Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Legitnya Roti Gandjel Rel, Kuliner Legendaris Kota Semarang dalam Jepretan ASUS Zenfone 3 Max

GANDJEL REL
Tepung terigu, palm sugar, 25 rempah, wijen, fermipan, minyak goreng, air.
Manis, Legit, Beraroma rempah. Mengenyangkan, menyeret untuk mengenang masa lalu.



2,5 tahu yang lalu, dua ibu muda tengah duduk di serambi Masjid Agung Kauman. Keduanya sama-sama sedang menjaga bayinya yang sedang belajar merangkak. Mereka  pun akrab dalam sekejap.
“Mau ikut dugderan (acara tradisional untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan kirab dan rangkaian acara lainnya) nanti Mba? Ada pembagian kue Gandjel Rel juga lho, keluarga saya dapat pesanan 6000 Gandjel Rel untuk acara nanti.”
“Wah, beneran Mba? Penasaran nih sama roti Gandjel Rel, sayang acaranya masih lama ya, masa saya nungguin di sini berjam-jam?”
Ia sibuk dengan berbagai pemikiran antara penasaran dengan acara Dugderan dan letih menggendong si Kecil setelah memutari Pasar Johar.
Belum lagi ia memutuskan, terdengar dari pengeras suara masjid yang mengimbau siapapun untuk mensterilkan area depan masjid karena akan dipersiapkan untuk acara kirab dugderan. Dua ibu muda itu pun segera beranjak tanpa sempat bertukar kontak.
***
Rasa penasaran saya dengan rasa asli roti Gandjel Rel sudah sampai taraf seperti ibu hamil ngidam, sedangkan kata kebanyakan orang Gandjel Rel yang dijual di toko oleh-oleh terlalu liat (alot). Saya pun sibuk browsing dan tanya sana-sini barangkali ada teman yang memiliki kolega produsen roti legendaris Semarang itu.
Hasil pencarian itu saya menemukan nama Bapak Marzuki sebagai produsen yang membuat Gandjel Rel saat dugderan. Beliau dan keluarganya telah memiliki toko bahan kuer sejak tahun 1950-an, dan telah memproduksi Gandjel Rel sejak tahun 1995, turun-temurun dari leluhurnya.
Searching lagi, saya menemukan ‘Toko Bahan Roti Mas Juki’ kepunyaan Pak Marzuki. Tanpa babibu saya like fanpage-nya lalu mengirim pesan bahwa saya ingin melihat dan mengetahui lebih jauh tentang kue yang diproduksinya. Beberapa hari kemudian, pesan saya dibalas tenyata bukan oleh Bapak Marzuki melainkan anaknya, Faishal Aushafy yang akrab disapa Bang Shofi. Dari beliaulah saya kemudian tahu jika Bapak Marzuki telah berpulang. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un... semoga dilapangkan kuburnya untuk beliau. Aamiin...
Obrolan kami berlanjut di WhatsApp,  dan beberapa kali membuat janji dengan beliau akhirnya batal karena berbagai hal.
“Bu, mau belajar membuat Gandjel Rel dengan istri saya?”
Tawaran ini seperti angin segar yang tiba-tiba berembus di tengah kegalauan saya mencari produsen Gandjel Rel. Tentu saja, langsung saya iyakan dan segera membuat janji dengan istrinya.
Di hari yang sudah ditentukan, Mbak Nura, istri Bang Shofi pun datang ke rumah dengan si Kecil-nya yang lucu, Ajna. Rencana awal saya yang akan datang ke sana, tapi kemudian beliau menawarkan untuk datang ke rumah, saya sih mau-mau saja lah. Hehehe.

