#NamakuSendy Sebuah Memoar Perjuangan Hijrah Perempuan Bipolar
Daftar Isi
Gangguan bipolar adalah
gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan
perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi, karena itu
istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive. (sumber: wikipedia)
Sang Pahlawan Jiwa
Sungguh, sangat tidak mudah untuk mengatakan kepada dunia tentang apa
yang terjadi dalam hidup kita. Sebagian orang akan menjadikannya sebagai
pelajaran dan inspirasi, sebagian yang lain bisa jadi menganggap itu hanya
bagian dari pamer, mencari sensasi, dan sebagainya.
Butuh energi yang luar biasa untuk mengakui kesalahan di masa lalu, juga
untuk menghapus rasa sakit yang terlanjur menghujam di dalam hati.
Lalu ketika ia telah selesai dan berdamai dengan diri sendiri serta masa
lalunya, ia akan melesat jauh menggapai impian dan masa depan. Dialah sang
pahlawan itu, pahlawan bagi jiwanya. Dan Kamu adalah pahlawan bagi dirimu
sendiri.
Maka dipilihlah momen Hari Pahlawan untuk launching buku ke-2 Sendy
Winduvitri yang berjudul #NamakuSendy.
Bertempat di Night Market Cafe and Co Working Space Denpasar, acara
launching buku berlangsung dengan lancar dan mengharukan.
Tamu undangan telah memenuhi tempat di ruang utama kafe yang telah diatur
sedemikian rupa. Semua tak sabar menantikan penulis #NamakuSendy yang tak lain
adalah Mba Sendy Winduvitri sendiri_yang selanjutnya saya sebut ‘Sendy’ saja
tanpa mengurangi rasa hormat terhadap beliau.
Ya, buku tersebut merupakan kisah perjalanan hijrah Sendy dan lika-liku
kehidupannya sebagai seorang dengan gangguan bipolar.
#NamakuSendy dan Potret Orang dengan Gangguan Bipolar (ODB)
Membaca buku pertama Sendy Winduvitri berjudul "Menemukan-Mu dan
Menemukannya" seolah saya kembali ke masa lalu. Potongan-potongan layar
kelam seolah terpampang kembali di hadapan tanpa mampu kubendung. Rasa itu
masih sama: pedih. Perih. Nyeri.
Tak ayal saya juga melihat kembali frame sesiapa yang dulu melakukan
perundungan terhadapku. Hikmahnya, saya menjadi paham kenapa perundungan sangat
dikecam. Ya, tak ada alasan lain selain karena perundungan itu adalah ancaman
berat yang akan membunuh karakter korbannya.
Buku pertama Sendy Winduvitri credit Arina Mabruroh |
Penderitaan yang dialami Sendy kecil jauh lebih berat dari yang saya
hadapi. Sejak belia ia telah menjalani kehidupan yang keras. Bahkan mengalami
pelecehan oleh kakaknya sendiri.
Jiwa anak-anaknya terluka oleh perlakuan dan perundungan dari orang di
sekitarnya. Pun karena kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua
orangtuanya.
Menginjak remaja, perundungan bukannya berhenti malah semakin membuatnya
sesak. Ia pun mulai memberontak untuk mencari perhatian dari orang-orang yang
seharusnya selalu peduli padanya, yang seharusnya selalu ada untuknya. Hinaan,
cacian, fitnah, masih terus menimpanya. Berkali-kali masuk hotel prodeo pun
pernah dialaminya.
Sendy tak pernah tahu bahwa dirinya mengalami gangguan kejiwaan (mental
disorder), bipolar. Yang ia pahami, ia merasa lelah kenapa jalan hidupnya harus
selalu berupa jalan terjal mendaki. Sesaat ia merasakan kebahagiaan, maka akan
ada saja pihak yang berusaha memecahkannya.
"Hidupku tak ubahnya sinetron dengan aku sebagai lakon yang selalu
mendapat tekanan dari para antagonis," ungkap Sendy.
Saat fase manik (salah satu fase gangguan bipolar), ia bisa bertindak
'gila' dan mengabaikan apapun di sekitarnya. Lain halnya saat fase depresi, ia
bahkan tak mampu untuk sekadar menegur pembantu rumah tangganya yang berbuat
salah.
Membaca buku itu sungguh mengaduk-aduk emosi, seperti diajak melaju
kencang di jalanan berliku lalu dilemparkan ke udara dan ditangkap rollercoaster yang tengah berlari
kencang.
Acara inti launching buku #NamakuSendy |
Titik Nadir Perjalanan Sendy dan Kembalinya kepada Jalan Allah
"Mungkin di mata banyak orang aku adalah Sendy yang selalu berulah.
Sebetulnya mereka tidak tahu, aku adalah Sendy yang sedang merasa lelah."
(Sendy Winduvitri).
Sendy selalu menyimpan pertanyaan ada apa dengan dirinya, apa yang salah
dengannya. Hingga ia bertemu dengan psikolog, Bunda Agus, namanya.
Menemukan gejala bipolar pada diri Sendy, Bunda Agus menyarankannya untuk
berbenah. Beliau menawarkan pilihan untuk sembuh dengan obat atau tanpa obat.
