Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Liburan di Kampung Mengenang Masa Kecil yang Bebas di Alam




Saat pelajaran Bahasa Indonesia, saya sering merasa heran. Kenapa selalu dikisahkan anak kota menghabiskan masa liburan ke rumah kakek di desa. Jarang sekali bahkan hampir tidak ada cerita anak desa liburan di kota.
Bagi saya itu membosankan. Saya anak desa, pelajaran di sekolah tentang liburan di desa. Apa asyiknya? Di desa cuma itu-itu aja isinya, rutinitas yang kadang membosankan.
Saya kecil tidak suka libur sekolah. Karena libur sekolah artinya uang jajan hanya sedikit, dan saya harus membantu bapak dan mamak di sawah. Metik cabai, metik sayur, menyemai jagung, memupuk tanaman jagung dengan pupuk kandang, dll.
Kadang saya memang senang saat libur sekolah, tapi hanya saat bapak memulai mengolah sawah baru (maksudnya memulai menanam padi), dan masa panen. Karena saat itu akan ada makanan istimewa yang dimakan bersama sebelum memulai membajak sawah/memanen padi. Biasanya ada nasi liwet gurih dengan beberapa biji telur ayam kampung, sambal oblok teri-kelapa parut, ikan asin, tahu, tempe, dan sayur lalapan. You khow, lah, Temans. Telur ayam kampung selalu menjadi incaran saya. Bau harum menguar ketika dandang dibuka bersamaan dengan uap yang mengepul. Apalagi makan telur setengah biji untuk sendiri itu sangat jarang terjadi. Biasanya cukuplah seperempat, karena sebiji untuk dibagi bersama adik-adik.

Setelah menikah lalu mengikuti suami ke Semarang, saya ingat pelajaran Bahasa Indonesia.
"Yank, ingat nggak pelajaran Bahasa Indonesia SD? Pasti ada cerita liburan ke rumah kakek di desa, kan?"
"Iya, gimana?"
"Aku dulu nggak suka. Ternyata kelak anak-anak kita akan mengalami moment itu. Mereka hanya akan merasakan damainya desa ketika liburan di kampung."
"Iya, benar juga ya. Apalagi liburan di Wonosobo itu menyenangkan."
Nah, kalau ini si Ayah yang kangen Wonosobo. Wkwkwk.
Saya terkikik geli mmebayangkan hal itu. Dan, sekarang Hasna (juga Salsa, kelak) merasakan liburan dan bermain sedemikian dekat dengan alam hanya saat pulang kampung.
Oia, ada beberapa alternatif nih kalau mau liburan murah meriah di kampung sambil mengenang masa kecil. Kalau keluarga kami bisa pulang ke Wonosobo. Kalau yang nggak punya kampung, bisa banget pergi ke tempat yang menawarkan pesona sawah dan permainan edukatif di sawah.

1. Berkubang di Sawah Bersama Kerbau/Sapi Bajak
Setelah selesai menyantap hidangan istimewa sebelum memulai mengolah sawah, tibalah saatnya si pemeran utama naik ke panggung. Eh, maksudnya kerbau/sapi untuk membajak sawah dipandu untuk turun ke sawah. Si pemilik sapi/kerbau segera memerintahkannya untuk berjalan untuk menarik bajak yang diikatkan di belakang tubuhnya.
Dulu saya takut melihatnya dari dekat meskipun sebenarnya penasaran dengan sapi atau kerbau bajak itu. Apalagi hewan itu ditutup mulutnya dengan semacam keranjang supaya tidak memainkan mulutnya di kubangan sawah.

2. Menanam Padi
Senang sekali saat bapak mengizinkan saya mencoba tandur atau menanam padi. Bapak mengajarkan saya menaksir jarak antara 1 batang benih padi dengan lainnya supaya jaraknya pas. Ini supaya ada ruang untuk padi berkembang biak.
Asyiknya, menanam padi harus berjalan mundur agar tidak menabrak bibit padi yang telah tertanam. Ternyata tidak mudah loh, berjalan mundur di kubangan sawah sambil menanam padi. Berkali-kali saya terjatuh hingga pakaian belepotan lumpur. Tapi asyik sekali.
Semoga kelak bisa mengajak anak-anak menikmati sensasi seperti masa kecil bundanya.

3. Memetik Sayur di Sawah
Di luar musim tanam dan panen padi, alternatif bermain di sawah adalah menyiangi tanaman, petik cabai da petik sayur.
Untuk menyiangi gulma, harus berhati-hati supaya tidak mencabut tanaman utama. Pernah dong, bapak nanam timun dan hanya ada beberapa biji, malah saya cabut karena saya tidak tahu itu benih mentimun. Saya tahunya itu rumput yang harus dicabut. Di kesempatan lain, saya juga pernah mencabuti bibit kedelai yang ada di sepanjang pematang sawah. Untung, bapak marahnya cuma sebentar karena anaknya belum tahu.
Coba deh, petik sayur lalu sampai rumah masak bersama anak. Hm.. Santap bersama jadi lebih bermakna.

4. Bermain Air di Sungai
Tak ada yang lebih menyenangkan bagi anak-anak selain bermain air. Namun harus sangat hati-hati jika bermain bersama anak di sungai. Waspada jika sewaktu-waktu terjadi banjir atau bahaya lainnya.
Dulu saya sering main di sungai serayu yang melintasi desa. Pernah tenggelam dan hampir hanyut hingga akhirnya saya tidak berani bermain air di tengah sungai.
So, kalau main air apalagi rawan banjir, pilih yang aman aja ya, di pinggiran yang berbatu aja.

5. Memanen Padi
Moment panen padi juga tak kalah menyenangkan. Setelah menyantap menu istimewa, para pekerja serempak memotong batang padi menggunakan sabit. Batang-batang padi itu ditumpuk di salah satu sudut sawah. Setelah terkumpul, sebagian akan merontokkan bulir padi dengan memukul-mukulkannya di batu. Tentu setelah dialasi terpal atau karung, ya Temans.
Seru lho, melihat para pekerja 'beraksi' apalagi setelah itu ramai-ramai berebut makanan saat istirahat. Cara ini juga bisa mengajarkan anak untuk menghargai makanan atau rejeki yang diterima.
Ada yang punya masa kecil seperti saya? Berbaur dengan alam, tak takut panas dan hujan. Kadang saat musim kopi, saya bersama teman-teman mencari biji kopi yang berjauhan di bawah pohon. Kami mengambilnya sayu persatu, mengumpulkannya, lalu menjualnya ke pengepul. Iya, para pengepul juga mau ko membelinya meskipun sedikit. Kalau sekarang mungkin beda lagi. Tapi untuk yang terakhir ini kurang rekomendid karena banyak nyamuk besar-besar.
Itu dia kenangan masa kecil saya yang ternyata menyenangkan dan banyak manfaatnya. Kadang ingin mengulang masa-masa itu sesekali. Tapi.. Udah tua ya, ingat umur. Ntar lah kalau ngajak anak main ke sawah, pasti mau nggak mau harus nyemplung juga. hehe.
Selamat liburan, Temans!
Salam,

Posting Komentar untuk "Liburan di Kampung Mengenang Masa Kecil yang Bebas di Alam"