Introspeksi: Cermin Bening untuk Mengoreksi Diri Sendiri
Daftar Isi
Assalamu'alaikum,
Hari
ini masih ramai ya membahas pribumi, bikin suasana makin panas aja, padahal
katanya matahari sudah banyak yang collaps
harusnya nggak makin panas dong. Entahlah, mungkin yang hobi ngomongin itu
adalah prilangit entah itu bidadari atau saudara kandungnya Mbak Kunti.
Prihatin sih sebenarnya sama yang nggak berprikemanusiaan dan priketuhanan apa
prikehewanan. Dan ini ngomongin apa sih? Dari pribumi sampai primata eh
maksudnya priksamata supaya kalau melihat jadi lebih jelas. Apaan coba?!
Nahloh! Kalau
emak lagi galau tuh gini, mau bahas apa malah jadinya ngomongin apa! Jaka sembung, jek! Eh mana Jaka-nya? 🙊
Sudahlah! Malas ngomongin soal pribumi, prilangit,
primars, privenus dan priplanet lainnya. Bukan skeptis tapi buat apa
ditanggapin? Toh hanya bikin makin panas dan kacau saja.
Yuk
ah, bahas tentang muhasabah aja. Kebetulan banget baru dapat pencerahan tentang
hal itu.
Yup!
Kita sebut dia muhasabah atau introspeksi.
Sudah
sangat sering dengar ungkapan/peribahasa "Semut di seberang lautan tampak
namun gajah di pelupuk mata tidak tampak" untuk menggambarkan seseorang
yang punya hobi melihat dan ngorek-orek kesalahan orang lain tapi tidak mau
menilai kesalahan diri-sendiri.
Yah,
wajar sih ya. Namanya orang berdiri menghadapi banyak orang pasti yang pertama
terlihat adalah orang-orang yang ada di hadapannya, bukan dirinya sendiri.
Kecuali ia mau berkaca pada cermin yang bening, sangat bening.
Jika
tidak bening, ia bisa saja mengaburkan noda-noda yang menempel pada tubuh.
Sahabat
Umar Ibn Khattab berkata: "Hisablah diri kalian sebelum dihisap, dan
berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk yaumul akbar. Dan bahwasanya hisab itu
akan menjadi ringan bagi orang yang menghisab dirinya di dunia."
Hmm..
Yang dibahas disini bukan ahli hisap-hisap nikotin itu ya.. Hehe kidding!
Katanya
orang yang cerdas itu yang bisa memuhasabahi diri sendiri lho. Kita eh saya
sudah cerdas apa belum ya?
Pentingnya
kita menginstrospeksi diri juga karena kelak kita akan menghadap Allah
sendiri-sendiri.
Allah
berfirman: "Dan setiap orang dari
mereka akan datang kepada Allah sendiri-sendiri pada hari kiamat."
(Q.S Maryam:95)
Satu
lagi nih, dikatakan oleh Maimun Bin Mihran: "Seorang
hamba tidak dikatakan bertaqwa hingga ia memghisab dirinya sebagaimana dihisab
pengikutnya dari mana makanan dan pakaiannya."
Mencatat dan introspeksi diri sebelum tidur |
Bagaimana cara kita memuhasabahi diri
sendiri?
Cara
paling efektif adalah dengan memperbanyak istighfar setiap saat, setiap hari.
Lalu
sebelum tidur, sediakan waktu untuk merenungkan setiap hal, setiap kejadian
sejak bangun tidur hingga bersiap tidur saat itu. Periksalah mana laku diri
yang tidak sesuai dengan jalanNya, sikap mana yang melukai orang lain,
perkataan apa yang sia-sia atau menyakiti sesama, perbuatan apa yang tidak
sesuai tuntunanNya, kebaikan apa yang telah dilakukan, dan sebagainya.
Apa-apa
yang salah hendaknya tak diulangi esok dan seterusnya, dan apa yang baik
pertahankan dan diperbaiki agar terus memberi manfaat.
Begitu
setiap hari hingga setiap saat dalam hidupnya terisi proses perbaikan dan
perbaikan.
