Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memasak untuk Mengobati Stress



Jika ditanya aktivitas rumah tangga apa yang disukai, rasanya tidak ada jawaban yang paling tepat selain TIDAK ADA!
Ya, rutinitas rumah tangga yang itu-itu saja selama 24 jam 7 hari sebulan dan seterusnya menbuat saya jenuh dan tidak menyukai kegiatan itu. Lihat saja sejak bangun tidur menyiapkan makanan, belanja, mencuci baju, nyapu, ngepel, nyetrika, dan tetek bengek lainnya. jika dilihat memang pekerjaan rumah tangga hanya itu-itu saja dan simpel. Namun, bagi ibu dengan anak bayi dan balita, ‘iklan’ yang ‘tayang’ setiap saat membuat pekerjaan semakin tak
ada habisnya.
“Bunda... mau pipis...”
“Bunda... P*p...”
“Bunda, Adik nangis..”
Dan ‘iklan-iklan’ lain senada.
Namun ada satu yang setidaknya lebih saya sukai dibanding lainnya, memasak. Saya bukan ibu yang mahir memasak, tapi bisa dibilang cukup suka memasak. Lebih tepatnya dulu saya senang mencoba membuat berbagai camilan, sedangkan untuk makanan sehari-hari, menunya cenderung itu-itu saja. sebutlah sayur tumis, sayur lodeh, sayur asem, bening, sup, ikan goreng, tahu/tempe goreng, orek tempe, pindang, dan sejenisnya. Saya tidak pernah mencoba memasak yang tidak biasa, jarang sekali mencoba resep baru lewat aplikasi memasak ataupun yang tersebar di internet.
Namun sejak menjadi seorang istri, terlebih setelah tinggal terpisah dengan mertua, saya merasa tanggung jawab untuk menyediakan makanan berada di pundak saya. Meskipun suami selalu memberi kelonggaran untuk membeli atau memasak sendiri, saya merasa lebih nyaman memasak. Apapun dan bagaimanapun hasilnya, hasil berpeluh-peluh mengolah makanan terasa lebih nikmat di lidah. Apalagi setelah berjibaku di dapur ditemani celoteh Baby Salsa, perut telah sedemikian laparnya, menyantap makanan seperti apapun rasanya, menjadi sangat lezat.
Dulu, sebelum hamil Salsa saya senang sekali mencoba berbagai resep donat. Alasan selain karena si Ayah dan Hasna suka donat adalah karena membuat adonan donat itu bisa sambil meluapkan emosi. Wkwkwkwk. Iya, menepuk dan memukul adonat donat bisa menjadi cara pelampiasan emosi dan energi. Sekarang sih lebih memilih membeli donat ketimbang masak sendiri, karena malas rempongnya.
Sejak kurang lebih setengah tahun terakhir ini, memasak menjadi pelampiasan stres saya (selain menulis). Saat saya sedang stres atau tengah berselisih paham dengan suami, memasak menjadi cara untuk mengalihkan perhatian. Terlebih setelah memasak dan hasilnya enak lalu suami dan anak-anak lahap menghabiskannya. masyaAllah... menyenangkan sekali rasanya.
Sayangnya, saya tidak suka beberes perabot bekas memasak. Hihi. Kontra banget ya, di satu sisi senang masak tapi di sisi lain tidak suka beres-beres dapur. Jadilah biasanya saya beralasan untuk tidak mencoba resep masakan baru.
Sekarang sudah mendingan sih, karena mau tak mau, masak tidak masak, yang mengerjakan semuanya adalah saya dan suami. Jika saya masak konsekuensinya harus beresin perabot, jika tidak masak juga ada yang harus dikorbankan. Sami mawon, kata orang Jawa.   
Nah, seandainya menyetrika itu semenyenangkan memasak, bisa jadi saya juga akan suka.  


1 komentar untuk "Memasak untuk Mengobati Stress"

  1. Aktifitas dirumah yang saya sukai adalahhhhh......negblog. Hehehe.

    Baiklah, jika ditanya suka, saya juga bingung. Tp yg paling sering saya lakukan di rumah bagian masak dan nyuci piring.

    BalasHapus