Congraduation, My Lil Sista!
Daftar Isi
Alhamdulillah, hari Kamis kemarin lusa capek luar biasa sampai sudah
ngetik tulisan ini tapinya nggak jadi tayang karena pas mau posting #ODOP
#BloggerMuslimahIndonesia ke 10 sikecil terbangun. Saya ngelonin dia lagi dan
ikut tidur sampai pagi *wkwkwkwk*. tapi juga senang karena baru saja ada
perhelatan besar (iya, besar bagi
keluarga kami) yaitu wisuda adik saya, kakaknya si bungsu. Yup! Saya anak pertama dari 4 bersaudara 3 perempuan
1 laki-laki. Silakan bayangkan bagaimana
hebohnya kami saat berkumpul. Rebutan
baju, gamis, jilbab atau bahkan sandal itu sudah jadi menu wajibnya.
Kembali lagi ke wisuda, ini seperti puncak kesyukuran meskipun bukan
akhir dari tangga yang harus dilalui.
Ya, jika ingat betapa panjang
perjuangan untuk sampai di bangku kuliah dan bertahan untuk
menyelesaikannya,tentu wisuda adalah sebuah perayaan besar.
Teringat betapa dulu si Adik kecil yang terpaksa tidak melanjutkan
pendidikan karena masalah ekonomi.
Setahun ia di rumah sembari memendam cita-cita.
Memang rejeki tak akan kemana, saat ada informasi pendaftaran bea siswa
bidik misi dan bisa untuk lulusan tahun sebelumnya, dia memberanikan diri
mendaftar. Alhamdulillah, pihak sekolah sangat kooperatif dan membantu
pendaftaran secara kolektif.
"Aku bingung mau masuk jurusan apa,
Mba," curhatnya waktu itu.
"Kamu pengennya di apa?" balasku
"Entahlah, bingung karena
terlalu banyak pilihan," jawabnya lagi.
"Eng...gimana kalau ambil jurusan perpusatakaan aja? Kamu kan
lumayan suka baca, trus pendiam, trus suka hal yang ngrenik-ngrenik urusan
administrasi gitu. Kalau misalnya berjodoh dan bisa bekerja jadi pustakawan kan
kerjaannya di perpus tuh.. "
"Iya juga ya,"
Tapi setelah itu masih berlanjut dengan kegalauan. Saya lupa kenapa akhirnya
dia mantap menjadikan ilmu perpustakaan sebagai jurusan yang dipilihnya.
Surprise itu saat mendapat kabar dia lolos seleksi bidik misi dan berhak
mengikuti seleksi di Semarang. Alhamdulillah, mendapat kemudahan juga dengan
banyak hal yang serba online. Eh, kalau tes-nya sih masih harus ke kampus jika
tak salah ingat. Tapi saya lupa di mana si Adik ini mengikuti seleksi masuk
Undip-nya.
Seperti halnya saya yang dulu antara berharap dan tidak bisa masuk Undip,
pun dengan adik saya. Antara mengharapkan keajaiban sekaligus sadar bahwa
kenyataan tak selamanya sesuai dengan harapan.
Saat hari pengumuman yang dinanti tiba, saya membuka pengumuman lewat
laptop dan sambungan internet kantor. Lega rasanya mendapati ucapan selamat
bahwa nomor yang diregistrasikan diterima di Undip jurusan Ilmu Perpustakaan.
Alhamdulillah... tabarakallah..
“Biaya registrasinya berapa?” tanya bapak diantara rasa senang sekaligus
gundah.
Saya masih menekuri satu per satu lembar pengumuman khususnya tentang
beasiswa bidikmisi. masyaAllah... maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau
dustakan? Kami tak harus mengeluarkan biaya sepeserpun untuk registrasi sampai
tiba keputusan rektor mengenai calon mahasiswa yang berhasil lolos bidikmisi.
