Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Buku Paket Sekolahku, Warisan Turun-temurun Keluarga dan Tetangga



Buku Paket Sekolahku, Warisan Turun-temurun - Saat saya sekolah dulu, kurikulum yang dipakai oleh dinas pendidikan dan kebudayaan (sekarang kementerian pendidikan) hampir tidak pernah berubah dari tahun ke tahun. Yang berubah paling hanya sistem catur wulan menjadi semester.
Saat saya SD sekitar tahun 90’an hingga lulus SMP tahun 2002 masih menggunakan sistem caturwulan yang artinya setiap tahun akan ada tiga kali ujian. Cawu 1, 2, dan 3 yang sekaligus menjadi ujian kenaikan kelas. Banyak sekali kan ujiannya? Sekarang juga ding, ya! Ada ujian mid semester juga kan? meskipun seperti ulangan harian tapi waktunya disamakan.
Buku-buku paket sekolah, sayang dong?! Nggak juga loh! Apalagi untuk siswa seperti saya yang berat sekali untuk membeli buku paket.
Tidak seperti sekarang yang setiap berganti menteri maka berganti kebijakan dan berimbas juga pada buku paket sekolah yang dipakai anak-anak. Pasti jadi menambah anggaran keluarga juga kan? yang dulunya buku paket bisa diwariskan ke adiknya bahkan ke saudara yang jauh lebih muda, sekarang hanya bisa dipakai sekali. Saat SMP dan SMA saya mendapat banyak kemudahan dengan adanya pinjaman buku paket dari perpustakaan sekolah, masing-masing siswa mendapat jatah 1 buku untuk beberapa mata pelajaran seperti Matematika, Biologi, Geografi, dll. Jika stok buku terbatas, maka kami share satu buku untuk berdua dengan teman semeja.
Jika kekurangan refferensi, saya pun hunting buku ‘warisan’ ke rumah kakak sepupu yang sudah lebih dulu menyelesaikan sekolah. Biasanya sih saya datang dan mereka berbaik hati memimjamkan buku-buku yang saya butuhkan. Bahkan menyilakan saya untuk mencari sendiri di gudang atau di rak buku.
Demikian juga dengan tetangga dekat, jika buku-buku sudah selesai digunakan maka akan disimpan rapi dan terbuka untuk tetangga/saudara yang akan meminjamnya. Itulah kenapa buku paket itu menjadi semacam ‘harta berharga’ yang wajib dijaga. Ingin tahu bagaimana kami merawatnya?

Buku Paket Pasti diberi Sampul Plastik
Ini hal wajib sekali buat saya. Saya termasuk senang sekali bergumul dengan plastik dan menyampuli buku. Ada kepuasan tersendiri setelah melihat buku jadi rapi dan cantik.
Jika mood sedang bagus, kadang saya sampul dengan kertas payung/kertas coklat dulu sebelum luarnya ditambah sampul plastik. Tak lupa untuk membubuhkan nama dan tulisan ‘Buku Paket blablabla’ di sampul coklatnya agar saat mencari buku tidak kesulitan.
Tapi menyampul buku seperti ini butuh waktu lebih lama, sehingga kebanyakan hanya disampul plastik.
Kenapa jadi wajib? Karena saya sekolah jalan kaki sekitar 3 KM yang jika hujan tentu saja tas saya pun basah meskipun sudah membawa payung kecil di tas. Menyampul buku dengan bahan plastik adalah salah satu cara agar buku tidak basah terkena air. Tentu saja, jika musim hujan saya selalu siap kantong plastik besar di dalam tas. Begitu bel pulang sekolah berbunyi, buru-buru memasukkan buku ke dalam plastik, lalu bersiap dengan senjata terkokang, eh payung maksudnya jika tiba-tiba si hujan menyerang keroyokan.