Sendy memilih untuk sembuh tanpa obat. Artinya ia akan menjalani terapi
dengan Alquran, dengan mendekatkan diri kepada Allah dan dilengkapi dengan islamic hypnotherapy.
Selama masa mengenali hingga menerima dengan ikhlas bahwa dirinya
memiliki gangguan bipolar, Sendy tak sendiri lagi. Ia didampingi suami yang
sabar dan menerimanya tanpa memandang kekurangan yang telah melekat dalam diri
Sendy. Anak-anak pun kooperatif dan berperan penting dalam masa terapinya.
Meski begitu, masalah demi masalah terus mendera kehidupan Sendy. Namun
kini ia bisa menghadapi masalah itu dengan berseru lantang. Ia mampu menghadapinya
dengan keyakinan bahwa karena Allah lah masalah itu datang padanya, dan Allah
jualah yang akan memberi jalan penyelesaiannya.
Sebagian produk Dapur Rumahan credit: Arina Mabruroh |
Dapur Rumahan, Media Aktualisasi Diri
"Man 'arafa nafsahu faqad
'arafa rabbahu"
"Barangsiapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal
Tuhannya."
Ungkapan ini disampaikan oleh Raditya Riefananda, seorang penulis yang
menjadi keynote speaker dalam launching buku #NamakuSendy.
Penulis yang datang dari Semarang ini memberikan pendapatnya mengenai
buku ke-2 Sendy Winduvitri. Menurutnya, buku tersebut sangat keren dan sarat
inspirasi. Mengenai perjalanan hidup seorang Sendy menemukan sesuatu yang
berbeda dalam dirinya, yakni bipolar.
Lambat laun Sendy dan orang-orang di dekatnya bisa menerima kondisi yang
berbeda itu. Ia pun menyalurkan energinya untuk ikhtiar bumi_meminjam istilah
Sendy_ dengan membuka usaha rumahan, Dapur Rumahan.
Sendy bersama Tim Dapur Rumahan dan sahabatnya credit: FB #namakuSendy |
Berawal dari kepiawaiannya mengolah makanan lezat dan kondisi terdesak ia
mencoba memasarkan hasil masakannya. Rupanya respon pasar sangat baik.
Ikhtiar buminya mulai membuahkan hasil, ia pun mulai melebarkan sayap
dengan menggandeng para produsen. Kini, 12 produsen melangkah bersama dalam
Dapur Rumahan dipimpin oleh Sendy. Berbagai produk mulai dari sambal, kopi,
bubuk cokelat siap minum, puding sedot, bumbu dasar, dll.
Kata Mereka, Para Pejuang dan Penyintas Bipolar
Acara launching buku #NamakuSendy juga menghadirkan para penggiat peduli bipolar, yakni mereka yang tergabung
dalam komunitas Bipolar Care Indonesia.
Mereka para penyintas bipolar yang mengalami sulitnya menjadi ODB di
tengah pandangan sinis orang lain. Pada fase depresi, sejatinya mereka
membutuhkan dukungan dan dekapan hangat dari orang lain, meski kenyataanya
mereka lebih banyak merasakan kesendirian yang bisa berujung pada kasus bunuh diri.
Sendy bersama penggial Bipolar Care Indonesia credit: FB #NamakuSendy |
Sekilas tak ada yang berbeda antara pengidap bipolar dengan manusia pada
umumnya. Namun sejatinya mereka membutuhkan penerimaan dan bantuan dari
psikolog, psikiater maupun orang di sekitarnya.
Agus Hasan Hidayat yang akrab disapa Agus, adalah salah satu pengurus BCI
pusat yang menjadi narasumber. Menurutnya, BCI hadir sebagai sarana agar ODB
menemukan 'rumah' dan memiliki teman senasib sehingga tidak merasa sendiri dan
berniat bunuh diri.
Hadir sebagai narasumber juga Chalva Lazuar yang akrab disapa Icha. Icha
menjalani masa sulit sebagai seorang bipolar dalam dunia kerja sekaligus saat
ia menjadi seorang ibu dari bayinya. Tekanan du dunia kerja dan masa transisi
menjadi ibu baru membuatnya depresi. Terlebih ketika rekan kerjanya mengetahui
kondisinya yang ‘sakit’ (baca: mengidap bipolar), mereka seakan menjauh dan
sering kasak-kusuk di belakangnya.
Akhirnya Icha mampu membuktikan kepada dunia bahwa seorang bipolar pun
bisa survive memainkan perannya
sebagai seorang ibu bekerja.
Lain halnya dengan Asri Simanjuntak dari BCI Jogja. Ia mengalami gangguan
bipolar akibat dari kedua orantuanya yang over protective bahkan hingga usianya
telah mencapai 25 tahun sekarang ini. Meskipun sering gamang ketika akan terjun
ke masyarakat, Asri mampu bertahan hingga sekarang dan nanti, semoga.
