Kematian adalah Sebaik-baik Nasihat
Daftar Isi
Pagi
ini, saya mendapati kabar duka. Kabar kematian nenek di Wonosobo (sebenarnya
adiknya nenek saya, tapi sudah seperti nenek ‘asli’ karena rumahnya
berdampingan dengan rumah kami). Beliau telah lama menderita kanker usus. Baru kemarin
lusa mendapat kabar beliau masuk rumah sakit lagi dengan kondisi yang lebih
parah dan menanti rujukan ke RS Karyadi/Sardjito. Pagi tadi mendapat kabar lagi
sakitnya semakin parah dan menjurus gejara stroke, lalu tak ada satu jam
berikutnya, Mamak mengirim SMS simbah telah berpulang.
Innalillahi
wa inna ilaihi raji’un... semoga husnul khatimah, Mbah... maaf karena cucumu
ini belum bisa takziyah ke Wonosobo.
Beberapa
saat yang lalu, kudengar banyak berita duka yang membuat tertegun seolah tak
percaya. Pertama, seorang adik kelas meninggal setelah menderita maag
akut. Lalu ada kabar duka dari adik kelas lainnya yang juga menjadi pembina di
kos adik kandungku, meninggal karena komplikasi dan sakit TBC stadium akhir.
Sakitnya itu telah menjalar hingga otaknya, ia pun koma selama beberapa hari,
begitu berita yang kudengar pagi sebelum ada berita ia meninggal sore harinya.
Keduanya belum menikah bahkan baru mendapat gelar sarjana beberapa bulan
sebelumnya.
Sepekan
setelah itu, seorang sahabat membawa kabar duka dari sesama teman kuliah yang
ditinggal mati suaminya. Ia juga bercerita teman kami itu belum lama menikah
dan belum dikaruniai keturunan.
Lalu
kabar seorang teman kuliah yang kehilangan bayinya saat masih dalam kandungan; Seorang
dosen berpulang setelah malam sebelumnya ada kabar beliau masuk rumah sakit
karena penyakit tiroid. Terakhir, seorang kawan lama terbaring koma di ICU
setelah melahirkan bayi laki-lakinya. Malang tak dapat ditolak, bayinya
meninggal sementara ia masih berjuang menunggu keajaiban dari Allah.
Yang
bisa kulakukan hanya mendo’akan mereka semoga husnul khatimah dan mendapat
tempat terbaik di sisi Allah, diampuni dosa-dosanya dan keluarga yang
ditinggalkan pun tabah dan sabar atas pengingat dari Allah itu. Sungguh betapa
beratnya meengikhlaskan kepergian orang tercinta yang telah sekian lama hidup
bersama, atau sikecil dalam kandungan yang telah lama dinanti.
Kabar
kematian yang berturu-turut itu mamaksaku untuk merenungi diri sendiri.
Sanggupkah jika saya berada dalam posisi meraka?! Ah, tak terbayangkan rasanya.
Meskipun berkali-kali diingatkan dalam ayat-ayatNya bahwa setiap orang akan
menemui ajalnya, hanya soal waktu dan tempat tak ada yang bisa menerka.
"Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali 'Imran : 185) .
Dengan
berbagai peristiwa kematian ini, saya tersadarkan kembali bahwa maut tak kenal
usia. Ada bayi yang bahkan belum dilahirkan sudah meninggal, ada pula lansia
yang masih segar bugar. Ada pula seseorang yang tengah mengendarai sepeda motor
tiba-tiba berhenti dan dia meninggal seketika. Tak ada yang menjamin kita masih
bisa bernafas bahkan menit berikutnya.
Jika
begitu, masihkah berpayah-payah hanya untuk mengejar dunia?! Tanpa memikirkan
kehidupan sesudah mati?! Astaghfirullahal
‘adzim....
Pun
menjelang persalinan kedua saya Kamis lusa, sejak memasuki kehamilan trimester
3 rasanya bayang-bayang proses melahirkan selalu bersanding dengan kematian. Saya
bahkan telah berpesan kepada suami untuk mengurus beberapa hal jika ternyata
Allah mengambil saya terlebih dahulu.
Alhamdulillah,
Allah masih memberi saya napas hingga saat ini. Semoga menjadi sarana untuk
terus memperbaiki diri dan menyiapkan untuk kehidupan selanjutnya yang kekal
abadi. Kata orang Jawa, urip iku mung
mampir ngombe (hidup hanya seperti bertandang untuk minum air saja). hanya
sementara, hanya sebentar.
Semoga
Allah menjadikan kita makhluk yang beruntung di dunia dan di akhirat. Mahkluk
yang saat di dunia memberi manfaat sebanyak-banyaknya dan kematiannya
dirindukan oleh para penghuni langit.
Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan
gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka
bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum
menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.
(QS.
Ali Imron ayat 169 – 170)
Allahua’lam
bishshawab,
Semoga
bermanfaat,
salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam