Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Icip-icip si Biskuit Hits Lotus Biscoff

Review Biskuit lotus biscoff yang sedang naik daun di Indonesia

Seperti apa sih, rasanya biskuit hits Lotus Biscoff? Apakah "coff"-nya itu merujuk pada "kopi"? Pertanyaan ini memenuhi benak saya ketika di akun-akun foodies berseliweran aneka olahan dessert dengan menggunakan biskuit ini. waktu itu ingin beli, icip dan buat review biskuit Lotus Biscoff, hehe.  

Saya pun kepo marketplace dan mendapati ternyata harganya cukup mahal karena ternyata biskuit impor dan waktu itu masih jarang tersedia di toko. Milih mundur teratur deh, ya gimana ya Mamak kadang jajannya ngikut anak-anak, beli biskuit di warung yang harganya maratus. Ups!

Lalu saat belanja beras dan detergen ke supermarket terdekat, terlihatlah penampakan si Biskuit yang tengah naik daun itu. Jiwaku pun meronta-ronta untuk segera mengambil dan memasukkannya ke dalam troli belanjaan. Sayang si Bapak suami nggak ngasih izin, kemahalan katanya. Hiks. Mamak patah hati.

Tak berselang lama, saat suami hendak beli sesuatu ke sana, kukeluarkan jurus modus bumil ngidam (padahal sih dari anak pertama dulu nggak pernah sampai ngidam ini-itu kebangetan, ingin sesuatu ya ingin aja, memang biasa banyak keinginan icip-icip makanan sewaktu nggak hamil pun) jadi kali ini beneran modus. Ahahaha

Akhirnya, sampai juga si Lotus Biscoff di tangan, kalau tidak salah seharga 35 ribu isi 250 gram (kurang lebih 25 keping, nggak ngitung jumlahnya) dan yang jelas kalau beli online lebih murah sekarang. Sebenarnya berharap dapat yang dibungkus satuan, tapi dapatnya yang biasa. Yaudahlah, yang penting nggak penasaran lagi sama rasanya. Oke, kita bahas satu-persatu, ya.

Reviu Biskuit Lotus Biscoff

Packaging 

Pengemasan biskuit Lotus Biscoff terbilang biasa saja, sederhana, tidak mencolok. Warna dominan merah dengan pinggir putih, gambar biskuit dan tulisan “Lotus Biscoff since 1932” di bagian atasnya. Terdapat juga gambar sketsa cangkir dengan sekeping biskuit di pinggiran piring tatakan cangkirnya. “small biscuits unique taste” tertulis di bawahnya, yang menggambarkan biskuit ini cocok sebagai teman minum kopi/teh. Sedangkan di sisi putih satunya hanya terdapat tulisan isi biskuitnya sebanyak 250 gram. 

Plastik yang digunakan adalah plastik doff, bukan glossy sehingga terkesan tidak “wah”, sederhana, elegan menurut saya.  

Ilustrasi dalam kemasan biskuit lotus biscoff
Gambar cangkir yang ilustrasinya terdapat dalam kemasan
sumber: website Lotus Biscoff

Tekstur

Tekstur biskuit Lotus Biscoff padat dan keras. Saat digigit rasanya renyah tetapi tidak langsung hancur di mulut. Ada butiran-butiran gula pasir yang masih terasa teksturnya juga, sehingga terasa ‘kres-kres” saat dikunyah. Warnanya coklat alami, identik dengan gambar yang terdapat dalam kemasan, tidak dilebih-lebihkan. 

biskuit alami tanpa pengawet dan pemanis buatan
Penampakan si Bikuit hits

Rasa dan Aroma 

Rasa dan aroma biskuitnya unik. Ekspektasi saya, aroma yang paling kuat adalah aroma kopi, tetapi ternyata lebih kuat aroma rempahnya. Setelah saya baca ulang, ternyata memang komposisinya adalah rempah. Jadi nama “kopi” disematkan di nama biskuitnya kemungkinan karena biskuit ini cocok sebagai teman minum kopi, bukan mengandung kopi. 

Aroma yang paling kuat adalah cinnamon/kayu manis, mengingatkanku pada kue khas Kota Semarang, Gandjel Rel. Sedangkan rasa yang paling dominan adalah manis dengan after taste ada sedikit rasa pahit tetapi tidak mengganggu. 

Kalau buat saya sih memang cocok buat teman ngopi/ngeteh. Anak-anak juga doyan. Sedangkan suami tidak suka dengan aromanya.

Setelah melihat komposisinya, memang menggunakan kayu manis sebagai rempah tambahan dan penambah aroma. Siapa nih, pencinta kayu manis dan segala olahannya? 

Oh ya, biskuit ini juga cocok untuk vegetarian karena menggunakan bahan alami, tanpa pewarna, perasa tambahan, dan pengawet. 

Biskuit yang cocok sebagai teman ngopi dan ngeteh

Komposisi dan Keunggulannya

- No colours

- No added flavours

- Suitable for vegans and vegetarians

- Ideal untuk resep makanan (berbagai dessert)

- Non-GMO

Bahan:

Tepung terigu, Gula, Minyak nabati (mengandung satu atau lebih minyak kacang kedelai, minyak bunga matahari, minyak canola, minyak kelapa sawit), sirup gula merah, Sodium bikarbonat (ragi), tepung kedelai, garam, kayu manis. Tidak mengandung kacang. Mengandung: Gandum dan Kedelai.

Sejarah Lotus Biscoff 

Logo Lotus Biscoff pertama kali
sumber: Website Lotus Biscoff

Karena tulisan “Since 1932” yang tertera di dalam kemasan, saya pun penasaran bagaimana biskuit ini masih eksis sampai sekarang bahkan hits di Indonesia sejak akhir tahun 2020 lalu. Yuk, kita simak sejarah Lotus Biscoff yang terdapat di websitenya. 

