Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

WONDERFUL FAMILY: Menjadi Keluarga yang Dirindukan Surga

menjadi keluarga yang dirindukan surga, how to be a wonderful family


Menjadi Keluarga yang Dirindukan Surga

Setiap orang pasti mendambakan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, rahmah dan kelak dikumpulkan kembali di surga-Nya. Namun gambaran kehidupan keluarga ideal pasti tidak bisa serta-merta dimiliki oleh setiap keluarga. Membutuhkan proses dan waktu, juga peran masing-masing anggota keluarga terutama suami/istri. 

Baru-baru ini Pengurus Wilayah Persaudaraan Muslimah (Salimah) Bali mengadakan webinar Bincang Keluarga menghadirkan Ustadz Cahyadi Takariawan dengan tema Menjadi Keluarga yang Dirundukan Surga. Pak Cah, sapaan akrab beliau, adalah seorang penulis buku serial Wonderful Family dan konsultan keluarga family Center Jogjakarta. Sepak terjang beliau dalam dunia keluarga sudah tak diragukan lagi. Beliau kerap mengisi acara bertema keluarga di seluruh wilayah Indonesia. 

Masa pandemi tak menghalangi agenda yang telah dirancang oleh Salimah PW Bali. Oleh karena itu, seminar diadakan via daring. Meski nuansanya berbeda dengan seminar luring, ilmu yang beliau sampaikan tetap sangat bermanfaat untuk seluruh keluarga di Indonesia khususnya keluarga muslim. 

Bagaimana Menjadi Keluarga yang Dirindukan Surga, How to Be a Wonderful Family

Menjadi wonderful family, healthy family, keluarga bahagia, atau apapun namanya, membutuhkan kerja sama antara suami dan istri. Upaya mewujudkan wonderful family_istilah yang dipakai oleh Pak Cah_ bisa ditinjau dari 2 hal yaitu nilai dan praktik. Nilai atau value yang menjadi landasan dan dibangun dalam keluarga sangat penting sebagai fondasinya. Hal yang kedua adalah praktik, dan inilah yang seringkali menjadi persoalan rumit di dalam keluarga. 

Cahyadi Takariawan konselor keluarga penulis buku wonderful family series


Harmoni Suami Istri Mewujudkan Keluarga yang Kuat: Harmoni dalam Nilai

Nilai yang melandasi kokohnya suatu keluarga bisa dilihat dari 4 hal yaitu fondasi, visi, motivasi, dan orientasi, karena keluarga tidak berdiri pada ruang hampa. Namun berdiri pada nilai yang sangat kokoh yakni keempat hal tersebut. 

1. Fondasi yang Kuat

Kita pernah mendengar berita menghebohkan beberapa tahun silam. Pernikahan singkat terjadi pada Britney Spears dan Jason Alexander. Pada 2004, keduanya menikah di Las Vegas. Tapi 55 jam kemudian, pernikahan itu dibatalkan.

Britney Spears mengaku tidak menyadari pernikahan itu. Dia mengatakan upacara pernikahan yang dilakukannya itu ada tindakan yang sangat bodoh. 

Apa landasan pembentukan keluarga anda?

Apa yang menjadi dasar berpijak bagi keluarga anda?

Apa standar kebenaran dan kebaikan dalam keluarga anda?

Inilah yang disebut FONDASI.

Di dalam Al-Qur’an juga telah tertuang mengenai hal ini, Allah berfirman:

"Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunan (masjid)nya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zalim." (QS. At Taubah: 109).

2. Visi yang Kuat

Setelah fondasi, juga dibutuhkan visi yang kuat dalam membangun rumah tangga yang kokoh hingga surga. 

Tahun 2012, seorang pria asal Dubai menceraikan istrinya, hanya beberapa detik setelah menikahinya. Sesaat setelah ijab kabul, pria tersebut keluar dari ruangan di mana pernikahan berlangsung, dan pindah ke ruangan lainnya untuk menceraikan sang istri.

Penyebabnya dipicu oleh permintaan ayah mempelai wanita yang memberi syarat, anak perempuannya tetap harus bekerja setelah menikah. Sempat terjadi kesepakatan, tapi ternyata mempelai pria tidak setuju di detik-detik terakhir jelang menikah.

"Pria itu menerima kondisi yang disebutkan karena dia terlalu malu untuk mengatakan tidak... dia pikir masalahnya sudah selesai tapi ternyata istrinya bersikeras mempertahankan pekerjaannya," kata Abdul Salam Darweesh, direktur rehabilitasi keluarga di pengadilan agama Dubai. 

