Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melirik Usaha Olahan Carica Buah Unik khas Dieng

Carica embun pagi, merek produk olahan carica buah unik khas Dieng

“Saat ini, bisnis olahan carica itu bisnis yang paling berpotensi menguntungkan. Saya pun mengambil peluang ini dan memutuskan menjadi pengusaha.” (Fathurahman, Pengusaha Carica di Wonosobo).

Sekilas tentang Carica (Carica Pubescens)

Carica, buah unik ini hanya tumbuh di 3 tempat di dunia, salah satunya di Dieng, di negara kita tercinta. Sebagai warga Wonosobo, saya tentunya ikut bangga dengan hal ini. apalagi ketika ada teman atau saudara yang membicarakan carica dan mengaku sangat menyukai buah unik satu itu. Hm... hatiku berbunga-bunga, Temans! *lebay.

Inginnya tiap habis mudik bawa oleh-oleh manisan carica (carica in syrup) sayangnya bawanya agak repot. Yamaklum, mudik bawa 2 anak kecil dan nyari cara agar hemat di kantong memang butuh effort juga. Kelak mungkin ya, kalau sudah bisa mudik bawa mobil milik sendiri, atau saat sudah tak perlu berhitung panjang untuk biaya tiket langsung DPS – SRG :P 

Saya berusaha mencari literatur tentang asal-usul atau sejarah tanaman unik yang satu ini sayangnya belum menemukan sumber yang valid. Apakah ia dibawa ke Dieng saat zaman kolonial Belanda, dibawa oleh wisatawan asing, atau ditanam sebagai bentuk kerja sama antara petani dengan perusahan yang memperoduksi hasil pertanian di Wonosobo saat itu, saya belum menemukan jawabannya. Nah, barangkali ada Temans yang tahu perihal ini, silakan berikan komentar ya, atau boleh banget kirim via email. 

Dulunya, pada masa kejayaan PT. Dieng Djaya, carica menjadi salah satu komoditas utama. Carica, jamur kancing, kadang Dieng (atau banyak yang menyebutnya ‘Kacang Babi’ karena bentuknya yang ‘ginuk-ginuk’), adalah bahan baku ekspor makanan dalam kaleng. Bagi masyarakat kebanyakan, semua itu adalah ‘makanan sultan’ yang tidak bisa didapatkan di toko. Produk-produk tersebut hanya untuk ekspor. 

Sejak pamor perusahaan ini mulai turun dan mulai bangkrut, banyak karyawan yang dirumahkan. Satu-persatu mantan karyawan mulai mencoba memproduksi carica seperti yang dibuat di tempatnya bekerja. Sejak saat itu, carica makin terkenal dan menjadi oleh-oleh khas Wonosobo yang tak boleh ketinggalan untuk dicoba. 

Masyarakat mulai menghargai carica, yang dulunya dianggap tak berguna dan hanya dimakan dengan cara dikulum bijinya, lalu dikeluarkan lagi setelah tak berasa. Ya, dulu buah carica, yang dikenal di Dieng dengan sebutan ‘kates’ itu dijual di area tempat wisata namun tak begitu menarik perhatian pengunjung. 


owner Carica Embun Pagi Wonosobo
Ifat, Owner 'Carica Embun Pagi'


Carica Embun Pagi Produksi Anak Muda Wonosobo

Saat ini, ratusan home industry pengolahan carica bermunculan di Wonosobo dan Banjarnegara. Salah satunya yang saya kenal adalah Fathurahman, yang akrab disapa Mas Ifat, dengan merek dagang CARICA EMBUN PAGI’.

Ia mengaku ide bisnis carica muncul 4 tahun yang lalu, pada bulan September tahun 2016. Saat itu ia masih berstatus karyawan, dan ingin menjadi pengusaha.  Ia pun bergabung dengan komunitas pengusaha muda Wonosobo. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah bisnis olahan carica, karena progresnya cepat, keuntungannya cukup menjanjikan. Ia pun memutuskan untuk serius belajar sebelum mulai produksi. 

Belajar produksi, membuat merek, mengurus perizinan, dll kurang lebih dilakukan dalam waktu 4 bulan. Setelah itu ia memulai produksi carica dengan mereknya, Carica Embun Pagi yang melambangkan kesegarannya seperti embun di pagi hari.

Saat ini, target marketnya yang paling besar dari sektor pariwisata di Wonosobo, tetapi tetap merambah pasar di luar wonosobo terutama via online. Pangsa pasarnya sama-sama menjanjikan terutama di musim-musim liburan dan event. Sayangnya, kondisi pandemi membuat semua sektor lebih-lebih pariwisata melempem. Ya, semuanya merasakan dampak virus corona. 