Senangnya bertemu dengan kenalan lama :) 

Sesuai instruksi Mba Nura, saya menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Mixer, oven, loyang persegi untuk brownies, 125 ml minyak goreng dan 125 ml air sudah siap begitu beliau datang. Tak lupa, peralatan untuk foto-foto pun sudah standby lengkap dengan tukang foto (baca: suami saya) yang khusus cuti untuk menemani dan meng-handle Hasna.
Pagi itu saya dagdigdug tak karuan ibarat mau pertemu calon suami pertama kali (*eh). Lalu saat beliau datang bersama si Kecilnya, pikiran saya langsung melayang ke masa 2,5 tahun silam di serambi Masjid Agung Kauman.
“Mba, ingat nggak kalau dulu kita pernah ketemu? Saat si krucil masih belajar merangkak?”
Mba Nura mengernyitkan dahi, mengingat-ingat dan sejurus kemudian meledaklah tawa renyahnya. MasyaAllah.. rasanya seperti suatu kejaiban saat tanpa disangka dipertemukan dengan kenalan yang telah lama tidak bersua.
***
Gandjel Rel, kue tradisional khas Semarang ini populer di kalangan masyarakat Belanda di Semarang pada sekitar abad 18. Dikenal juga dengan nama Kue Gambang. Bahan utamanya adalah tepung gaplek (tepung singkong) dengan tambahan gula aren, wijen, dan rempah-rempah. Konon rasanya sedikit keras seperti bolu bantat, dengan aroma rempah dan wijen yang nikmat, tetapi sedikit liat (alot) dan seret jika dimakan. Mengenyangkan dan biasanya menjadi teman minum teh para Noni belanda kala itu. Dinamai Gandjel Rel karena bentuknya yang persegi panjang berwarna cokelat seperti bantalan (Bahasa Jawa, Gandjel) rel kereta api. 
Sekarang, popularitas Gandjel Rel masih bertahan dan menjadi ikon kuliner Kota Semarang meskipun masih kalah dengan Lunpia dan Bandeng Presto. Produsen panganan satu ini pun berinovasi untuk membuat Gandjel Rel yang cita rasanya masih seperti dulu tapi dengan tekstur yang lebih akrab dengan lidah orang saat ini, agar tak tergerus zaman dan ditinggalkan generasinya. 
Bang Shofi dan keluarganya konon mencoba berbagai resep hingga 7 kali sampai mendapatkan rasa yang pas. Karena beberapa bahan yang sulit didapat dan gula merah (aren) yang kualitasnya makin menurun, maka beliau mengganti dengan beberapa bahan yang sesuai.

Seperti apa rasanya? Kita lihat pembuatannya dulu yuk!

Bahan dasar untuk membuat Roti Gandjel Rel

Membuat Gandjel Rel ternyata cukup mudah lho! Kebetulan Mba Nura membawakan bahan Pre-Mix Gandjel Rel dari tokonya dengan harga murah meriah, Rp. 13.500/paket. Tiap paket isinya 600 gram dan bisa dibuat menjadi 2-3 loyang persegi seukuran untuk brownies.
“Pertama, kocok 2 butir telur bersama dengan gula palem-nya, telur baru keluar dari kulkas pun tidak masalah,” pandu Mba Nura saat memulai pengolahan kuenya. Seperti biasa, ‘dibantu’ oleh krucil yang lucu menggemaskan.
Setelah tercampur rata, masukkan sedikit demi sedikit tepung sambil terus diaduk dengan mixer.  Jika tepung sudah habis, masukkan air dan rempah-rempah. Terakhir masukkan minyak goreng, aduk lagi hingga merata. Tuangkan ke dalam cetakan, taburi wijen, lalu panggang dalam oven selama kurang lebih 30 – 45 menit sampai matang.
“Baunya seperti bau Kari,” seloroh saya saat memasukkan bumbu rempah ke dalam adonan.