Tak
ada salahnya menghitung-hitung kebaikan yang telah dilakukan jika tujuannya
bukan untuk melihat berapa banyak pahala yang akan diterima. Namanya pahala kan
hak prerogatif Allah, mau dikasih atau nggak kita tak pernah tahu. Tujuan menghitung
kebaikan adalah agar esok hari bisa berbuat lebih banyak lagi dan lebih,
seterusnya.
Apakah
saya sudah melaksanakan ini secara rutin? Hiks.
Belum. Seringkali lupa, atau bahkan tertidur belum membaca doa cry semoga
menjadi pengingat untuk diri saya sendiri untuk senantiasa bermuhasabah.
Apa saja sih yang perlu dimuhasabahi?
Ada
beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek Ibadah
Dalam
Qur’an surat Adz-dzariyat ayat 56 Allah berfirman:
"Dan Allah tidak menciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaNya."
Tujuan
manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah. Hal ini bukan berarti
Allah membutuhkan penyembah, tetapi kita lah sebagai manusia yang
membutuhkanNya.
Bagaimana
ibadah kita? Apakah sudah sesuai dengan
tuntunan? Sudah mencukupi syarat wajib dan sunnahnya? Sudah sah? Dan sebagainya
perlu kita teliti agar tidak melenceng.
Selain
ibadah wajib/sunnah yang berupa ritual keagamaan (baca:shalat, puasa, dzikir
dll) hendaknya kita meniatkan setiap hal untuk beribadah kepada Allah, termasuk
tidur.
2. Aspek Pekerjaan dan Perolehan Rizki
Setiap
(khususnya) kepala keluarga tentu ingin memberikan nafkah terbaik untuk
orang-orang tercinta. Utamanya, nafkah yang diberikan haruslah halal dan
thayyib karena akan mengalir ke dalam darah anak keturunannya.
Untuk
itu perlu diperhatikan benar-benar sumber penghasilannya, bagaimana cara
memerolehnya, mengandung harta haram atau tidak, dll.
Tentu
tidak ingin orang terkasih terseret dosa yang kita perbuat, bukan?
Jika
yang halal itu hanya sedikit, tentu lebih baik karena terdapat berkah di
dalamnya dibanding yang banyak tapi haram karena akan menjadi sumber siksa
neraka.
Jika
rizkinya halal, berkah dan melimpah tentu jauh lebih baik karena akan menjadi
jalan untuknya bisa berbuat lebih banyak bagi sesama.
3. Aspek Kehidupan Sosial Keislaman
Manusia
adalah makhluk sosial yang mana sangat membutuhkan interaksi dengan orang lain.
Kewajibannya
tidak hanya terhadap keluarga tetapi juga untuk tetangga dan masyarakat
sekitarnya. Seperti halnya saat mendidik anak, maka anak tetangga pun perlu
dididik agar tidak memberi pengaruh buruk.
4. Aspek Dakwah
Bagi
seorang muslim, sejatinya dia adalah seorang da'i sebelum segala sesuatu. Di
pundaknya terpikul beban untuk amar ma'ruf nahi munkar. Untuk itu, aspek dakwah
juga harus dimuhasabahi.
Dakwah
tak melulu dimaknai sebagai aktivitas pengajian/taklim yang melibatkan banyak
orang. Mendidik anak, keluarga, dan tetangga sekitar pun merupakan bagian dari
dakwah.
Dengan
bermuhasabah artinya kita memiliki planning
besar untuk menggapai Ridha Allah. Dengan memiliki visi besar, dilakukan dengan
perencanaan, strategi pelaksanaan dan evaluasi.
Kita
pun sering mendengar bahwa kunci sukses adalah evaluasi dan bertindak kembali
setelah proses evaluasi.
Evaluasi/muhasabah/introspeksi
inilah yang akan membawa kita menuju kesuksesan dunia akhirat. InsyaAllah.
Semoga
bermanfaat,
Salam,
Sumber
bacaan: Buku Tarbiyah Dzatiyah
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam