Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Sungkem Keliling Kampung di Wonosobo


Tradisi Sungkem Keliling Kampung di Wonosobo
Tradisi saat Lebaran Hari Raya Idulfitri di kampung

Idulfitri tahun ini, saya belum berkesempatan untuk mudik ke kampung halaman. Alhamdulillah, bisa merasakan idul fitri di perantauan dan jauh dari sanak saudara.
Meskipun begitu, saya selalu terbayang tradisi idulfitri di desa, tempat saya dibesarkan. Tepatnya di Desa Wonokromo kecamatan Mojotengah.
Biasanya, sejak dini hari masyarakat telah berbondong-bondong untuk ziyarah ke makam keluarganya. Sebuah tradisi yang unik sekaligus untuk dzikrul maut. Mereka membersihkan makam dan mendoakan keluarga yang sudah berpulang terlebih dahulu.

Selepas subuh, banyak ibu yang sengaja mengkapling tempat untuk shalat id dengan meninggalkan sajadah yang telah terpasang di shaf salat. Hal ini sudah jamak, saking banyaknya warga yang salat id. Maklum, banyak yang bekerja di luar kota dan hanya memiliki kesempatan pulang kampung saat idulfitri.
Tradisi yang paling menarik adalah sungkem keliling kampung. Ya. Setelah salat usai, semua kembali ke rumah masing-masing untuk sungkem dengan orangtua dan keluarga dekat lainnya. Setelah itu, hampir setiap orang terutama yang masih muda berjalan keliling dari satu rumah ke rumah lainnya untuk sungkeman juga.
Bayangkan lamanya bapak/ibu yang sudah sepuh harus mengucapkan doa bagi setiap orang yang sungkem. Antrian yang akan sungkem pun mengular.
Maka sejak beberapa tahun terakhir, para pemuda berinisiatif untuk sungkeman bersama-sama, biasanya dikoordinir setiap gang.
Pertama yang didatangi adalah tokoh masyakat di gang tersebut. Satu orang didapuk sebagai juru bicara untuk mewakili mengucapkan permohonan maaf dan selamat idulfitri dalam Bahasa Jawa. Tuan rumah pun akan membalas dengan ucapan doa untuk semua yang turut serta.
Aih, tradisi yang indah dan mencerminkan kehidupan maayarakat desa yang senang gotong royong dan guyub.
Hm.. Mengingat ini jadi makin kangen kampung. Semoga tradisi sungkeman keliling terus lestari hingga kelak. Kalau tidak begini, makin jarang bertemu tetangga jauh, makin tak kenal tetangga jauh.
Saat sungkeman ke tempat orang yang lebih tua, jika tak kenal dengan yang datang pasti akan ditanya anak/cucunya siapa, sehingga saling mengenal dan mengingat kembali.
MasyaAllah... 😍😍
Namun ada satu tradisi yang kurang saya sukai, yakni membakar mercon dan pesta kembang api. Bukan apa-apa,  saya senang sekali melihat keindahan kembang api di langit saat pesta berlangsung. Namun bunyi ledakannya yang memekakkan telinga sangat mengganggu bagi saya. Terlebih ketika saya punya bayi, dan rumah orangtua dekat masjid, sementara pesta kembang api berlangsung tak jauh dari masjid. Belum lagi biaya ratusan ribu bahkan jutaan rupiah yang dikeluarkan untuk mengadakannya.
Betul, pesta kembang api sebagai simbol kerukunan warga juga, namun alangkah lebih bijak jika uang yang terkumpul diberikan kepada tetangga yang lebih membutuhkan. Ya, mereka butuh hiburan, tapi pasti lebih membutuhkan uang. Dana yang terkumpul pun akan lebih bermanfaat dibanding sekadar 'dibakar'. Allahua'lam.
Kalau Kamu, Apa tradisi idulfitri yang disuka, Temans?

1 komentar untuk "Tradisi Sungkem Keliling Kampung di Wonosobo"

  1. Tradisi sungkeman juga ada di kampung Saya mbak. Lebaran memang salah satu momen untuk saling mengenal keluarga satu dengan yang lain ya. Biar ga terjadi pacaran sama saudara gara2 tidak kenal, seperti yang dialami keponakan Saya. Biasalah adat jawa ada larangan Menikah dengan saudara 1 buyut atau apalah2 itu. Khan jadi kasihan cintanya terhalang ☺☺

    BalasHapus