Adonan yang telah siap masuk oven
Mba Nura hanya tersenyum sembari menjawab bahwa bubuk rempah itu terdiri dari 25 macam rempah kering yang dijadikan bubuk. Tentu saja saya terkagum-kagum dengan hal ini. Rupanya di balik aroma khas Gandjel Rel ada ‘rempah rahasia’ di dalamnya. Kalau beli di tempat lain, umumnya hanya beraroma kayu manis.
“Loyangnya tidak perlu dioles margarin, karena nanti bisa mengubah rasa. Jika dioles malah keluar rasa gurihnya yang bisa menghancurkan rasa khas Ganjel Rel,” jelas Mba Nura.
Saya hanya manggut-manggut mendapatkan penjelasan beliau sambil menuang adonan ke dalam loyang. Setelah ditaburi wijen, adonan pun dipanggang dalam oven.
“Pastikan apinya tidak terlalu panas ya Mba. Karena bisa membuat adonan merekah, jelek kalau untuk di-pack. Jadi setelah adonan dimasukkan ke dalam oven, gunakan api kompor sedang. Kira-kira 10 menit saat adonan mulai mengembang, kecilkan api sampai roti matang.”
Saya pun melakukan sesuai instruksinya. Sekitar 15 menit kemudian aroma Gandjel Rel di dalam oven mulai menguar. Api telah dinyalakan paling kecil, tinggal menunggu matang. Sebagai orang yang baru pertama kali membuatnya, beberapa menit sekali pasti saya intip oven-nya. Ternyata kuenya mekar alias mlethek dalam bahasa Jawa. 

Percobaan perdana saya baking Gandjel Rel
failed penampilannya, rasanya tetap enak
Hiks. Rasanya sedih sekali. Harapan untuk mengabadikan Gandjel Rel perdanaku dengan smartphone musnah sudah. Tak apalah, karena yang mekar hanya bagian tengahnya, masih bisa disiasati agar tampilan fotonya nanti menarik.
Saat mencicipinya, hm... enak ternyata. Agak seret tapi saya masih bisa makan 2 potong sekaligus. Teksturnya lembut tapi tidak selembut bolu biasa. Aroma rempah dan wijennya keluar, menambah nikmat rasanya. Benar sekali, cocok untuk teman minum teh.

Mari ngeteh sambil menikmati legitnya Gandjel Rel

***
Tips Mengabadikan Pesona Kuliner Nusantara dengan Smartphone.
Teman – teman senang mengabadikan aneka jenis makanan dalam smartphone?  Hampir setiap orang yang memiliki smartphone punya hobi yang sama yaitu motret. Motret makanan, benda-benda yang ditemui, moment kebersamaan, dll semuanya bisa dijangkau dengan smartphone dalam genggaman. Aktivitas ini paling tidak untuk mengisi akun instagram dengan foto-foto cantik. Lebih jauh lagi, hobi yang satu ini bisa menghasilkan materi (baca: uang dan barang)  jika ditekuni.
Eits! Tapi nggak perlu buru-buru, semuanya butuh proses panjang ya Temans, tidak ujug-ujug alias instan. Proses panjangnya pun dimulai dari belajar, berlatih dan mengolah skill & feel terus-menerus.
Nah, ada beberapa tips nih supaya hasil foto kita cetar mempesona (halah).

Pertama, Gunakan Kamera Smartphone dengan Resolusi Minimal 5 Megapixel (MP)
Kualitas kamera minimal 5MP sudah memungkinkan untuk menghasilkan foto yang cukup jernih untuk ditampilkan di media sosial maupun untuk blog bagi yang suka menulis review produk atau kuliner.
Harganya mahal? Kalau ini sih tergantung kebutuhan. Jika yang dicari adalah smartphone dengan RAM dan kamera dengan resolusi tinggi, saat ini banyak perusahaan smartphone memproduksi HP berkamera kualitas tinggi dan RAM yang tak kalah menggiurkan (3 ke atas) dengan harga yang sangat terjangkau.

