Duet Maut Joko Pinurbo dan Erni Aladjai di Pesta Cerita 30HBC21
Akrab dengan 30 Hari Bercerita (30HBC)?
Tepat sekali! ini adalah salah satu program ajakan menulis/bercerita (ngeblog) di platform instagram yang rutin diadakan selama 30 hari penuh di bulan Januari. Sebelumnya, ajakan ini dimulai di blog.
Saya sendiri mengenal 30HBC sejak tahun 2017. Saat itu saya sedang mencari ide untuk mengisi instagram @istanarina_blog, akun kedua yang baru saya buat. Tiba-tiba membaca postingan teman dengan tagar #30haribercerita saya pun kepo, lalu mengikuti ajakan itu meskipun sudah terlambat beberapa hari. Tahun-tahun berikutnya, saya mengikuti di akun utama @arinamabruroh. Oh ya, pernah sekali mengikuti di 2 akun.
Tahun 2021, di tengah pandemi ini, 30HBC makin banyak peminatnya. Saya pun selalu menanti program ini, ketagihan dengan sensasinya dan rasa puas setelah berhasil menuntaskan tantangan untuk diri sendiri, konsisten menulis selama 30 hari.
Pesta Cerita bersama Joko Pinurbo dan Erni Aladjai
Tahun-tahun sebelumnya, biasanya pengikut 30HBC akan mengadakan kopdar di masing-masing wilayah. Saya pun pernah mendaftar untuk mengikuti kopdar di Bali pada tahun 2020 (atau 2019 ya?!). Sayangnya saat hari-H suami saya sakit sehingga saya batal datang.
Berkah di tengah musibah, karena masa pandemi dan tidak memungkinkan untuk bertemu secara langsung, acara pun dilaksanakan di zoom. Begitu membaca informasi di IG, saya langsung mendaftar dan harap-harap cemas menanti kabar dari panitia apakah saya bisa ikut atau tidak.
Senang sekali saat akhirnya mendapat email sekaligus link zoom meeting. Yeaaay! Saya keangkut! Sampai jingkrak-jingkrak beneran, dan bikin suami geleng-geleng kepala. Meskipun kemarin, tanggal 21 Februari saya marathon dari zoom ke zoom dan ngantuk berat sebelum berlangsung. Tetap berusaha semangat buat bergabung dan akhirnya ngantuk berangsur hilang saking serunya acara.
Acara inti Pesta Cerita 30 Hari Bercerita selain sebagai ajang perkenalan dengan teman-teman dari seluruh Indonesia, juga ada sesi 'Kelas Cerita' menghadirkan 2 orang penulis beken, Joko Pinurbo dan Erni Aladjai. Tentunya, banyak banget inspirasi yang didapat dari acara ini.
4 Rahasia Sukses Menulis ala Joko Pinurbo
Siapa tak kenal dengan Joko Pinurbo? Cuitannya di twitter selalu ramai dan bahkan dari cuitannya itu telah lahir 1 buku berjudul ‘Haduh, aku di-follow’ (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2013).
Penyair terkemuka Indonesia yang akrab disapa Jokpin ini telah memperoleh berbagai penghargaan, di antaranya: Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Karya-karya penyair yang tinggal di Yogyakarta ini sangat khas, dengan gaya dan warna tersendiri yang makin menyemarakkan dunia puisi Indonesia.
“Saya menulis puisi bukan untuk dinikmati kalangan penyair. Saya menulis puisi untuk siapapun.” (Joko Pinurbo).
Dan inilah Tips Menulis dari Jokpin yang disampaikan dalam acara Pesta Cerita kemarin:
1. Memiliki Tabungan Kata-kata
Jokpin mengaku selalu memiliki ‘tabungan kata-kata’. Teknisnya, beliau memiliki 1 nomor WA rahasia yang bisa beliau gunakan untuk ‘menyimpan’ kata-kata dan ide yang muncul setiap saat. Suatu saat akan menulis, tinggal mengembangkan kata-kata yang sudah ada.
Dengan cara ini, bahkan beliau berhasil menulis 2 buku dalam waktu bersamaan.
“Karya berikutnya harus lahir dari karya sebelumnya.”
Begitu seterusnya, sehingga tidak ada kamus kehabisan ide baginya. Karena puisi pertama akan melahirkan puisi kedua, puisi kedua melahirkan puisi ketiga, dan seterusnya.
2. Disiplin
Satu hal yang membuat seorang penulis tidak selesai menuntaskan ceritanya adalah karena tidak disiplin dan tidak konsisten.
