Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Traveling: Kebutuhan atau Sekadar Gaya Hidup?


Assalamu’alaikum, sering merasa bosan bin galau di rumah atau dengan rutinitas yang ada lalu menyalahkan ‘kurang piknik?’ kalau kata teman saya mah bukan kurang piknik tapi kurang bersyukur dan kurang berdzikir. Nahloh! Makjleb banget kalau buat saya.
Pergeseran gaya hidup manusia tentunya dipengaruhi oleh banyak hal. Jika pada masa sebelumnya orang mengalami kesulitan untuk melakukan perjalanan karena keterbatasan moda transportasi, saat ini ingin menggunakan apa tinggal pilih dan menyesuaikan dengan isi kantong. Berbagai informasi mengenai destinasi wisata dan kemudahan dalam mengaksesnya juga keleluasaan dalam menentukan dan memilih akomodasi membuat orang semakin banyak melakukan perjalanan.

Sebelum cuap-cuap lebih lanjut soal traveling, lebih lengkapnya tentang Siapa orang yang paling ingin diajak traveling.  Ini adalah tema yang disepakati di #ArisanBlogGandjelRel periode 6. Tema ini digawangi sama Mba Winda dan Septi, pakarnya medsos. 
Yuk lanjut lagi ya Temans.
Berbagai kemudahan dan kenyamanan mulai dari pesan tiket, hotel, dan akomodasi lain sampai kembali lagi ke rumah semakin menimbulkan keinginan setiap orang untuk melakukan perjalanan.
Jadi, traveling itu kebutuhan atau gaya hidup? Bisa salah satu dan bisa keduanya.
Ya, otak dan badan manusia yang telah bekerja keras sangat membutuhkan refreshing dan keluar dari rutinitas yang selama sekian periode dijalani. Untuk itulah kamudian orang melakukan perjalanan alias traveling atau piknik.
Sayu salut dengan banyak traveler yang memang mengagendakan diri dan tabungannya untuk pergi ke suatu tempat yang diinginkan. Jadi benar-benar merencanakan untuk pergi dan menyiapkan tabungan khusus untuk bepergian. sssttt! Ada loh yang pernah komen di postingan blog saya tentang traveling, beliau mengatakan 60% dari gajinya dialokasikan untuk biaya traveling. Kereeeen! Kalau begini sih dalam waktu sekian bulan bisa traveling kemana-mana bersama keluarga.
Kebutuhan yang satu ini memang bisa mmeperngaruhi gaya hidup seseorang, apalagi akhir-akhir ini traveling menjadi sesuatu yang sepertinya wajib. Yang perlu diingat, gaya hidup yang kita jalankan harsulah sesuai dengan apa yang dimiliki. Jangan sampai rajin traveling tapi rajin menumpuk utang karena biaya travelingnya dari hasil utang (reminder banget buat saya sendiri).
Idealnya, setiap akan melakukan perjalanan harus dihitung benar-benar budget-nya dan biaya cadangannya agar ketika pulang tidak tekor dan tidak mengganggu pos keuangan lainnya. Nggak mau kan, habis pulang dari jalan-jalan bukannya jadi fresh malah depresi mikirin tagihan yang membengkak.
Di dalam islam, traveling bahkan bisa menjadi ibadah dan kewajiban terutama untuk mencari ilmu. Salut deh sama mereka yang merantau jauh untuk menimba ilmu.
“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Al-Mulk:15)
“Setelah didirikan shalat (Jum'at) maka bertebaranlah kamu di muka Bumi dan carilah sebagian dari karunia Allah. Dan berbanyaklah berzikir kepada Allah agar kamu beruntung.” (Al-Jumu’ah:10)
Lalu, jika ditanya siapakah yang paling ingin diajak traveling? Jawabannya adalah SUAMI. Ya, untuk urusan traveling, kami punya passion yang sama. Dia sangat excited dengan hal sopir-menyopir *apaan ini* ((meskipun belum punya mobil sendiri, wkwkwk)) dan saya suka tidur di perjalanan *eh nggak nyambung :P*
Intinya sih kami sebenarnya sama-sama suka jalan, hanya saja masih terlalu memikirkan banyak hal untuk traveling jarak jauh. Apalagi urusan budget.. hihi, belum bisa membuat pos khusus untuk traveling sih.
Nah, sering dalam obrolan-obrolan ringan kami, (seperti menapaktilasi perjalanan Ibnu Batuthah) kami ingin perjalanan kami pertama kali ke Luar negeri adalah untuk beribadah haji dan umroh. Aamiin.. yaa Rabb... dulunya sih pengen banget bisa traveling tipis-tipis gitu ke negara tetangga apa kemana, gitu tapi setelah ‘dicuci otak’ sama dia saya pun akhirnya membenarkan dan mengikuti keinginannya aliasn menjadi keinginan kami.
Padahal kalau bisa jalan-jalan dulu ke LN kan yo lumayan, hitung-hitung latihan dulu sebelum bisa ibadah haji. Hehehe.
Selanjutnya, ingin mengajak keluarga terutama bapak dan mamak saya yang jarang sekali bepergian. sepertinya perjalanan terjauh kami sekeluarga setelah saya menikah adalah ke Cilacap dengan keluarga Wonosobo dan ke Surabaya dengan keluarga Semarang. Hiks. Kapan dong bisa jalan-jalan lagi? *cry*
Sesekali ingin juga traveling rame-rame bareng teman-teman *misalnya Gandjel Rel gitu* tapinya saya tipe emak yang suka kepikiran anak walau pergi sebentar. Mungkin nanti ya, kalau anak-anak sudah bisa ditinggal agak lama. Semoga masih ada kesempatan. Aamiin..
Once more, traveling (baca: piknik) memang suatu kebutuhan, namun bukan hal yang harus dipaksakan. Kalau kata suami saya sih ‘sebelum jalan-jalan ke tempat jauh mari kita explore sekitar kita dulu yang masih terjangkau’ (hihi. Alibi banget ini mah). Tapi baiklah, mari kita #piknik ke tempat yang dekat dulu. Hihi.
Weslah, semoga bermanfaat,
Salam,



6 komentar untuk "Traveling: Kebutuhan atau Sekadar Gaya Hidup?"

  1. Terima kasih sudah diingatkan kalau kita harus bisa 'menyingkirkan' keinginan "pengen cepet jalan-jalan", atau "yang penting jalan-jalan" demi bisa mencapai tujuan traveling kita yang paling utama. Semoga segera bisa terwujud, Mbak Arina.

    BalasHapus
  2. Iyaa, aku pun ingin traveling tapi kudu pengetatan dompet hehe buat sekolah bocah, semangat Insya Allah ada rezekinya aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. emak-emak apa-apa yang dipikir anak ya Mba..

      Aamiin.. moga tercapai azzamnya

      Hapus
  3. sama say, aku juga selalu kepikiran anak kalo pergi. makanya kalo pergi2 enakan bedol desa.. semua ikut jalan biar seru dan ga gundah gulana

    BalasHapus