Mau anda bawa kemana keluarga anda?

Apa tujuan akhir yang hendak anda capai dalam kehidupan berumah tangga?

Inilah VISI

Visi yang kuat dan paling utama dalam rumah tangga muslim adalah selamat dari api neraka, dan meraih surga tertinggi bersama keluarga. Mengharapkan di surga tertinggi adalah keniscayaan. 

Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS At-Tahrim:6). 

Ali bin Abi Thalib Ra berkata: “(Maknanya), ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu”. 

“Orang-orang yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21).

“Ya Rabb kami masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang shalih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir: 8).

(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum". Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. QS. Ar-Ra'd : 24 – 25.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kalian meminta pada Allah, mintalah pada-Nya surga Firdaus. Surga tersebut adalah surga yang paling utama dan surga yang paling tinggi.” HR. Bukhari, no. 2790.

3. Motivasi yang Kuat

Pria asal Arab Saudi menceraikan istrinya, sehari setelah akad nikah. Di hari pernikahan, pria tersebut menemukan beberapa foto istrinya sedang berpose mesra dengan seorang pria.

Diduga foto-foto tersebut dikirimkan oleh mantan kekasih sang istri. Mantan kekasih diduga tidak suka wanita tersebut memilih orang lain untuk menikahinya, dan mencoba menghentikan pernikahan.

"Pengantin pria menemui saya keesokan harinya, dan dia mengalami trauma yang sangat parah. Hal itu sangat mengejutkan baginya, dan dia tidak tahan dengan skandal tersebut," kata seorang ulama yang jadi saksi 

Mengapa anda menikah?

Untuk apa anda menikah?

Apa yang mendorong anda untuk menikah?

Inilah MOTIVASI

Bagi setiap muslim, motivasi terbesar untuk menikah seyogiannya karena Allah SWT.

Menikah dan berkeluarga adalah ibadah kepada Allah

Menikah dan berkeluarga adalah meneladani Sunnah Rasulullah Saw

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56) 

Nabi Saw bersabda: “Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” (Hadits shahih lighairihi, riwayat Ibnu Majah no. 1846.)

“Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Khattab).

4. Orientasi yang Kuat

Pada tahun 1983, Zsa Zsa Gabor menikah dengan Felipe de Alba di Puerto Vallarta. Satu hari setelahnya, pernikahan mereka bercerai karena ternyata Zsa Zsa belum resmi bercerai dari suami sebelumnya.

Selain itu, sang aktris juga tidak merasakan chemistry yang dalam ketika bersama Felipe. "Dia membuatku bosan. Dia seorang playboy dan aku aktris pekerja keras yang sukses," kata Zsa Zsa kala itu. 

Apa yang anda cari dalam pernikahan?

Menikah untuk Bahagia?

Menikah tidak untuk Bahagia?

Inilah ORIENTASI

Bagaimana idealnya orientasi setiap pribadi muslim untuk membina rumah tangga?

Menikah dan hidup berumah tangga adalah untuk mencari keberkahan 

Jika hidupnya berkah, pasti akan mendapatkan kebahagiaan 

Jika berorientasi kebahagiaan, belum tentu berkah dalam kehidupan 

Allah Ta’ala berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).

Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali Imran: 26). 

Allah Ta’ala berfirman,

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)” (QS. An Nahl: 53).

“Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah” (QS. Ali Imron: 73).

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menghitungnya” (QS. Ibrahim: 34 dan An Nahl: 18). 

Maka raihlah rejeki yang berkah, interaksi suami istri yang berkah, kehidupan rumah tangga yang berkah, manajemen waktu yang berkah, kehidupan social yang berkah, bisnis yang berkah 

MasyaAllah, landasan teori pernikahan yang kokoh dalam islam telah sedemikian rapi dijelaskan. Namun pada praktiknya apakah bisa selalu ideal? Jawabannya tergantung pribadi masing-masing. Tugas kita adalah untuk terus berproses menjadi lebih baik dan memperbaiki setiap kesalahan yang pernah dilakukan. 

Jika sebelum menikah landasannya telah kuat, maka ketahanan keluarga akan lebih mudah diraih. Bagaimana jika dulunya segala macam nilai itu belum terbentuk dalam diri kita? Tentunya berproses dalam menjadi suami/istri/ayah/ibu yang baik memiliki kadar pahala pula. Jika dulu belum memiliki ilmu yang memadai, maka setelah berilmu hendaknya beramal sesuai dengan ilmu yang telah didapat. 