Baca: Anugerah Terindah
Setelah diterima dan dinyatakan lolos bidikmisi bukan berarti semua
berjalan tanpa kendala. Namanya juha hidup, pasti selalu ada masalah yang harus
dihadapi, ada persoalan yang harus dipecahkan, bukan?
Perjuangan dan kegalauan menyelesaikan si skripsuit aka skripsi tentu
menjadi puncaknya, apalagi jika tekanan dari kanan-kiri-atas-bawah dengan
pertanyaan ‘kapan’ itu menghampiri. Mulai dari kapan lulus, kapan skripsi
selesai, lalu kapan nikah, dan seterusnya. Aaahh! Saya tahu betapa bete-nya
mendapatkan pertanyaan semacam itu.
Sudahlah, bahas serunya wisuda aja kalau begitu. Hihi.
Sejak Ramadhan si Adik ini sudah riweuh ngurus surat ini-itu dan segala
printilan buat daftar wisuda. Rasanya sih setelah drama-drama skripsuit – sidang
– revisi yang menguras tenaga dan pikiran, masih ditambah kerumitan daftar
wisuda jadi makin bete bin geram. Haha. Bolak-balik dia curhat dengan segala
tetek bengek itu, dan saya jawab aja urusin satu-satu ntar juga selesai.. ((enteng
banget saya komen)).
Senang rasanya saat akhirnya dia mengabarkan bisa ikut wisuda bulan Agustus.
Alhamdulillah... yeay! Dia sudah lulus! Finally... meski sebentar lagi
berstatus pengangguran, semoga setelah keluar dari bangku kuliah bisa
mengamalkan ilmunya. Aamiin..
Dan hari yang dinanti tiba, Rabu malam keluarga Wonosobo sampai di
Semarang. Malamnya ada semacam girls night (halah) soalnya kami d’Sisters
(kakak beradik bertiga) ngumpul sekamar. Sebenarnya sih buat latihan make-up in
si Adik karena nggak dapat MUA yang cocok dan dekat rumah. Yang cocok adanya
jauh di seputaran Banyumanik dan nggak mungkin banget bolak-balik ke sana. Apalagi
tempat wisuda ada di masjid Agung Jawa Tengah. Katanya sih ini pertama kalinya
dalam sejarah wisuda Undip diadakan di MAJT karena gedung Prof. Soedharto
sedang dalam renovasi.
Mencoba make-up lancar, giliran hijab do-nya bingung. Mau nggak mau
malam-malam buka lagi tutorial di youtube. Terimakasih untuk mereka yang sudah
posting video jilbab syar’i untuk wisuda. Hihi. Jam 2 malam, si Adik yang mau
wisuda sudah tidur tinggal saya dan Adik satu lagi berdua mencoba tutorial. Alhamdulillah...
nggak pakai lama sudah jadi dan hasilnya cocok termasuk dengan headpiece yang sudah disediakan khusus
sama bos-nya D’Sisters craft, Aruni.
Ba’da subuh langsung berkutat dengan alat perlenongan (widih, padahal saya mah paling jarang
pegang ginian). Untungnya lancar jaya sampai selesai dan dia berangkat ke
tempat wisuda bareng bapak dan mamak. Saya nyusul siangan aja supaya nggak
nunggu kelamaan dan kepanasan, sebenarnya sih alasan biar bisa tidur.
Tak henti mengucap syukur kepada-Nya, artinya satu lagi anak Bapak sudah mentas. Tinggal di bungsu yang paling
ganteng (iya, karena hanya satu-satunya anak cowok diantara kami berempat) yang
kini masih di bangku kelas 2 SMA. Semoga kelak sekolah dan kuliahnya juga
lancar. Aamiin..
Bingung mau ‘ngrasani’ apalagi tentangnya *ups*. Intinya semoa
cita-citanya tercapai, yang terbaik menurut Allah. Aamiin..
Salam,
Mohon tidak menyematkan link hidup dan spam lainnya :)
Salam