana pun caranya aku pasti akan bertahan hidup,” (Lee Seung Cheon). 

Sementara keluarga Tae Yong yang merupakan keluarga di puncak tertinggi hirarki masyarakat Korea Selatan, termasuk dalam 1% keluarga terkaya, semakin hari perusahannya semakin besar dan asetnya semakin banyak. 

Privilese itu Nyata

“Ayahku pernah berkata, tanpa dia yang memiliki uang aku bukanlah siapa-siapa. Waktu itu aku tak menganggapnya. Setelah ayahku meninggal dan aku hidup sendiri, baru kurasakan bahwa aku bukanlah siapa-siapa tanpanya,” (Na Ju Hee).

Begitulah yang terjadi. Seseorang yang memiliki privilese artinya telah memiliki “bekal” lebih dibandingkan mereka yang hanya mengandalkan usaha. Diakui atau tidak, dimanfaatkan atau tidak, seseorang dengan privilese berada di titik yang berbeda dengan orang biasa. 

Kebahagiaan Tak Melulu Hanya karena Uang 

“Uang bukanlah segalanya,” (Hwang Tae Yong)

Kalimat ini diucapkan oleh Tae Yong saat dirinya menjadi Seung Cheon. Mereka tengah menikmati makan malam yang canggung karena kehadiran Hwang Hyeon Do yang tak diduga. Mendapatkan perkataan sindiran tak mengenakkan dari Hyeon Do, dia membela diri dengan mengatakan bahwa uang bukanlah segalanya. 

Memang, semua orang sangat membutuhkan uang, tapi kebahagiaan tidak melulu karena uang. Contohnya adalah kondisi keluarga beda nasib yang bertolak belakang itu. Keluarga Seung Cheon yang miskin tak jarang mengalami konflik tapi mereka bisa mengatasinya bersama-sama dan saling menguatkan, dan selalu hangat. Gambaran keluarga yang ditempa kerasnya kehidupan tetapi tetap bahagia dengan caranya. 

Berbeda dengan keluarga Tae Yong yang bergelimang harta tetapi terjadi berbagai intrik, berebut kekuasan, ayah tak bisa hangat dengan anaknya, tidak akur dengan ibu tiri dan pamannya, dan berbagai masalah yang membuat tae Yong merasa tertekan dan menjadi orang yang dingin serta sering mengalami serangan kecemasan. 

“Daripada hidup dengan orang tua yang menyesakkan seperti itu, aku lebih baik menjadi miskin,” (Hwang Tae Yong)

Hyeon Do, di mana ia adalah seorang yang gila harta dan ambisius juga mengatakan bahwa orang yang bisa menaklukkan dunia adalah orang yang tak terpengaruh oleh uang. Hm... Artinya dia pun tak akan bisa menaklukkan dunia karena serakah dengan uang, ya? 🤭

“Hanya seseorang yang tak terpengaruh oleh uang yang bisa menaklukkan dunia ini,” (Hwang Hyeon Do).

Kejujuran adalah Nilai yang Membawa Keberhasilan 

“Saya percaya nilai terbesar untuk menjadi orang bertalenta global adalah kejujuran,” (Lee Seung Cheon).

Banyak teori yang menempatkan integritas sebagai kunci utama untuk keberhasilan menjadi apa pun. Menjadi seorang pengusaha, menjadi pejabat pemerintahan, pemimpin, dan sebagainya. Teori ini juga ditekankan dalam agama-agama yang berkembang di Indonesia. 

Tentu, hal ini juga dipahami oleh semua orang meskipun pada praktiknya saat ini nilai kejujuran menjadi semakin langka. Orang lebih banyak yang berbuat curang atau pun terpaksa mengikuti arus di tengah kondisi yang penuh intrik. 

Sebenarnya masih banyak quote dan fragmen dari drakor The Golden Spoon yang relevan dengan kehidupan nyata, meskipun drakor ini bergenre fantasi. Namun akan terlalu panjang jika dituliskan di sini, jadi dicukupkan yang paling mendekati saja. 

Buat Temans yang juga nonton drakor on going terbaru 2022 The Golden Spoon ini, gimana pendapat kalian setelah mengikuti setiap episodenya? Ditunggu sharing-nya di kolom komentar, ya!

Semoga bermanfaat, 

Salam,  

 

1 komentar untuk "Drakor The Golden Spoon dan Relevansinya dengan Dunia Nyata"

  1. Bener banget, kalau uang bukan segalanya walau tiidak bisa dipungkiri tanpa uang kita kesulitan di zaman sekarang. Tapi dari golden spoon, juga akan tahu rasanya kalau hidup bersama keluarga kaya itu menyesakkan. Pada dasarnya semua kehidupan itu sama, pasti ada kekurangannya. Jadi, yang kita butuhkan adalah menerima apa yang kita punya dan hidup apa adanya. Sempat nonton drama ini tapi berhenti, hehe. Terima kasih sharingnya!

    BalasHapus