Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

WAGE untuk Indonesia, Film Biopic Sosok Pahlawan Nasional WR. Soepratman

Indonesia Raya Oleh WR. Soepratman
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Temans, sejenak kita menghayati lagu kebangsaan nasional ini yuk. Apa yang dirasakan? Sedih? Semangat perjuangan?  Atau biasa saja saking seringnya mendengar lagu ini dikumandangkan dalam setiap upacara bendera dan acara resmi? Well, sesekali perlu juga merefresh makna dan sejarah lagu pusaka ini agar menjiwai saat melantunkannya.

Jumat (21/07) bertempat di Kafe Tekodeko Kota Lama Semarang, sebait syair lagu Indonesia Raya dibacakan oleh Bapak Azuzan JG. Mendengar beliau membacakannya dengan sepenuh jiwa dan semangat, seolah-olah kami dipaksa untuk kembali ke masa pertama kali lagu itu diperdengarkan di seantero negeri. Ada rasa haru, semangat, bangga sekaligus sedih mengingat perjuangan para pahlawan pada masanya.


Suasana press conference film WAGE

Bapak Azuzan membacakan syair itu dalam rangka pembukaan dan syukuran pembuatan film WAGE, film biopic sosok pahlawan nasional sekaligus musisi andal pada masanya, WR. Soepratman. Dalam catatan sejarah dikatakan Wage lahir di Jatinegara namun sebenarnya ia dilahirkan di Desa Somongari Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Beliau seorang yang religius nasionalis, kental dengan keislamannya dan sangat  tinggi nasionalismenya terhadap bangsa Indonesia.
"Jumat barokah jadi  Syukuran Syuting Film berjudul WAGE. Biopic Movie Pahlawan Wage (WR. Soepratman) sebagai pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya anak Desa Samongari Purwarejo Jateng. Syukuran diadakan bersama sutradara John De Rantau dan para pemain seperti Tengku Rifnu Wikana, Rendra, Oim Ibrahim, Ferry Sofyan, Annisa Putri Ayudya dan diperkuat Acting Coach Azuzan JG dari Belanda (Dosen IKJ Teater yg menetap di Netherland)," papar Andi Shavick sebagai produser yang diaminkan M. Subchi Azal Tsani dan John De Rantau selain sutradara juga sebagai produser.
Hadir jajaran Executive Producer M. Subchi Azal Tsani dan co executive producer Sheikha Amenia Basalama, Deny Nugroho Alianto, R Ivan Nugroho, Rizki Hikmawan, Becki dari Rumah produksi : PT OPSHID Media untuk Indonesia Raya. Acara berlangsung lancar dengan dihadiri oleh insan pers dan blogger Semarang.

Pemotongan dan penyerahan tumpeng dalam acara syukuran

"Rencana syuting mulai hari ini sampai 25 hari ke depan dari kawasan kota tua Semarang, Magelang, Klaten, Jogja, Solo, Kalidadap Purwarejo," imbuh John De Rantau yang didukung oleh tim yang solid bersama penulis skenario Fredy Aryanto dan Gunawan BS.
Semarang dipilih sebagai tempat syuting adalah karena sebagai ibu kota provinsi Jateng, di mana Wage dilahirkan sehingga memiliki kesamaan regional. Selain itu, Kota Lama Semarang masih menyimpan peninggalan sejarah yang sangat sesuai untuk membawa suasana kembali ke masa peperangan pada waktu itu.
Rendra sebagai pemeran Wage dalam film ini mengatakan bahwa dirinya sempat mengalami konflik batin untuk menerima peran tersebut. Namun begitu mempelajari skenarionya, rasanya langsung tersihir dan semakin membuatnya penasaran dengan sosok Wage. Ia pun mulai belajar karakter Wage, belajar biola dan tap dance dari nol yang mana kedua hal ini merupakan keahlian Wage.

Putri Ayudya (Rukiyem), Rendra (Wage), dan Fritz (Polisi Belanda)
Credit: Hidayah Sulistyowati

Annisa Putri Ayudya, berperan sebagai sosok perempuan di balik Wage. Dalam sejarah tercatat Wage dekat dengan banyak perempuan karena merupakan idola pada jamannya. Sedangkan riset mengatakan ia tidak menikah hingga akhir hayatnya. Rukiyem, adalah sosok yang banyak berperan dalam membentuk karakter Wage sekaligus melindunginya. Kakak perempuannya ini adalah pribadi yang tangguh dan cerdas, menjadi istri petinggi Belanda membuatnya bisa dengan leluasa bergaul dengan bangsawan Belanda sekaligus tetap bisa luwes saat berada di kalangan pribumi kelas bawah.
“Jika ada yang mengatakan siapa sih Putri Ayudya, maka saya tidak akan sakit hati. Acting adalah passion saya dan saya ingin lewat film ini orang mengenal saya sebagai Rukiyem. Rukiyem membuktikan bahwa di balik sosok lelaki yang kuat, selalu ada perempuan hebat,” imbuhnya.
Film WAGE bercerita tentang kehidupan WR. Soepratman mulai dari usia 10 tahun hingga 35 tahun. M. Subchi Azal Tsani sebagai executive producer berharap film ini bisa ditayangkan premier pada hari sumpah pemuda, 28 Oktober mendatang agar semangat kepahlawanannya bisa menyatukan semua generasi pada momen tersebut. Film ini tidak hanya mengobarkan semangat nasionalisme bahwa NKRI harga mati tetapi juga semangat toleransi.
“Wage sebagai panutan bangsa ini harus dikenang selalu bahwa ialah pencipta lagu kebangsaan nasional yg memiliki lirik yang sangat puitis dan sarat pesan-pesan cinta tanah air sebagai momentum pemersatu bangsa," ucapnya semangat.
Setelahnya kami pun menyambangi lokasi syuting di kawasan Kota Lama. Meski hanya memandangi dari jauh, saya langsung merinding begitu melihat setting-nya. Seperti ikut dibawa ke masa Wage muda tengah bergelora berjuang untuk bangsa Indonesia. Sayang, hujan turun sehingga kami pun tidak bisa berlama-lama di lokasi syuting.


Semoga film ini bisa menambah hazanah perfilman Indonesia dengan hadirnya film bergizi yang mendidik generasi muda Indonesia sekaligus sebagai pemersatu NKRI. Semoga proses produksinya lancar sehingga bisa terwujud gala premier pada tanggal 28 Oktober 2017.
Mari kita tunggu bersama, dan kita tonton ramai-ramai setelah ditayangkan di bisokop.
Semoga bermanfaat,

Salam,

1 komentar untuk "WAGE untuk Indonesia, Film Biopic Sosok Pahlawan Nasional WR. Soepratman"

  1. Senang nih kalau ada film yang memperkenalkan sosok WR Soepratman ya mba. Biar generasi demi generasi makin mengenal sosok pahlawan

    BalasHapus