Pejuang itu Bernama IBU
Daftar Isi
Beberapa bulan setelah menikah, seorang kenalan memberi nasihat.
"Seorang perempuan yang tidak berbakti kepada ibunya, biasanya akan luluh
hati saat ia hamil, melahirkan dan mengasuh anak. Ia akan merasakan betapa
beratnya perjuangan ibunya."
Beliau mengatakan begitu karena saat bertemu beliau memandangi wajah saya
yang pucat dan terlihat lemas. Lalu bertanya apakah saya sedang hamil? Saya
jawab belum tahu karena belum periksa, dan baru beberapa hari terlambat
menstruasi. Hal yang sangat biasa buat saya terlambat mens beberapa hari,
karena siklus panjang dan hampir selalu mundur beberapa hari dari jadwal bulan
sebelumnya.
Benar sekali apa yang beliau sampaikan. Menjalani masa-masa kehamilan
yang berat adalah perjuangan panjang bagi seorang calon ibu. Bukan menafikan
mereka yang belum dikaruniai momongan, mereka pun sangat bisa merasakan
perjuangan ibu dengan peran-peran dalam rumah tangga yang dipegang.
Setiap kehamilan itu istimewa. Ada yang sejak awal harus bedrest dan menjalani kehamilan dalam
kondisi yang lemah, tak bisa makan, ada pula yang segar bugar hingga
melahirkan. Ada yang awalnya terasa begitu berat lalu mendadak mudah, ada pula
yang mudah sejak awal. Semuanya adalah anugerah yang patut disyukuri dan
dijalani dengan ikhlas.
Belum lagi perjuangan untuk melahirkan dan menjadi puncak rasa sakit. Proses
ini pun dialami oleh setiap orang dalam kondisi yang berbeda. Ada yang kontraksi
terasa cepat dan mudah lalu begitu saja bayi telah keluar dari rahimnya bahkan
saat masih di rumah. Ada pula yang mengalami si adik bayi tak bereaksi sehingga
harus dipacu, ada juga yang harus menjalani proses operasi caesar demi ikhtiar
keselamatan keduanya.
Lagi-lagi, semua harus disyukuri karena Allah telah memberikan segala
sesuatu sesuai dengan kapasitasnya, sesuai porsinya. Tak perlu saling menghujat
atau saling mencari kesalahan di luar diri sendiri. Iya, saya masih miris
ketika banyak ‘kicauan’ dan memandang rendah para ibu yang (terpaksa) menjalani
bedah perut alias operasi caesar untuk melahirkan anaknya. Toh semua juga
terjadi atas kehendak Allah, dan manusia hanya bisa berusaha untuk mencari
jalan terbaik.
Menjalani kehamilan ke dua ini, saya banyak bertemu dengan para ibu yang
begitu besarnya berjuang untuk anak-anaknya.
Oia, dulu waktu melahirkan anak pertama pun saya sudah bertemu dengan
salah seorang ibu super, yang terpaksa operasi caesar karena ada masalah dengan
bayi kembar dalam kandungannya. Si kembar harus dikeluarkan meskipun kondisinya
belum cukup sehat. Dokter mempertimbangkan hal itu untuk ikhtiar penyelamatan
si kembar juga ibunya.
Setelah operasi selesai, kondisi si kembar yang belum stabil dengan berat
badan relatif kecil dan organ dalam belum sempurna, mereka harus dirawat di
rumah sakit yang berbeda dengan ibunya. Si ibu di kamar perawatan bersama saya,
beliau operasi sehari sebelum saya masuk RS, sedangkan si kembar dirawat di RS
lain yang memiliki peralatan lebih memadai.
Tiap hari si ibu yang masih terbaring itu harus memerah ASI sambil menahan
perih bekas luka sayatan di perut. Belum lagi harus terganggu dengan suara
jerit tangis anak saya yang cukup keras. Sesekali ayahnya menemani, atau suaminya
datang menjenguk sambil mengambil persediaan ASIP (ASI Perah) dan mengabarkan
kondisi si kembar. Saya mendengar kabar si kembar makin membaik pun ikut
merasakan senang.
Kemarin saat kontrol ke dokter di rumah sakit, saya bertemu dengan calon
ibu yang tak kalah tangguh. Usianya masih muda, 20 tahun. Ia tengah mengandung
anak pertamanya dan kembar. Usia kandungan memasuki 35 pekan namun kondisi bayi
ternyata kurang baik karena berat badannya turun. Kondisi ibunya pun tak jauh
berbeda, tekanan darahnya terus-terusan naik dari pekan ke pekan.
Dokter memutuskan untuk segera melakukan tindakan. Hari itu juga ia harus
opname untuk memperbaiki pola dan asupan makanan, dan hari Ahad (hari ini)
dijadwalkan operasi SC. Semoga operasinya berjalan lancar dan semuanya selamat.
Kami bertemu dua kali di ruang tunggu RS tapi belum sempat bertukar nomor
telepon.
Ada juga calon ibu yang sedang hamil anak kelima, dan semua anaknya lahir
normal. MasyaAllah... betapa besar perjuangan dan karunia yang diberikanNya.
Selain mereka, saya bertemu juga dengan beberapa ibu yang sedang
menjalani program hamil (promil). Ah, perjuangan mereka pun sangat layak untuk
diapresiasi. Tak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultasi dan membeli obat.
Belum lagi jika menjalani program lain dengan biaya puluhan bahkan ratusan
juta.
Pernah suatu hari saat membeli air kelapa muda, bertemu dengan seorang
ibu hamil. Sambil menunggu kami pun ngobrol ringan dan saling bertanya usia
kehamilan. Tanpa diminta, beliau pun bercerita betapa perjuangannya untuk bisa
mendapatkan momongan. Juga tentang adik iparnya yang harus mengeluarkan dana
ratusan juta demi menjalani berbagai program yang disarankan oleh dokter.
Subhanallah... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dusatakan?
Jika hamil itu berat dan melahirkan pun sakitnya lebih berat, mengapa
banyak ibu yang ingin hamil dan hamil lagi setelahnya?
Karena hamil-melahirkan-menyusui adalah fitrah perempuan. Juga ibadah
berat yang tak mudah dijalani namun jika berhasil maka pahala Allah menanti.
Tentu, tak cukup sampai di sini, perjuangan seorang ibu masih panjang. Ibu
yang full di rumah dan 24 jam nonstop disibukkan dengan urusan rumah tangga,
maupun ibu bekerja yang membantu suami dan tak berlepas dari anak-anaknya. Setiap
orang memiliki kapasitas masing-masing yang berbeda.
Semangat berjuang, Ibu. Engkau berlelah hari ini, insyaAllah akan memetik
hasilnya saat anakmu besar kelak. Yang belum
hamil semoga disegerakan dan Allah berikan di waktu yang paling tepat. Yang sedang
hamil semoga senantiasa diberi kesehatan dan melahirkan dengan mudah lancar
serta selamat semuanya. Yang telah melahirkan semoga dimudahkan menyusui dan
juga selalu diberi kesehatan. Yang bekerja maupun di rumah, semoga senantiasa
mendapatkan keberkahan dari Allah. Aamiin...
*hanya sebuah pengingat terutama untuk diri sendiri
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam