Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sakinah Hingga Jannah



Menikah, bukanlah perkara mudah dan bukan pula adu cepat dimana pemenangnya adalah siapa yang sampai lebih dulu. bukan, sama sekali bukan. Menikah adalah permulaan dari sebuah perjalanan panjang sepasang anak manusia. 

Mengutip istilah pakar parenting dan keluarga, Cahyadi Takariawan, menikah seperti naik roller coaster. Saat posisi kita berada di kursi penonton apakah takjub? Penasaran? Ada keinginan sangat kuat untuk ikut ke sana? Barangkali itu yang kita rasakan. Namun ketika kita sendiri yang berada di atas, barulah kita pahami bahwa menikah itu tak mudah seperti yang dibayangkan. Ada kalanya jalanan landai, ada kalanya harus jungkir balik dan teriak histeris, ada kalanya naik lalu terjun bebas dan kembali tenang. Semuanya akan dilalui sampai garis finish, selalu dengan harapan yang sama: sakinah hingga Jannah-Nya.

Menikah selain sebagai ibadah bernilai besar setengah agama, juga ibadah yang berat karena adanya janji di hadapan Allah dan pemindahan tanggung jawab seorang perempuan dari ayahnya kepada laki-laki yang menjadi suaminya. Penyatuan itu juga mengharuskan adanya hak dan kewajiban masing-masing dalam membina rumah tangga. Untuk itu sangat penting bagi siapa saja untuk membekali diri dengan ilmu seputar pernikahan dan rumah tangga.

Sejak kapan harus belajar ilmu tentang pernikahan? Jawabannya adalah sedini mungkin sebelum menikah. Kenapa? Karena jika hari H telah ditentukan waktu yang tersisa untuk mencari ilmu sangat pendek, lebih-lebih sudah disibukkan dengan pernak-pernik persiapan perhelatan.

Persiapan ilmu menikah bukan berarti berandai-andai dan membayangkan kehidupan pernikahan yang mudah dan indah, juga bukan masa untuk membayangkan menikah dengan si fulan atau fulanah.

Ya, saya pun pernah pada posisi yang sama saat keinginan menikah begitu menggebu namun belum ada kemampuan untuk melangkah ke sana. Solusinya? Puasa dan memberbanyak aktivitas positif, dengan tetap mengumpulkan ilmu seputar rumah tangga dan pernikahan.
 
Sayap-sayap Sakinah. _dok.pribadi_ *fokus bukunya, abaikan yang lain. hehe
Sayap-sayap sakinah, buku duet Afifah Afra dengan Riawani Elyta ini menjadi semacam buku wajib bagi yang tengah mempersiapkan pernikahan dan yang sudah menikah. Menyiapkan diri baik sudah ada seseorang yang melamar maupun masih tahap merayu Allah dengan do’a-do’a.

Buku ini menyadarkan kita (eh, saya) pentingnya untuk menjejak bumi meski impian setinggi langit. Ya, dalam salah satu bab di sini Mba Afra bercerita tentang impiannya bersanding dengan seorang ikhwan yang bla..bla..bla.. namun Allah memberikan orang yang ternyata berbeda dengan impiannya. Jika sudah begini, apa akan memprotes Allah? Atau menyerah dengan kondisi? Padahal seringkali Allah memberikan sesuatu yang sebenarnya kita butuhkan meskipun tidak kita inginkan. Atau bisa jadi Allah tengah menguji dengan sesuatu yang tidak disukai yang tentunya belum tentu tidak baik. Dan sunnatullah, penyatuan dua insan yang berbeda ini butuh pengorbanan dan pengertian, butuh saling melengkapi dan mengisi agar seimbang dan sempurna. Kisah-kisah pernikahan yang disuguhkan membuat kita makin siap menghadapi tantangan yang (pasti) akan dihadapi meski berbeda porsi dan masalahnya.

Bahasan dalam bukunya pun telah tersusun rapi mulai dari episode mencari calon pendamping dan menyiapkan pernikahan hingga tips rumah tangga awet hingga kakek-nenek. Disertai dengan dalil Alqur’an dan hadits, bukti dan hasil penelitian dari beberapa pakar, juga kisah-kisah nyata seputar pernikahan membuat pembaca tidak bosan saat menikmatinya. 

Sst... saat sedang kesal dengan suami, buku ini juga sering jadi ‘pelarian’ saya untuk mendapat pencerahan. Sampai bukunya lecek keseringan dibuka.   Pencerahan lewat catatan-catatan kecil dan puisi di setiap bab-nya maupun kisah dan isi di dalamnya. Setelah lega baru menyambut suami dengan senyuman.

8 komentar untuk "Sakinah Hingga Jannah"

  1. Aku belum pernah baca buku ini...jadi penasaran.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sini Mba Ika, aku pinjemin, ato beli di tokbuk banyak ko.. hehe ^^

      Hapus
  2. Kmrn beli buku ini jg buat ikutan lomba mba afifah. Taunya saking kerennya bukunya.. buanyakkkk bgt yg pgn aku tulis ulang di resensi mpe bingung. Dan akhirnya mpe skrg ga nulis2.. hehehe goodluck ya mba.. hadiahnya keren nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. makasih Mba.. :)

      Wah, jd nggak ikutan nih mba?

      Hapus
  3. Saat membaca awal paragfar, jujur saya sedikit takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Entahlah.. mungkin belakangan ini saya diperlihatkan dengan kondisi rumah tangga orang yang saya jadikan public figur, orang yang menjadi murobbi saya tapi akhirnya kandas ditengah jalan...
    dan beberapa teman akhwat yang sudah menikah lebih awal tapi terdengar kabar udah di talak satu sama suaminya, aduuh ngeri bangeeet saya membacanya... cz yang menikah dua-duanya paham agama.

    semoga buku itu bisa menetralisir perasaan takut saya untuk tdk segera menikah diusia saya yang 24...,
    Penasaran sama bukunya...In syaa Allah mau beli...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perasaan takut itu wajar sih mba, sblm nikah dulu sy jg pernah mengalami seperti itu.
      Klo mnrt saya ya dalami ilmunya, masalah lain2nya biar Allah yang ngatur. Berusaha yg terbaik dan bersama membangun keluarga penuh barakah

      Hapus
  4. Kalo lecek, tanda buku sering dibaca, saya suka begitu...sepertinya bukunya menarik

    BalasHapus