Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perwujudan 4 Pilar MPR RI dalam Bermedia Sosial

unity in diversity for a better Indonesia

Unity in Diversity for A Better Indonesia

Unity in diversity (terjemahan bebasnya, persatuan dalam perbedaan), istilah yang menggambarkan kebhinekaan Indonesia.  sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, Indonesia.

Sebelum membahas lebih lanjut, marilah sejenak kita pada perjuangan pahlawan Indonesia mempertahankan persatuan dan kesatuan. Organisasi pemuda Budi Utomo lah yang menjadi cikal-bakal kebangkitan pemuda Indonesia pada waktu itu. 

Tahun 1907 dr. Wahidin bertemu dengan Soetomo, seorang mahasiswa STOVIA. Soetomo tertarik dengan gagasan dr. Wahidin Soedirohoesodo, lalu mendirikan organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Pada tahun itu, kesadaran rakyat Indonesia untuk bersatu melawan penjajah mulai muncul dan membara.

Kemudian pada tahun 1928, diadakan kongres pemuda Indonesia yang mengasilkan 3 poin sumpah pemuda. Isi Sumpah Pemdua berbunyi sebagai berikut: 

1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. 

3. Kami putra dan putri Indonsia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indoensia.

Perjuangan para pemuda dan pahlawan kemerdekaan lainnya tentu harus kita jaga dan tetap kita lestarikan hingga sekarang dan seterusnya. Nilai-nilai luhur dalam teks Sumpah Pemuda tersebut adalah “mantra ajaib” pemersatu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Diskusi 4 pilar MPR RI bersama netizen bali
Sesi narasumber dan diskusi kelompok

Bhineka Tunggal Ika dalam Kehidupan Bermasyarakat

Bali adalah salah satu etalase kebhinekaan Indonesia. Saya mendengar istilah “etalase kebhinekaan” ini dari salah satu parpol di Indonesia. Meminjam istilah tersebut, saya pun setuju karena sejak dulu Bali dianggap sebagai “wajah” Indonesia di kancah internasional khusunya pariwisata. 

Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, tetapi tetap bisa berdampingan dan hidup rukun dengan agama dan suku lainnya. Tak dipungkiri terkadang terjadi gesekan, tetapi itulah dinamika yang terjadi dalam masyarakat, selama tidak menimbulkan perseteruan. 

Saya ingat ketika pertama kali melewati Hari Raya Idulfitri di Bali, jauh dari keluarga besar. hanya ada keluarga kecil kami, bahkan mayoritas tetangga pun mudik ke kampung halaman masing-masing. Hanya tersisa beberapa gelintir yang bertahan di perantauan, sebagian karena tak memungkinkan mudik_seperti kami_, sebagian lain karena memprioritaskan urusan lain. 

Pagi itu kami berjalan kaki menuju lapangan sekolah tempat diadakan salat idulfitri berjamaah. Penduduk muslim berduyun-duyun menuju lokasi. Saya melihat petugas polisi dan TNI bersiaga di sekitar lokasi. Selain itu, saya melihat bapak-bapak berseragam kaos hitam, mengenakan udeng khas Bali, dan kamen (kain semacam sarung yang dililitkan di pinggang dengan bagian depan dibuat lipitan menjuntai) mengatur lalu-lintas warga yang memasuki area shalat dan mengatur parkiran. Melihat pemandangan ini saya terharu karena mereka adalah para pecalang (polisi adat) yang mayoritas beragama Hindu. 

Ya, lingkungan tempat tinggal saya memang mayoritas penduduk pendatang dengan berbagai latar belakang suku, budaya, dan agama. Sebagian petugas banjar (semacam RW) pun setahu saya ada yang beragama islam/agama lain. 

bijak bermedia sosial dalam mewujudkan karakter bangsa

Netizen Academy MPR RI di Bali

Perwujudan Bhineka Tunggal Ika juga terjadi saat pelaksanaan kegiatan Netizen Bali bersama MPR RI Sabtu (30/10/2021) yang lalu. Bertajuk Netizen Academy dengan membawa tema besar Unity in Diversity for A Better Indonesia. Kegiatan kali ini juga mengusung tema “Bijak Bermedia Sosial dalam Mewujudkan Karakter Bangsa,” sesuai dengan perkembangan saat ini di mana medsos menjadi “makanan” sehari-hari yang tak bisa lepas dari kehidupan masyarakat. 