Cerita lain datang dari narasumber terakhir yakni Dinar Wulandari, perwakilan
dari BCI Semarang. Dinar mengalami gangguan bipolar akibat dari tekanan ayahnya
yang memaksa dirinya untuk masuk jurusan kuliah pilihan ayahnya. Meski tekanan
bertubi-tubi dan sering mengalami perundungan dari teman kuliahnya, Dinar tak
mau menyerah begitu saja. Dalam fase manic-nya, ia manfaatkan agar bisa
menyelesaikan skripsi.
Setelah berhasil mendapatkan gelar sarjana dari jurusan yang tak
diinginkannya, sekarang ia melanjutkan kuliah S2 psikologi di universitas
ternama Jogjakarta, sebagaimana yang dicita-citakannya dulu.
Tentu, saya terharu sekaligus takjub mendapati kisah mereka yang begitu
menggugah. Air mata tak mampu terbendung bahkan sejak pertama acara dimulai.
Menyempatkan foto bersama penulis usai acara |
#NamakuSendy_Sebuah Sinopsis
Sendy Winduvitri namanya. Kerap
disapa Sendy. Si bungsu berdarah Sunda itu tidak sebahagia yang orang lain
lihat.
Masa kecil hingga dewasanya penuh
air mata. Meski bergelimang harta sejak lahir, namun ia lebih memilih untuk
hidup dari nol DEMI MENCARI SIAPA SOSOK SENDY SEBENARNYA.
Pelecehan, penghinaan, fitnah,
cacian, sel tahanan, perceraian, vonis BIPOLAR, semua ia lalui sampai pada
titik menghafal Al Qur'an dan maknanya bersama sahabat setianya DAHLIA.
Ya, sosok mungil pewangi lemari itu
selalu menemani kesedihan bertubi yang dialami Sendy. Hanya DAHLIA satu-satunya
penenang Sendy saat gelisah, sedih, marah, hanya DAHLIA.
Perjalanan hidupnya iti sudah ia
dedikasikan untuk semua wanita Indonesia dalam buku pertamanya MenemukanMu dan
Menemukannya yang ia tulis HANYA 2 HARI!!
Tidak hanya sampai disana ...
Kini ia mulai menceritakan kembali
kisah perjuangannya menyembuhkan BIPOLAR itu dengan caraNya.
Bipolarnya menyebabkan Sendy harus
melalui fase mania yang akhirnya menjerumuskannya pada hutang sebesar 7 M.
Tapi, ia selesaikan amanah itu dengan BIPOLAR nya.
Sendy memang penyandang bipolar.
Namun, ia tak pernah sadar bahwa ia memiliki segudang kreatifitas. Memasak
enak, menulis, membaca psikologis orang lain, dll.
Dari keahlian alamiahnya itulah ia
selsaikan amanah 7 M tersebut dengan izin Allah. Sejak itulah ia mulai mengenal
siapa dia. Untuk apa Sendy diciptakan? Untuk siapa Sendy harus berjuang?
Mengapa Sendy harus bertahan dengan semua penderitaan yang dialami sejak kecil?
Mengapa Sendy harus melalui fase Bipolar?
Semua ia tulis kembali di buku ke 2
#NamakuSendy.
Momen mengharukan bersama suami dan mama Sendy dalam launching buku #NamakuSendy credit Arina Mabruroh |
Dari Sendy saya belajar bahwa tak ada sesuatu pun yang sempurna, tak ada
seujung kuku kita berhak untuk menyombongkan diri. Kesempurnaan hanya milik
Allah, dan teladan utama hanya Rasulullah.
“Sekarang saya tak takut lagi merasa kehilangan, merasa kecewa dan
sebagainya. Karena sekarang saya meyakini hanya Allah tempat kita bergantung
dan hanya Rasulullah yang menjadi panutan,” jelas Sendy dalam sambutannya.
Jelas saya belum seperti Sendy. Saya masih merasa kecewa ketika di suatu
pagi mendapati seseorang yang begitu memukau di atas panggung namun tanpa
sengaja kemudian kudapati media sosialnya yang penuh makian dan ujaran
kebencian. Hm... tentu saya sadar tak
berhak untuk kecewa apalagi setelah mendapatkan pengingat dari Sendy.
Kita memang tak berhak mengajukan protes atas apa yang telah Allah
gariskan kepada kita. Yang bisa dilakukan adalah mengikuti setiap peran yang dipilihkanNya dengan ikhlas, dan
melihat dengan sudut pandang lain bahwa Allah selalu punya hikmah dalam setiap peristiwa
di episode kehidupan kita. Bukankah tak ada satupun yang Allah ciptakan dan
menjadi sia-sia? cukup kita menjalani lakon kehidupan sebaik mungkin.
Tentang menjadi seorang bipolar, juga merupakan bagian dari skenario-Nya.
Permasalahan utama adalah seberapa banyak seseorang mengenali dirinya sendiri
dan seberapa besar dukungan dari lingkungannya.
Sejenak saya merenung, apakah saya juga seorang bipolar? Sama seperti
Sendy?
Atau mungkinkah Kamu juga bagian dari Sendy-Sendy lainnya?
Allahua’lam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Baik buku, juga ulasan mbak Arina.
Salam pagi dari Lombok.
Nice review