Lokasi produksi Carica Embun Pagi cukup jauh dari Dieng. Ifat pun mengambil bahan baku dari tengkulak, tidak langsung ke petani. Jika memilih langsung ke petani, aksesnya sulit dan belum tentu petani bisa menyediakan bahan baku yang dibutuhkan. Layanan pengiriman ke pemesan yang disediakan oleh pengepul juga menjadi salah satu alasan. Petani hanya menanam dan menjual hasil pertanian, jarang yang berhubungan langsung dengan produsen olahan carica.

Suka Duka Menjadi Pengusaha Carica Dieng

“Bisnis itu, tugasnya menyelesaikan kendala, mencari solusi dari setiap masalah,” ujar Ifat optimis ketika membahas tentang kendala apa yang dihadapi dan suka dukanya setelah berkecimpung dalam usaha pengolahan carica. 

“Pasti akan muncul masalah setiap waktu. Kendala dari sisi SDM/karyawan, produk rusak, pasar (ketika masuk toko oleh-oleh harus konsinyasi, modalnya mandek karena dibayar ketika barang laku, kadang barang sudah laku tapi belum dibayar,” tambahnya. 

Tak cukup sampai di situ, ia harus merelakan 2 karyawannya yang berinisiatif keluar dan memproduksi sendiri. padahal karyawan inilah yang telah dibina sejak awal. 

“Senangnya jadi pengusaha itu ya kalau dagangan laku, dapat omzet yang besar, dll” tambahnya sembari tertawa. 

Meski begitu, ia juga mengakui banyak duka yang dilewati seperti saat pandemi ini yang berimbas ke berbagai sektor apalagi pariwisata, sistem konsinyasi yang merugikan produsen terlebih jika pihak toko tidak memberikan uang ketika barang telah laku terjual, juga persaingan yang kurang sehat dengan produsen lain. 

Pengalaman dan berbagai pertimbangan membuatnya memilih salah satu sektor usaha. Sebelumnya produksi dan marketing dihandle langsung. Namun mulai Januari 2020 Carica Embun Pagi mencoba mengubah cara ‘bermain’, hanya handle marketing. 

“Idealnya ketika produksi, sudah ada marketing yang loyal dan akan membeli produk kita secara kontinyu. Namun hal ini belum bisa dilakukan di Carica Embun Pagi. Sekarang kami memilih untuk fokus di marketing, bagian produksi diserahkan ke orang lain dengan sistem kerja sama,” lanjut Ifat. 

Tak hanya itu, sistem konsinyasi ke toko oleh-oleh yang tersebar di Wonosobo pun ditinjau ulang dan diseleksi kembali. Hanya toko yang benar-benar komitmen dan omzetnya bagus yang tetap diajak berkerja sama.

“Dulunya menitipkan ke 40 toko, sekarang hanya 10 toko yang komitmen pembayaran dan penjualan juga bagus,” pungkasnya. 

Aneka pilihan kemasan carica in syrup produksi carica embun pagi
Berbagai ukuran kemasan minuam carica
sumber foto: Fanpage Carica Embun Pagi


Kenapa Harus Memilih Carica Embun Pagi?

Dari tadi sudah membahas owner-nya terus, kapan dong bahas produknya? FYI Temans, ada beberapa hal yang menjadi alasan kenapa kita harus menentukan pilihan pada produk minuman carica yang satu ini, simak ya!

  • Diolah dari buah carica pilihan terbaik. Tentunya bahan baku yang berkualitas akan menentukan kualitas hasil olahan juga, bukan?
  • Menggunakan gula pasir murni sebagai pemanisnya, sehingga aman dan tidak membuat tenggorokan kering
  • Menggunakan air suci dan segar dari mata air di kaki Gunung Sumbing
  • Tidak menggunakan bahan pengawet tambahan
  • Jika Temans membeli dan sampai di tangan ada produk yang rusak, produk bisa ditukar/dikembalikan
  • Selalu ada promo menarik, jadi pantau terus media sosial official-nya ya!
  • Sebagian keuntungan disalurkan untuk fakir, miskin dan dhuafa. MasyaAllah, kita membeli sekaligus berinfak, Temans!  

Sekali lagi, kalau ke Dieng atau ke Wonosobo dan sekitarnya, pastikan untuk memasukkan carica ke daftar belanja oleh-oleh. Kabar baiknya, jika repot membawanya, bisa banget melakukan pembelian online. 

Semoga secuil kisah pengusaha muda asal Wonosobo ini bisa menjadi inspirasi untuk kita semua khususnya generasi muda Indonesia. 

Semoga bermanfaat,

Salam, 



Sumber: 

- Wawancara  dengan Fathurrahman Dwiyanto (Ifat), owner ‘Carica Embun Pagi’ Wonosobo

- Facebook Fanpage ‘Carica Embun Pagi’


1 komentar untuk "Melirik Usaha Olahan Carica Buah Unik khas Dieng "

  1. enak banget ini.. dulu pernah dikasih kerabat, baru tau juga ada buah namanya carica hihi.. nagih banget rasanya 😍

    BalasHapus