ASUS ZENFONE 3 ZC553KL
(pengen dikekepin aja! wkwkwk)

Baru-baru ini suami saya butuh HP untuk mendukung pekerjaannya. HP yang sebelumnya dia pakai tidak memungkinkan untuk mengirim/membalas email, sedangkan pekerjaannya di lapangan mengharuskan ia fleksibel. Sesekali ia juga perlu mengambil foto program-program yang dijalankannya sebagai laporan rutin. Untuk itulah ia mencari HP dengan spesifikasi utama RAM tinggi, layar cukup lebar, kamera berkualitas, dan Baterai tahan lama.
Browsing sana-sini, pilihannya jatuh pada ASUS ZENFONE 3 MAX (ZC553KL), selain harganya yang masih ‘terkejar’ meski harus ngos-ngosan, spec-nya juga sesuai dengan kebutuhan suami yaitu RAM 3GB, layar 5,5 inchi, kamera resolusi tinggi dan baterai hingga 4.100 mAh. Tentu saya ikut senang dengan pilihan suami tersebut, karena saya berkesempatan untuk meminjamnya sebagai media motret-motret (asyeeeegg! Joged-joged kesenengan).


Beraksi dengan ASUS Zenfone 3 Max

Selain kualitas kameranya yang mumpuni, yaitu sebesar 16 MP untuk kamera utama dan kamera depan 8MP, ASUS juga melengkapi HP ini dengan teknologi PixelMaster Camera. Teknologi ini memungkinkan kita menangkap gambar dengan lebih sempurna.
Kamera PixelMaster ZenFone 3 Max 16MP menangkap gambar dengan indah dan menghasilkan foto dengan resolusi tinggi tanpa shutter lag. Kamera belakang 16MP mengambil gambar-gambar menakjubkan, sedangkan kamera depan 8MP menangkap selfies yang tajam dan video chatting yang jelas. (sumber: ASUS.com)
Dengan kamera PixelMaster, kita bisa menyesuaikan perangkat dengan suasana yang akan difoto. Mode ‘HDR’ yang menghasilkan foto super jernih di siang hari, ‘Resolusi Super’ mampu meningkatkan resolusi hingga 64MP dalam mengambil beberapa gambar secara bersamaan. Low light mode agar kita bisa mengambil gambar dalam kondisi cahaya yang buruk namun hasilnya tetap cerah.

12 mode PixelMaster Camera
ASUS Zenfone 3 Max

ZenFone 3 Max dilengkapi dengan apa yang tidak dimiliki smartphone lainnya, yaitu kombinasi tiga teknologi yang berfokus - laser, deteksi fase dan continuous auto-focus - ke dalam satu sistem yang harmonis. Sehingga fokus yang jelas dapat diperoleh hanya dalam 0,03 detik dalam kondisi yang berbeda-beda, untuk semua skenario - dan hingga sepuluh kali (10x) lebih cepat dari kedipan mata. (sumber: asus.com)

Bagi pemula seperti saya, mengambil foto dengan mode otomatis-nya ASUS ZenFone sudah sangat membantu karena bantuan focus laser-nya akan membuat gambar yang dihasilkan fokus pada objek yang kita pilih. Sejauh ini saya masih sering gagap jika menggunakan manual mode, karena ilmu yang masih cetek dan pengalaman menggunakan yang baru beberapa lama. Meski begitu,  pengaturan ISO, shutter speed dll di HP ini cukup mudah untuk diaplikasikan.

Berhubung foto ini yang lebih jelas menampilkan pengaruh autofocus zenfone,
maafkan selingan dulu selain foto makanan

Kedua, Belajar Ilmu Fotografi Dasar
Mempelajari hal ini dalam kelas-kelas yang diadakan oleh profesional akan sangat membantu meng-upgrade kemampuan memotret kita. Namun jika ‘modal’ masih terbatas (seperti saya), tak ada salahnya berburu informasi pelatihan fotografi gratis, coaching khusus dengan teman yang jago fotografi, atau mencari informasi yang tersebar di dunia maya.