“Sejak awal harus punya kebulatan tekad. Selalu ingat tujuan menulis. Jangan BERMALAS-MALASAN dan MENUNGGU MOOD. Harus disiplin menulis setiap hari. Sekali putus semangatnya, maka nyambungnya susah,” lanjutnya.
3. Mengalir
“Menulis itu menampilkan hal-hal kecil untuk mengungkapkan hal yang besar,” lanjut Jokpin. “Menulis dengan gaya sederhana tanpa mengesampingkan kompleksitas maknanya.”
Inilah yang membuat puisi-puisinya terasa sederhana, dekat dengan realitas sehari-hari tetapi maknanya mendalam. Beliau selalu menulis hal-hal yang dekat dengan kesehariannya dan sangat umum dialami manusia. Salah satu trik supaya bisa menulis adalah mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Apakah pernah mengalami writer’s block dan kejenuhan? Tanya salah seorang peserta.
Jokpin pun menjawab, pernah. Menurutnya, hal-hal seperti itu adalah hal yang pasti dialami oleh seorang penulis. Dan saat jenuh, obat mujarabnya adalah dengan tidur. Biasanya setelah tidur, pikiran menjadi lebih tenang dan segar untuk kembali menulis.
4. Menikmati Cerita yang Ditulis
"Nikmatilah cerita yang kita tulis seakan-akan kiat menjadi tokoh utamanya.” (Jokpin)
Karena itulah menuliskan cerita yang dekat dengan peristiwa yang dialami atau aktivitas sehari-hari menjadi lebih mudah dan lebih mengena.
Mengenai gaya bahasa yang khas, Jokpin menuturkan bahwa setiap orang pasti mengalami proses panjang sebelum menemukan gaya menulisnya sendiri. untuk itu, harus menikmati prosesnya meskipun awalnya terasa terbawa arus mengikuti cara bertutur penulis yang disukai.
Kelas Cerita bersama Jokpin dan Erni Aladjai |
Erni Aladjai: Saya Menulis karena Saya Gelisah
Erni Aladjai, adalah penulis novel Indonesia kelahiran Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Erni yang kini berusia 35 tahun ini menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Sastra Prancis Universitas Hasanuddin, Makassar. Karya-karyanya banyak yang mengangkat isu lokal. Naskah novel keduanyanya ‘Kei’ meraih pemenang unggulan dalam Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012.
Ia mengaku lahir dan tumbuh di pulau, dalam keluarga dan masyarakat yang tidak hangat. Ia mengalami kegelisahan sejak kecil. Membaca dan menulis adalah pelariannya dari kondisi yang ia alami.
“Jika waktu itu saya tidak membaca dan menulis, belum tentu saat ini saya bisa menolong diri saya sendiri,” (Erni Aladjai).
Senada dengan Jokpin, Erni pun menulis hal-hal yang dekat dengan dirinya dan berangkat dari kegelisahannya terhadap suatu masalah. Dia mengatakan tidak pernah mencari ide atau cerita, karena cerita itu sendiri yang seolah datang menghampirinya untuk ditulis dan dipublikasikan.
Proses Kreatif Menulis ala Erni Aladjai
Setiap penulis pasti memiliki proses kreatif yang berbeda, meski secara umum langkah-langkahnya biasanya senada. Erni yang mengaku mulai aktif menulis sejak kuliah dan menjadi jurnalis media kampus ini, menuturkan bagaimana proses kreatifnya dalam menelurkan karya.
1. Riset
Layaknya seorang jurnalis mengumpulkan bahan berita, seorang penulis juga perlu melalukan riset agar karyanya bisa diterima logika, tidak asal-asalan. Lebih-lebih jika menuliskan cerita berlatar belakang suatu peristiwa, seperti novel ‘Kei: Kutemukan Cinta di Tengah Perang’. Kei sendiri adalah salah satu nama pulau dan suku di Maluku Utara.
2. Mendengarkan Pengalaman Orang
Penulis juga perlu mendengar ksiah-kisah orang lain guna mendukung ide ceritanya. Lagi-lagi Erni mencontohkan proses kreatifnya saat akan menulis ‘Kei’. Mengumpulkan kisah-kisah dari orang yang pernah terlibat dalam suatu peristiwa akan mendukung kisah tersebut menjadi lebih hidup.
3. Mengamati Peristiwa
Mengamati peristiwa baik yang dialami sendiri atau terjadi di sekitar kita juga merupakan hal yang wajib dimiliki seorang penulis. Ia harus peka menangkap setiap peristiwa untuk menjadikannya sebuah cerita sarat makna.
4. Kurasi Cerita
Terakhir, perlu juga untuk melakukan kurasi kisah mana yang akan diceritakan dan mana yang tidak. Gunanya agar kisah yang ditampilkan masih pada jalurnya, tidak melebar ke mana-mana.