Harmoni Suami Istri Mewujudkan Keluarga yang Kuat: Aplikasi Keluarga Kuat

Menurut Pak Cah, banyak klien beliau yang mengalami masalah keluarga yang sering dihadapi klien beliau adalah pada masalah aplikasi. Memang benar, landasan keutuhan rumah tangga adalah tingkat keimanan masing-masing personalnya. Namun, ada hal lain yang perlu ditelusuri akar masalahnya dan biasanya ada pada hal-hal aplikatif. 

John Defrain dan tim melakukan survei di 40 negara selama lebih 30 tahun, dan menemukan 6 ciri keluarga kuat (strong family)

International Family Strength Model

  • Apresiasi dan afeksi 
  • Komunikasi positif 
  • Komitmen pada keluarga 
  • Menikmati dan menghabiskan waktu bersama keluarga 
  • Kesejahteraan spiritual
  • Kemampuan untuk mengelola stres dan krisis secara efektif 

1. Apresiasi dan Afeksi

Di antara bentuk apresiasi pada keluarga tangguh adalah saling peduli satu dengan yang lain, terbentuk suasana persahabatan antar anggota keluarga, terdapat penghormatan atas individualitas, mampu menciptakan suasana humor dan aktivitas yang menyenangkan. 

Apresiasi

Apresiasi muncul karena mampu melihat sisi kebaikan pasangan. Kemampuan mengapresiasi akan meningkat apabila mampu fokus kepada kebaikan dan kelebihan pasangan. Tidak mungkin muncul apresiasi apabila terlalu fokus melihat sisi kekurangan dan kelemahan pasangan 

Seperti kisah yang akrab dijumpai, kenapa seorang istri begitu mencintai suaminya yang jika dilihat kasat mata sangat banyak kekurangannya. Sang istri menjawab bahwa kesalahan yang dimiliki suaminya sebanyak bintang di langit, namun kebaikannya ibarat matahari yang jika terbit di pagi hari akan menghalangi bintang-bintang. 

Fondasi dari Al-Qur’an Mengenai Apresiasi 

“Wahai orang-orang yang beriman, tidak halal bagimu mempusakai (mewarisi) wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa’ : 19). 

Afeksi

Di antara bentuk afeksi pada keluarga tangguh adalah saling memberikan perhatian satu dengan yang lain dengan cara dan bentuk yang tepat, ekspresi cinta sesuai harapan pasangan. Ini menjadi aplikasi dari perintah Qur’an untuk mu’asyarah bil ma’ruf. 


lima bahasa cinta pasangan yang harus diketahui agar rumah tangga utuh

Keenali Lima Bahasa Cinta Pasangan

  • Kata-kata Afirmasi 
  • Waktu Berkualitas 
  • Hadiah 
  • Tindakan Pelayanan 
  • Sentuhan Fisik 

Bagaimana bahasa cinta masing-masing berbeda dan memberikannya sesuai dengan apa yang diinginkan, bukan apa yang dibutuhkan pasangan? Jawabannya adalah kekecewaan dan bisa menjadi penyebab runtuhnya keluarga. 

Pak Cah juga mengisahkan salah satu kenalan beliau yang memiliki kekayaan berlimpah dan jabatan tinggi, namun istrinya terpikat laki-laki lain. Padahal menurutnya, setiap bulan ia selalu memberikan uang puluhan juta kepada istrinya, segala fasilitas dipenuhi, rumah di berbagai kota dipunyai, kendaraan mewah pun berjejer di garasi. 

Setelah ditelusuri, rupanya bahasa cinta sang istri adalah kata-kata, sementara suami selalu menghujaninya dengan berbagai hadiah, jadi tidak klick. Hal yang sepertinya sepele tapi menjadi sumber prahara rumah tangga. Istri yang tidak mendapatkan apa yang diharapkan dari suaminya itu bertemu dengan orang yang senang memberinya kalimat-kalimat romantis, sehingga hatinya luluh kepada orang tersebut. 
Pak Cah pun menyambung dengan kisah beliau sendiri, yang bahasa cintanya adalah quality time. Bagi beliau, kehadiran Bu Ida Nurlaili_istri beliau adalah yang utama. Ditemani dalam setiap perjalanan adalah kebahagiaan beliau. Bagi orang lain bisa jadi lebay, namun bagi yang bahasa cintanya sejenis, pasti merasakan hal yang sama. 