Our history begins in 1932, when Jan Boone Sr. creates a caramelised cookie with nothing but natural ingredients. He names it Lotus, after the flower that symbolises purity.

Berawal dari ide Boone untuk membuat biskuit karamel speculoos (rempah) dengan bahan alami. Ia menamai biskuit tersebut sebagai Lotus sesuai dengan arti bunga lotus yaitu murni.

The very first Lotus biscuit was introduced in the food industry as the biscuit to be served with coffee. It's an instant hit because tastewise, coffee and the caramelised biscuit have complementary taste profiles. They boost each other's flavour.

Pada 1956, Boone memasarkan biskuit buatannya ke kafe dan restoran. Ia membungkus sendiri biskuit buatannya. Ternyata pelanggan kafe dan restoran menyukai biskuit buatannya. Biskuit Lotus dinilai sebagai pendamping minum kopi yang serasi. Rasa keduanya menyatu dengan baik. 

Through the years, Lotus Biscoff's popularity rises far beyond the borders and is distributed to our neighbouring countries.

Seiring waktu, Lotus tidak hanya populer di Belgia. Biskuit ini juga disukai negara tetangga.

Pada 1960an, banyak kafe di penjuru Eropa menyajikan kopi dengan biskuit Lotus. Sampai biskuit ini mendapatkan predikat "Biskuit favorit Eropa yang diminum dengan kopi."

Selanjutnya pada 1985, Lotus memperluas pasar dengan memberikan sampel biskuit untuk maskapai Amerika Serikat. Ternyata biskuit tersebut disukai penumpang pesawat, sampai tiga dekade kemudian biskuit Lotus Biscoff tetap ada dalam penerbangan dalam dan luar negeri Amerika Serikat. 

Nama Biscoff disematkan pada 1986, yang didapat dari singkatan Biscuit Coffee. Uniknya selain biskuit, Lotus Biscoff juga punya selai. Produk ini didapat dari acara televisi Belgia, De Bedenkers (Si Penemu). Salah satu peserta bernama Els Scheppers mengubah biskuit Lotus Biscoff jadi selai. Inovasinya ini mampu mengalahkan 2.000 peserta lain. Boone menghubungi Scheppers dan mengajak ia bekerja sama. Saat selai ini dirilis ke pasaran, dalam kurun waktu tiga jam seluruh stok habis. Jadilah fenomena makanan baru.

Dari waktu ke waktu, Lotus Bicsoff terus mengembangkan idenya membuat berbagai varian biskuit dan produk sehingga makin banyak pilihan termasuk membidik pasar snack sehat untuk bayi, eskrim, biskuit sandwich, cokelat, dll. 

Lotus Biscoff sendiri baru masuk pasaran Asia pada tahun 2014 berawal di China dan Korea Selatan. Wajar ya, jika di Indonesia mulai ramai sejak tahun 2020. 

Status Halal Lotus Biscoff 

Awal saya pensaran dengan biskuit ini, saya belum berani membeli. Selain harganya yang terasa mahal, juga status kehalalannya saya belum tahu. Penasaran, saya pun  mencari info di Halal Corner, ternyata sudah mengantongi sertifikat halal (SH). Karena biskuit impor, biasanya SH dari negara tempat cabang merek tersebut berada. Nah, Lotus Biscoff diimpor Indonesia dari Malaysia, jadi status kehalalannya dijamin oleh Jakim. Inilah kenapa ada produk yang halal di negara kita, ternyata mengandung unsur no-halal di negara lain karena pabriknya berbeda dan bahan bakunya juga disesuaikan.

Selain itu, di website Lotus Biscoff juga beberapa produk yang sudah SH dan produk lain yang masih belum mendapat SH.

The Original Biscoff, crushed Biscoff and Biscoff spread are Halal certified. The other Lotus products are not Halal certified but they do not contain pork. As to alcohol, products made with alcohol containing flavouring are Galettes Campinoises, Pommeline, Piet Piraat, filled waffles with vanilla flavour, butter madeleine, butter madeleine with chocolate filling, butter madeleine with raspberry filling. All other Lotus products are free of alcohol.

Setelah episode icip-icip ini, saya sebenarnya ingin membeli lagi karena cocok dimakan 2-3 keping sambil ngopi. Namun saya belum sempat beli lagi. Rasanya jadi ingin merasakan dessert yang menggunakan bahan ini dan ingin merasakan juga versi selainya (spread Lotus Biscoff). Temans yang pernah nyoba, gimana testimoninya? 

Semoga bermanfaat, 

Salam,   


Sumber:

1. Website Lotus Biscoff

2. Kompas Online

5 komentar untuk " Icip-icip si Biskuit Hits Lotus Biscoff"

  1. Biskuit lotus ini malah klasik menurutku apalagi kemasannya sederhana, terlebih biskuitnya enak memang dan bener aromanya khas banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, ini biskuit klasik yang baru rame di Indonesia 2 tahun terakhir

      Hapus
  2. Baru tahu lho ada biskuit gini. Dari wangi kayu manis dan rempah-rempah udah kebayang rasanya. Mirip biskuit tradisional gak sih yang kayu manis itu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semacam kue jahe gitu ya Mbak, biskuit klasik yang masih bertahan sampai sekarang

      Hapus
  3. Waaahhh, ini mah enak Mba kalau ada aroma kayu manis.
    Me likey *Halah 😅

    Tapi jujur, saya bahkan baru dengar nama biskuit ini.

    Harganya fantastis sih, harusnya Enyak, selain aromanya sih, memang ga semua orang suka kayu manis :)

    BalasHapus