Fyuuh! Alhamdulillah, itulah inspirasi yang saya dapatkan dari acara Pesta Bercerita 30HBC21 kemarin.
Tak Menyangka Dapat Hadiah Awal Cerita
Acara kamarin itu beneran seru sejak awal. Bahkan MC-nya, Kak Petrik itu posisinya di luar negeri. Daebak! Kak Petrik dan Kak Mega yang bertugas jadi MC memulai acara dengan ceria dan ngasih pertanyaan ke peserta.
Ada 173 partisipan di zoom meeting. Dalam hati saya bilang, ‘ikut 'raise hand', ah. Banyak yang angkat tangan belum tentu aku terpilih.’ OMG! Ternyata di pertanyaan ketiga tentang apa bedanya 30HBC21 dengan tahun-tahun berikutnya, Kak Petrik milih nama Bali_Arina_@arinamabruroh.
Asli kaget dan agak gelagapan mau ngomong apa waktu tahu-tahu ditunjuk. Iyah, saya ini orang yang paling susah ngomong di depan umum apalagi di forum yang saya tahu banyak orang-orang kece. Hiks. se-insecure itu.
Yaudah, akhirnya jawab dengan nyapa-nyapa dulu. Untungnya Kak Mega dan Kak Petrik membantu banget, tanya-tanya jadi sayanya nggak grogi amat.
30HBC21 bagi saya memang terasa lebih istimewa. Selain momen-nya sedang pandemi, para mimin juga sepertinya lebih menyiapkan. Mulai dari konsep, persiapan, jadwal, dll terasa lebih terstruktur. Makasih banyak, mimin yang sudah bekerja keras demi 30HBC.
Adanya tema setiap beberapa hari juga menjadi ciri khas 30HBC21. Meskipun terkadang tema-tema itu bikin pusing, tapi sangat menolong ketika kehabisan ide menulis.
Buat saya sendiri, 30HBC21 juga istimewa karena ini pertama kalinya ada 1 cerita yang di-repost mimin. Senangnya masyaAllah, waktu itu. Eh, bagian ini nggak saya ceritakan kemarin. Wkwkwkwk.
Daaan! Tahu-tahu ternyata dapat hadiah buat yang jawab pertanyaan. Ya Allah... senang banget! Semoga hadiahnya cepat sampai. Aamiin.
Keseruan grup berbagi cerita |
Keseruan Sambung Cerita ‘Samsudin’ di ‘Berbagi Cerita’
Kemarin sebenarnya sudah ngantuk dan capek, tapi nggak mau meninggalkan acara karena menunggu sambung cerita. Yes, ini semacam tradisi setiap 30HBC ngadain kegiatan. Pasti ada keseruan nyambung cerita.
Sebelum acara, mimin membuat beberapa karakter panitia dan meminta teman-teman untuk memberi nama. Akhirnya, Samsudin dan Si Lun menjadi karakter yang paling dikenal. Tentu, ceritanya pun dengan tokoh Samsudin.
Agak-agak absurd sih, ya, pasti kalau ada sambung cerita seperti itu. Namanya banyak kepala banyak ide yang muncul. Udah gitu baru pertama kali ketemu, belum kenal jadi belum tahu yang lain mau menuliskan apa. Apalagi sambil nulis, sambil nyari ide, grup juga selalu ramai dipandu Kak Fanya dan Kak Kira.
Finally... setelah ber-haha-hihi dalam grup berisi 15 orang tapi hanya ada 1 kaum adam itu, jadi juga 1 cerita tentang Samsudin dan indomie. Wkwkwkwk.
Kisah kelompok 2, kelompok saya ini tidak dipilih untuk dibacakan oleh moderator. Nggak apa-apa sih, tetap ditayangkan sama Mimin di IG @30haribercerita dan jadi dapat teman baru, yeay!.
Alhamdulillah, acara selesai dan malamnya tidur nyenyak banget karena kecapekan. Jadilah baru sempat nulis sekarang meskipun niatnya kelar acara langsung tayangin di blog, saking serunya acara Pesta Cerita 30 Hari Bercerita ini.
Pokoknya, semoga sehat-sehat semua, supaya tahun depan bisa berjumpa lagi di 30HBC. Mimin-miminnya semoga terus semangat ngadain program ini. terima kasih banyak, khusunya buat para Mimin, Narabahasa, Kompas, dan Makassar International Writers Festival (MIWF) yang menjadi sponsor acara.
Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat.
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Bagai dapat durian runtuh
Tinggal langsung praktek saja nih ^^
Makasih sharing tipsnya Rin.moga2 tahun ni bisa lebih rajin nulis lagi