Belajar motret, dengan mengambil gambar apa saja
yang ada di rumah

Mengikuti berbagai photo challenge di instagram juga sangat saya rasakan manfaatnya. Di sana kita bisa belajar mengambil foto dari penjelasan yang diberikan oleh admin di setiap tema, juga ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) dari foto-foto yang disetor oleh member. Seringkali ada member yang memberikan ‘bonus’ berupa BTS (behind the scene) foto yang diambilnya atau teknik bagaimana dia mengambil foto tersebut. Tak jarang saya malah nyamber langsung bertanya di komentar jika si empunya foto tidak mencantumkan teknik motretnya.
Banyak sekali lho fotografer smartphone yang tampilan fotonya tak kalah keren dengan yang menggunakan kamera DSLR/Mirrorless. 

Ketiga, Belajar Food Styling
Foto makanan yang dianggap berhasil adalah yang terlihat menggiurkan dan menggugah selera makan siapapun yang melihatnya. Hal ini selain karena jasa sang fotografer, juga berkat food stylist yang mengatur ‘model’ makanan yang akan difoto.
Food photographer & food stylist itu bisa 2 orang dengan 2 profesi yang berbeda dan bisa pula seseorang dengan kompetensi keduanya. Namun akhir-akhir ini, biasanya seorang food photographer merangkap sekaligus sebagai food stylist-nya.
Untuk itu, penting bagi kita belajar styling atau mengatur sedemikian rupa makanan yang akan kita foto supaya terlihat cantik, menggiurkan, dan komposisinya pas. Di sini, kita membutuhkan berbagai macam properti mulai dari alas foto, ornamen-ornamen untuk menambah kesan yang akan ditimbulkan, juga perangkat foto lain yang sesuai.
Awal-awal dulu, saya hanya memiliki bunga plastik warna netral yang harganya paling murah di toko. Jika ingin alas foto gelap, saya gunakan rok hitam dan jilbab segi empat untuk warna putih atau warna lain. Lama-kelamaan saya mulai menabung sedikit-demi sedikit untuk bisa membeli kain warna hitam dan putih, menambah beli bunga dan ornamen lain.

Properti murah meriah dan menggunakan perkakas seadanya di rumah
Banyak properti yang tak terjangkau kantong, maka saya manfaatkan barang-barang di sekitar. Mulai dari papan-papan kayu mangkrak yang saya alih fungsikan menjadi alas foto setelah dibersihkan, barang bekas, sampai perkakas masak ibu yang tersedia di rumah. Prinsipnya agar bisa menghasilkan foto makanan yang tidak sekadar foto biasa, tapi tidak perlu keluar banyak uang.
Bagi yang sudah profesinya, tentu tak akan main-main dengan properti. Namun bagi saya yang masih sebatas hobi, properti yang digunakan yang murah meriah saja seperti tembikar kecil harga 2 ribu di pinggir jalan, atau piring-piring anyaman yang tak kalah murah.  
Bagaimana jika mengambil foto makanan saat di tempat makan yang tidak memungkinkan kita menggunakan properti? Maka fokuslah pada makanan yang akan kita foto, dan manfaatkan beberapa materi pendukung seperti sendok, gelas minuman, dll yang tidak mengganggu tampilan. Singkirkan dulu beberapa benda yang mengganggu. Jika tidak memungkinkan, kita bisa finishing dengan mengedit dan menghilangkan gangguan itu dengan editor foto.

Foto di warung, sayang wadah kecapnya kebalik. hehehe 

Foto Mie di warung dengan Zenfone 3 Max,
berhubung ada tangan yang mengganggu, jadi diblur

Keempat, Gunakan Cahaya Alami Sebagai Alternatif Termudah 
Waktu ideal untuk mengambil foto makanan adalah saat matahari tidak menyengat. Umumnya sekitar pukul 7-9 pagi dan 4-5 sore dengan catatan tidak mendung. Jika mendung, kita harus pandai-pandai menyiasati dan menyesuaikan waktunya.
Saya senang motret di teras yang tidak langsung tertempa cahaya matahari sehingga cahayanya cukup terang tetapi tidak over. Jika terlalu sore, saya mencari sisi teras yang lain yang lebih banyak mendapat cahaya matahari.