Bagaimana caranya mengetahui kecenderungan bahasa cinta pasangan atau anggota keluarga lainnya? cara termudah adalah dengan pengamatan. Mengamati reaksi spontan ketika mendapat perlakuan tertentu, responnya ketika dihadapkan pada pilihan/masalah, dll. Semakin hari hidup bersama suami/istri seyogioanya semakin memahami satu sama lain. Setelah melalui pengamatan, bisa dilakukan dengan komunikasi efektif dan sarana lainnya. 

Jika ingin sedikit lebih seru, bisa hunting game online untuk mengetahui kecenderungan bahasa cinta yang porsinya paling besar hingga presentase paling sedikit. 

2. Komunikasi Positif

Komunikasi harus positif --- hindari komunikasi negatif: saling menyakiti dan melukai. Komunikasi positif bisa diwujudkan dalam aktivitas saling memberi pujian secara tulus, saling berbagi perasaan atau curhat secara leluasa, menghindari saling menyalahkan, mampu berkompromi dalam hal-hal yang berbeda. 

Komunikasi Positif adalah komunikasi yang menyenangkan dan melegakan, karena berlandaskan cinta. Komunikasi yang memberdayakan dan dirindukan. Tidak saling menyakiti, tidak saling mem-bully, tidak saling melukai.

Indikator komunikasi positif:

  • Positif dari segi tujuan komunikasi 
  • Positif dari segi isi pembicaraan 
  • Positif dari segi cara komunikasi 
  • Positif dari segi suasana 
  • Positif dari segi hasil dan dampak 

Landasan Komunikasi positif

“Dan bergaullah dengan mereka secara makruf." (QS. An Nisa': 19).

Syaikh Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya menjelaskan, "Artinya wajib bagi kalian wahai orang-orang mukmin untuk mempergauli isteri-isteri kalian dengan bijak…” 

Maka mempersempit nafkah dan menyakitinya dengan perkataan atau perbuatan, banyak cemberut dan bermuka masam ketika bertemu mereka, semua itu menafikan pergaulan secara makruf” (Syaikh Muhammad Abduh)

“Di dalam pergaulan itu terkandung makna 'saling' dan persamaan, yakni hendaklah kamu (suami) mempergauli mereka (isteri) secara makruf, dan hendaklah mereka (isteri) mempergauli kamu secara makruf pula” (Syaikh Muhammad Abduh, Tafsir Al Manar) 

Komunikasi Suami

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik bagi keluargaku.” HR. At Tirmidzi 3895, Ibnu Majah 1977, disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah 285.

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”.HR. At Tirmidzi 3/466;  Ahmad, 2/250 dan Ibnu Hibban, 9/483. Dinyatakan sahih oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh Al Albani.

Komunikasi Istri

Al-Hushain bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi Saw  karena satu keperluan. Selesai dari keperluan tersebut, Rasulullah Saw bertanya kepadanya:

“Apakah engkau sudah bersuami?” Bibi Al-Hushain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah Saw  lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” 

Rasulullah Saw bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad, 4:341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 1933.)

3. Komitmen pada Keluarga

Komitmen pada keluarga bisa berwujud saling percaya satu dengan yang lain, tidak mudah curiga, mengembangkan kejujuran, memiliki sisi saling bergantung atau saling membutuhkan satu dengan yang lain, memiliki tingkat kesetiaan yang tinggi.

Unsur Komitmen dalam Keluarga

  • Komitmen terhadap pelaksanaan syariat Allah
  • Komitmen terhadap adab-adab Islami 
  • Komitmen terhadap motivasi dan visi keluarga 
  • Komitmen terhadap pencapaian tujuan hidup berumah tangga 
  • Komitmen terhadap peningkatan kebaikan diri 
  • Komitmen menghadirkan keharmonisan keluarga 
  • Komitmen untuk santun dalam interaksi 
  • Komitmen untuk lembut dalam komunikasi 
  • Komitmen untuk menepati janji 
  • Komitmen untuk tidak saling melukai 
  • Komitmen untuk tidak saling menyakiti 
  • Komitmen untuk tidak saling mencaci maki 

Komitmen artinya Bergantung

Menurut John Defrain, salah satu unsur komitmen adalah adanya kondisi saling membutuhkan dan saling bergantung satu dengan yang lainnya. oleh karena merasa saling membutuhkan dan saling bergantung, suami istri berkomitmen untuk menjaga kebersamaan hingga akhir usia.

“Salah satu faktor penting yang menghasilkan sikap saling bergantung adalah bagusnya pengenalan terhadap pasangan.” Lanjut beliau. 

