Saat Sumur Telah Kering, Pertanda Hujan Akan Segera Turun
Daftar Isi
Assalamu’alaikum, Temans!
"Saat sumur telah kering, pertanda hujan akan segera turun" pernah
mendengar ungkapan ini? Saya pertama kali mendengarnya adalah saat menonton
film ‘Sang Murabbi’ bersama teman-teman di kos. Entah siapa yang meminjam DVD
film itu dan akhirnya kami menonton ramai-ramai di home teater (baca: nonton di
laptop di kamar pojok yang selalu jadi favorit :P) kos kami.
Saat mendengar ungkapan yang disampaikan oleh ustadz Rahmat Abdullah
terhadap istrinya itu, sontak kami tertawa, bukan menertawakan isi
pembicaraannya, tapi semacam menertawakan ‘nasib’ kami sebagai anak kos yang sering
tak jauh dari hal itu.
Teringat dulu saat berhari-hari kiriman belum datang dan gaji les privat
pun tak jelas nasibnya, tiba-tiba ada kabar bapak sudah transfer sejumlah uang.
Alhamdulillah.. Meski kadang hanya setengah dari yang diharapkan tapi bisa
menyambung hidup sampai mendapat pegangan lagi.
Dan tahukah? Katanya uang yang ditransfer itu seringkali 'datang' dari
arah tak terduga. Tiba-tiba ada yang mau membeli jagung hasil panen, atau teman
bapak yang mengolah sawah datang menyerahkan bagi hasil, dan sebagainya.
Temans pernah mengalami masa-masa 'kekeringan'? Meringis-ringis saat
melihat isi saldo dan di dompet hanya tersisa beberapa lembar golok Pattimura? Rasanya
sudah seperti mendapati jalan buntu sementara ada yang tengah mengejar di
belakang.
Mungkin bagi karyawan yang menerima gaji tetap setiap bulannya,
kekeringan ini akan segera terhapus begitu tanggal menunjukkan waktu gajian. Ini
pun dengan catatan perusahaannya sedang dalam kondisi stabil.
Namun bagi selain karyawan, hanya bisa bekerja lebih keras, berdoa lebih
panjang dan pasrah dengan ketentuan Allah sembari berharap bahwa hujan deras
akan segera turun menghapus kekeringan itu.
Lalu saat jalan itu terbuka meski hanya sedikit celah, rasa bahagia dan
syukur sungguh amat membuncah. Ya, dalam masa-masa seperti ini, mendapat
recehan tak seberapa menjadi lebih nikmat dibanding mendapat emas permata
dikala lapang. Bahagia dan syukurnya seperti saat berbuka puasa setelah
melewati hari panjang dan melelahkan.
Setelah suami saya memutuskan resign dari tempat kerjanya dan merintis
usaha (lagi), kami menjadi lebih sering mengalami hal seperti ini. Sering dia
pun berkata bahwa berbeda nikmatnya saat mendapat rejeki. Ketika dulu masih
menjadi karyawan, seolah ada yang berbisik ‘tenang, tanggal 5 nanti gajian,
jelas nominalnya sekian’ sehingga saat menerima uang itu seolah menjadi
rutinitas belaka, tanpa kesyukuran yang sebenarnya.
Setelah merintis usaha, keadaan berbalik drastis. Tidak ada yang
diharapkan selain kemurahan dari Allah. Maka hanya bisa ikhtiar lebih keras dan
berdoa lebih panjang terutama saat membutuhkan dana untuk suatu keperluan. Dan saat
tiba mendapat order meski hanya beberapa lembar terjemahan, maa syaa Allah...
nikmatnya... seperti doa-doa dijawab langsung olehNya.
Hm.. ada yang pernah mengalami juga? Dan hal-hal kecil inilah yang
membuat hidup serasa bahagia. Iya, #BahagiaItuSederhana asal kita mau melihat
dan menikmati. Bahagia terus dong?! Ya nggak
juga, namanya hidup selalu ada fluktuasinya, selalu ada kejutan-kejutan dan
masalah-masalah yang harus dihadapi dan dijalani. believe, we’ll find a miracle in every second.
Janji Allah itu pasti, Dia akan memberi jalan kepada yang dikehendakiNya
dari arah yang tak disangka-sangka. Dan jangan sampai kehilangan keyakinan
padaNya, akan apa yang menjadi jatah kita dan jangan pernah berhenti berharap
padaNya.
Wa laa taiasuu min rauhillah (dan
janganlah berputus asa dari rahmat Allah)
Faidza 'azamta fatawakkal
'alallah.. Innallaha yuhibbul mutawakkilin (Kemudian apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah). (Ali Imran:159)
Semoga bermanfaat,
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam
Oh itu judul salah satu postingan lama blog aisyah, he.. ^^