Elemen Netizen Bali yang hadir pun beragam, mulai dari Komunitas Mom Blogger Bali, Komunitas Youtuber Otomotif, Beauty Blogger, Relawan TIK, akademisi, dan content creator lainnya. acara berlangsung hidmat diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Pembacaan Teks Pancasila, dan doa dalam agama Hindu. 

Hadir dalam acara tersebut Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Sekreatriat Jenderal MPR RI, Siti Fauziah, SE, MM dan Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga, Budi Muliawan, SH, MH. Acara dipandu oleh Dosen Vokasi UI dan Pegiat Literasi Media Sosial, Nurliya Apriyana, SE, MM. 

Ibu Siti Fauziah yang akrab disapa Bu Titi, menyampaikan rasa senang dan bangga bisa hadir di antara netizen Bali dari berbagai latar belakang suku dan agama. Beliau juga menyampaikan bahwa saat ini MPR juga mulai merambah ranah digital untuk menyampaikan sosialisasi 4 Pilar MPR RI. Ya, mengikuti perkembangan zaman dan pola komunikasi kekinian sangatlah penting, asal jangan sampai mengikis etika dan rambu-rambu yang ada. 

Senada dengan Bu Titi, Pak Wawan, sapaan akrab Bapak Budi Muliawan juga menyampaikan bahwa saat ini tantangan yang dihadapi oleh negara Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, misalnya kemiskinan, masalah literasi, dll. Yang berbeda adalah polanya, karena saat ini zaman serba digital. 

“Tentunya, kita juga harus mewujudkan amanah kemerdekaan yang tertera dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mengabarkan hal yang positif ke dunia maya, mengihindari hoaks dan ujaran kebencian,” lanjutnya. 

“Perlu diingat juga, sebagai seorang netizen yang melek dunia media sosial dan literasi, sebarkanlah nilai-nilai positif yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia agar saling mempengaruhi (influence) dalam hal kebaikan,” tutupnya. 

Acara pun dilanjutkan dengan diskusi kelompok dan membahas seputar media sosial. Menjadi PR kita bersama adalah bagaimana agar bisa bermedsos dengan sehat sebagaimana karakter masyarakat Indonesia yang baik. Bukan dengan mudahnya melakukan pembully-an, ujaran kebencian, kata-kata kasar, dll yang bisa menjatuhkan mental orang lain. 

Buku Digital MPR RI yang bisa diunduh di Playstore

Aplikasi Buku Digital MPR RI di PlayStore

Diskusi semakin seru dengan adanya masukan-masukan dari netizen Bali untuk perbaikan media sosial yang dimiliki oleh MPR RI. Kabar baiknya, sekarang MPR RI juga memiliki Budi (Buku Digital) yang bisa diunduh di playstore. BuDi berisi jurnal dan majalah digital yang dikeluarkan MPR. Nah, jika Temans membutuhkan materi atau sumber rujukan, bisa mengunduh aplikasinya di playstore dengan cuma-cuma. Jangan lupa untuk memberikan penilaian dan masukan, ya! semoga berbagai perbaikan khususnya di ranah digital semakin memperkuat pondasi nasionalisme dalam diri setiap warga Indonesia.  

Acara pun berjalan lancar dan ditutup dengan agenda performance dan foto bersama panitia dan peserta. 

Empat Pilar MPR RI 

Tahukah kamu? Apa itu Empat pilar MPR RI yang sejak tadi kita bahas? 

Empat pilar MPR RI adalah 4 (empat) pilar yang melandasi kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. 

Jadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, 4 hal tersebut sangat penting untuk diwujudkan dan diimplementasikan. Tentu, tidak hanya dengan memproklamirkan slogan “Saya Pancasila, saya cinta NKRI” tapi harus dibuktikan dalam tindakan sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat. 

Penanaman nilai-nilai pancasila dan ketiga pilar lainnya harus dimulai sedini mungkin agar rasa nasionalisme tertanam dalam generasi selanjutnya. Lagi-lagi, nasionalisme yang sebenarnya, bukan hanya sekadar slogan terucap di bibir, tetapi terpatri dalam dada.  

Tips Bijak bermedia sosial
Performance dan foto bersama Netizen MPR RI Bali

Bijak Bermedia Sosial dalam Mewujudkan Karakter Bangsa 

Tips Bijak Bermedia Sosial 

Perdalam Literasi Digital 

Berdasarkan data Hootsuite mengenai kondisi digital di Indonesia per Januari 2021, sebanyak 345,3 juta smartphone digunakan oleh sejumlah 274,9 juta jiwa  penduduk Indonesia. Artinya, sebagian orang memiliki ponsel lebih dari satu. Sejumlah 202,6 juta jiwa (73.7%) sebagai pengguna internet aktif dan sebanyak 170 juta jiwa (61,8%) adalah pengguna aktif media sosial. 

Lebih dari 50% penduduk merupakan pengguna medsos aktif, namun apakah sudah pasti mereka menguasai literasi digital? Sayangnya masih sering kita temui di lapangan, berbagai informasi hoaks yang sedemikian mudah menyebar, ujaran kebencian, atau perundungan melalui komentar-komentar niradab yang dilayangkan tanpa dipikirkan dampaknya. 

Think before Posting

Berkaitan dengan poin pertama, maka hendaknya kita selalu menimbang terlebih dahulu sebelum melontarkan komentar atau menyebarkan konten di media sosial. Media sosial dibuat untuk memudahkan penggunanya berinteraksi dengan orang lain tanpa terhalang geografis. Pada perkembangannya, orang semakin ingin dan terbiasa menampilkan apapun di media sosial yang dimilikinya. 

Saring before Sharing 

Mudahnya mendapat informasi di whatsapp group (WAG) maupun dari media lain membuat seseorang ingin menjadi yang pertama dalam menyebarkan berita. Ada rasa bangga ketika bisa menyebarkan informasi dari satu WAG ke WAG lain. 

Namun tunggu dulu! Sudahkah dicek keabsahannya? Salah-salah kita ikut menjadi tertuduh penyebar info hoax. Jadi, saring informasi terlebih dahulu sebelum menyebarkannya. 

Membuat Konten Bermanfaat di Media Sosial 

Mengingat banyaknya hoaks yang beredar, mari kita imbangi dengan konten-konten positif yang bermanfaat. Tak perlu ikut berkomentar atau menyebarkan konten negatif karena hanya akan menyebabkan konten tersebut makin banyak dibaca orang dalam lingkaran pertemanan kita di medsos. 

Warganet_apalagi yang mengaku sebagai seorang influencer_ seyogianya mengunggah konten-konten bermanfaat karena disadari atau tidak, pasti ada pengikut yang akan meniru tindakannya. 

Berhenti di Kamu, jika Mendapat Info Hoaks

Jika mendapai berita yang belum jelas kebenarannya, terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah memastikan berita tersebut valid atau tidak. Jika pasti hoaks atau ragu dengan kebenarannya, cukuplah berita tersebut terhenti di kita, tidak perlu disebarkan ke orang lain. 

Dengan memahami 4 Pilar MPR RI dan perlahan menerapkannya, kita bisa memulai mewujudkan persatuan dan kesatuan Indonesia.

Semoga bermanfaat,

Salam, 

Posting Komentar untuk " Perwujudan 4 Pilar MPR RI dalam Bermedia Sosial "