Dijilid dengan Stapler Besar
Ha?! Itu bukunya dijilid pakai stapler besar trus beli sendiri gitu stapler-nya? Nggak dong, Temans! Kalau saya sih datang ke tempat fotocopy, biasa kan di sana juga nerima jilid buku, jadi saya bilang ke karyawan fotocopy-an nya bilang mau jilidin buku, tapi nggak pakai lakban.
Aduuh.. irit sekali! Ya memang! Wkwkwk. Sengaja cuma dijilid saja biar bayarnya murah. Kalau tidak salah hanya bayar gopek atau seceng, gitu per bukunya. Kalau sudah dijilid begini kan nggak takut buku tiba-tiba ambyar saat dibawa jalan kaki atau lari mengejar teman yang jalannya lebih cepat.

Tidak Melipat Buku

Ini aturan (baku) yang harusnya ditaati oleh semua orang. Tapi, masih banyak yang beranggapan bahwa aturan dibuat untuk dilanggar, muehehe. Jadinya sering kesal dong kalau buku dipinjam tapi begitu dia pulang ke peraduan jadi banyak lipatan di sana-sini.

Tidak melipat halaman buku tentu membantu umur si buku agar tetap awet sampai diwariskan ke generasi ke 7 atau setelahnya :D

Tidak Mencoret Buku Kecuali dengan Pencil dan Stabilo 

Masa 90'an, namanya stalbilo itu ngehits banget loh! spidol untuk membuat highlight ini hampir dimiliki oleh setiap siswa. Berasa kerennya naik level kalau sudah mengoleksi beberapa warna stabilo :D kalau saya sih pernah punya, tapi hanya beberapa kali beli.

Untungnya, stabilo ini tidak merusak buku sehingga no matter-lah kalau misalnya buku dikasih tanda dengan stabilo. Yang masih ditolerir juga adalah corat-coret halaman buku dengan pensil, misalnya untuk menandai penjelasan dari guru, atau menambah rumus yang lebih singkat di sebelah rumus yang rumit, dsb. Kalau nggak suka ada coretas pensil di buku, bisa dengan mudah menghapusnya.
Kalau sudag begini dijamin buku paket untuk sekolah akan awet bertahun-tahun dan beredar kesana-kemari sampai bulukan. hihi.

Nah, ini sebagian kecil ceritaku mengenai buku paket sekolah yang menjadi milik bersama dan 'diwariskan'. Teman-teman punya pengalaman yang sama? menurut kalian apa manfaatnya saling meminjam buku seperti itu?

Salam,

8 komentar untuk "Buku Paket Sekolahku, Warisan Turun-temurun Keluarga dan Tetangga "

  1. Sayaaaa... Dulu juga pakai buku paket warisan. 4 angkatan malahan. Pertama dari sepupu saya, turun ke adiknya yang cowok, kemudian ke sepupu saya yang lain, baru deh ke saya. Hehehe... Jadi ada 4 anak dari 3 orangtua yang makai tuh buku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. asyik ya Mba, jadi jaga.. banget buku-buku itu biar bisa diwariskan lagi

      Hapus
  2. era tahun 90-an emang kaya gitu.. kalo gak punya kakak..ya punya tetangga... tapi sekarang udah gak bisa... malah soal latihan langsung di buku cetaknya..jadi gak bisa diwariskan...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, lebih baik seperti dulu ya, lebih murah meriah. apalagi sekarang kan berbagai informasi mudah banget diakses lewat internet

      Hapus
  3. waktu masih sekolah dulu buku-buku saya selalu diberi sampul Mba, jadi bukunya tetap terlihat baru walau sudah lama dibeli :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss Mba Ira.. :D menyampul buku itu kegiatan yang menyenangkan

      Hapus
  4. Waktu sekolah saya sangat suka membuat sampul buku sendiri dan ditambah pernak pernik lucu lainnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, kadang dikasih stiker atau digambarin sendiri ya Mba :) puas ngeliat hasilnya

      Hapus