Foto ini diambil sekitar pukul 5 sore dalam kondisi cerah
dan di teras terbuka,
edit hanya cropping dan watermark
Saat memotret sebagian roti Gandjel Rel kemarin, saya sengaja memilih samping rumah karena di sana ada tumpukan beton yang bisa sekaligus saya gunakan sebagai alas foto karena terlihat bercorak menarik dalam tangkapan kamera. Lalu lalang orang yang memperhatikan tidak saya pedulikan. Dulunya sih saya peduli, semakin sering pepotoan di sana jadi semakin cuek dengan pandangan orang.
Kebetulan kemarin beberapa ibu tetangga pulang dari pengajian. Melihat saya tengah asyik menata makanan di samping rumah (dan samping rumah adalah jalan gang), mereka berhenti dan bertanya-tanya. Akhirnya sepotong Gandjel Rel mendarat di tangan ibu-ibu. Senang sekali rasanya saat mereka mengapresiasi. Sambil makan kuenya, sambil mengenang masa lalu, ya Buibu.. hehe.
Sebisa mungkin hindari foto indoor kurang cahaya (terutama malam hari), hasilnya bisa dilihat di gambar persiapan membuat Gandjel Rel di atas, karena tidak memungkinkan mengambil foto outdoor, hasilnya jadi kurang maksimal. Jika ingin foto produk/makanan dengan baik di dalam ruangan, bisa menggunakan teknik lighting yang pas agar hasilnya tetap maksimal sebagaimana menggunakan cahaya alami, dan tidak terlihat bayangannya.
Membuat sendiri studio mini dari kardus bekas, kain dan kertas putih bisa jadi alternatif untuk masalah lighting. Cara membuatnya banyak tersebar di internet, lho Temans. 

Kelima, Manfaatkan aplikasi edit foto
Aplikasi edit foto di smartphone yang paling tenar saat ini menurut saya adalah Snapseed dan Phonto. Snapseed digunakan untuk mengedit foto dengan banyak fitur. Aplikasi ini memungkinkan kita untuk ‘menambal’ beberapa ‘kebocoran’ foto yang kita ambil. Sedangkan Phonto biasanya untuk menambahkan watermark sebagai tanda hak milik foto kita. Lewat Snapseed pun bisa menambahkan watermark, tetapi di Phonto pilihan font lebih beragam.

Contoh editing foto dengan Aplikasi Snapseed


Gandjel Rel, edit cropping
diambil dengan kamera Zenfone 3 max, kondisi low light



Keenam, Terus Berlatih
Seperti halnya menulis, maka skill memotret pun prinsipnya alah bisa karena biasa.
Jika sebelumnya saya selalu dikomentari setiap akan mengambil gambar makanan, maka sekarang (setelah 2 tahun lebih) orang-orang terdekat mulai memahami kesukaan saya yang satu ini, sehingga terkadang malah ditanya “Sudah difoto belum?” “Mau difoto dulu nggak, Bund?” dll.
Penerimaan dari orang-orang terdekat ini juga yang menambah semangat saya untuk terus berlatih (Meskipun ada kalanya juga bad mood untuk menggelar properti). Jam terbang semakin tinggi, rasa dan kepekaan kita menata properti dan mengambil angle foto yang pas akan semakin terasah.