4. Menikmati Waktu bersama Keluarga

Memiliki banyak waktu berkualitas untuk keluarga, menikmati kehadiran anggota keluarga, mampu menghadirkan banyak waktu yang menyenangkan dengan hal-hal sederhana, mampu berbagi hal-hal yang menyenangkan, makan malam bersama, beribadah bersama, rekreasi keluarga, berkegiatan bersama keluarga. 

Aturan Family Time

  • Putuskan Komunikasi dengan Pihak Luar: Fokuskan untuk berkegiatan bersama keluarga. Matikan handphone dan smartphone untuk waktu tertentu. 
  • Nikmati Aktivitas Bersama: Pilih aktivitas yang bisa dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, sehingga semua ikut terlibat di dalamnya. 
  • Ciptakan Keasyikan Bersama: Jika suasana terbangun dengan asyik, maka akan membuat semua anggota keluarga senang terlibat dengan sukarela. 
  • Jauhi Pertengkaran dan Konflik: Pada saat telah berkumpul bersama keluarga, jauhi hal-hal kecil yang bisa merusak kehangatan dan keceriaannya. 

5. Kesejahteraan Spiritual

Keluarga berada dalam ketaatan dan kedekatan kepada Allah. Mereka aktif melakukan ibadah, menunaikan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Mereka memiliki penghayatan dan pemaknaan yang mendalam atas ajaran agama.

Ketaatan kepada Allah dan Rasul adalah fondasi yang bisa memberikan arah serta tujuan yang jelas bagi perjalanan kehiduan rumah tangga. 

Islam telah memberikan dasar berpijak yang kuat bagi tegaknya sebuah kehidupan kerumahtanggaan yang sehat dan bersih, sekaligus memberikan rambu-rambu hal-hal yang harus dihindari karena berpotensi menghancurkan keutuhan rumah tangga.

Dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul, akan sanggup menyelesaikan permasalahan-permasalahan kehidupan rumah tangga, dengan mengembalikan kepada kaidah-kaidah yang kokoh serta telah teruji.  Di atas landasan cinta kepada Allah, maka cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga menjadi tumbuh bersemi. 

6. Kemampuan Mengelola Stres dan Krisis secara Efektif

Adaptabilitas keluarga tersebut dalam setiap menghadapi permasalahan, memandang krisis sebagai tantangan, mampu tetap berkembang saat tengah melalui krisis, terbuka akan perubahan, sekaligus memiliki daya lenting atau resiliensi yang tinggi. 

Resiliensi atau kelentingan adalah kemampuan individu atau komunitas untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat, masalah dan penderitaan yang terjadi dalam kehidupan

Resiliensi keluarga menggambarkan kondisi keluarga yang mampu beradaptasi dan berhasil melalui stres, baik di saat sekarang maupun waktu-waktu berikutnya (Hawley & DeHaan, 1996)

Resiliensi keluarga adalah kemampuan keluarga untuk menggunakan kekuatan yang dimilikinya guna  menghadapi setiap kesulitan, hambatan maupun tantangan hidup secara positif. Mencakup pula kemampuan keluarga untuk kembali ke level kondisi sebelum terjadinya krisis 

“Resiliensi keluarga adalah sebuah kondisi keluarga yang kuat dan kokoh sehingga keluarga tersebut mampu menghadapi dan menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan,” pungkasnya. 

Alhamdulillah, masyaAllah senang dan bersyukur sekali bisa menyimak webinar peraih penghargaan Kompasiana People Choice tahun 2014 ini. 

Banyak pertanyaan yang masuk dari peserta yang 90%-nya adalam kaum hawa. Hm... sebenarnya kaum adam juga perlu menyimak seminar semacam ini, supaya kehidupan suami/istri makin selaras. Apalagi cara Pak Cah menyampaikan materi juga sistematis dan diselipi kisah-kisah sehingga yang mendengarkan pun merasa nyaman. 

Semoga bermanfaat, 

Salam, 


Sumber: Webinar Wonderful Family oleh Cahyadi Takariawan

Youtube : www.youtube.com/c/CahyadiTakariawan 

Fanspage / facebook : cahyadi.takariawan 

Instagram: @cahyadi_takariawan

Twitter: @PakCah

Blog: www.kompasiana.com/pakcah

Blog: www.ruangkeluarga.id 

Blog: www.pakcah.id 

Blog: www.lockdown2020.id 

Blog: www.ruangmenulis.id 


Posting Komentar untuk "WONDERFUL FAMILY: Menjadi Keluarga yang Dirindukan Surga "