Berlatih motret dengan ASUS Zenfone 3 Max
meskipun dengan properti seadanya

Dengan memotret dan membaginya ke dunia maya, paling tidak kita sudah ikut andil dalam menyebarkan informasi yang baik mengenai kuliner daerah di Indonesia. Senang kan rasanya jika kuliner nusantara dikenal luas oleh masyarakat apalagi sampai ke mancanegara?
Kalau makanan khas daerah kalian yang paling disuka apa, Temans? Jangan lupa dishare ke Instagram ya!
Semoga bermanfaat,
Salam,




Artikel ini diikutsertakan pada Blogging Competition Jepret Kuliner Nusantara dengan Smartphone yang diselenggarakan oleh Gandjel Rel.

72 komentar untuk "Legitnya Roti Gandjel Rel, Kuliner Legendaris Kota Semarang dalam Jepretan ASUS Zenfone 3 Max"

  1. Wahh lengkap sekali ulasannya mbak..
    Liat.fotonya jd pengen.icip2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba.. kapan-kapan kalau aku buat lagi bisa deh icip-icip :)

      Hapus
  2. Mau mbaaa gandjel relnya hehehhe
    Enak ikuu. Aduh foto lainya juga bikin laper. Asus ki emang topcer tenan. Pengen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang ini sudah ludes Mba... semoga kapan-kapan bisa eksekusi lagi ya buat icip-icip :)

      Hapus
  3. Aku belum pernah makan kue gandjel rel ni mb, jadi penasaran ni mb :D
    Makasih mb ilmu fotografi nya :)

    BalasHapus
  4. Roti gandelrel sudah ada sejak saya kecil loh mbak, dulu saya sering makan dan suka dwngan rasa manisnya.

    Saat ini jarang menemukan di pasar tradisional maupun toko roti. Saya percaya masih ada yang jual hanya saya belum menemukan saja ya. Mungkin di toko roti besar yang saya belum pernah kesana :)

    Wah pasti senang ya mbak Arina berkesempatan praktek langsung dengan produsennya. Meskipun belun memuaskan tapi lama-lama akan sempurna deh mbak. Jangan lupa saya dicicipin ya mbak :)

    Tips motretnya oke, bisa buat panduan saya meskipun masih gak ngeh soal motret2 gini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba... amazing rasanya!

      Ada lho Mba dijual di toko oleh-oleh. ini yang kemarin ngajarin aku juga jual yang sudah matang ko, kalau Mba Anjar minat nanti bisa aku kasih kontaknya :)

      Hapus
  5. Balasan
    1. Makasih Mba..

      Aduuh.. aku isin dikomen Mba Inung

      Hapus
  6. Suka ama tekonya, wah pantes hasil fotonya bagus ternyata pakai ASUS ya ☺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi. Itu teko-nya Ibu mertuaku Mba.. biasanya dipakai buat nyeduh teh :)

      Hapus
  7. Aku lg belajar food styling jg nih sekarang kalo pergi sambil cari2 pernak pernkk.lucu buat penunjang foto. Mo semangat latihan lagi ah biar foto2ku makin kece kaya foto2mu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yukyuk!
      kalau aku sih belum bisa beli yang unyu maksimal Mba.. mihil..! :P

      Hapus
  8. Fotonya cakep2 mbak.. Keren. Aku pernah nyicipin gandjel rel, alot dan bikin seret di tenggorokan. Hihi. Jadi pengen nyobain bikinannya mbak Arina, kayanya maknyus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya seret Mba.. tapi enak :)

      makasih Mama Ririt.. :*

      Hapus
  9. sukaaa banget baca story dan liat potonya.. ngeblend dan ngalir aja, tau tau selesai. dan aku pengen ngicipi gandjel rel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba Dini, moga kapan2 pas kopdar aku bisa buat Gandjel Rel ya :)

      Hapus
  10. Wah..ini dia tips motret yg kucari..allh ada Asus Zenfone..jd makin cetar hasilnya nih. Aku mlh blom pnh makan roti gandjel rel mbak...kpn2 buatin yaa..😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bermanfaat ya Mba..

      IsnyaALlah, semoga bisa ekseskusi sebelum kita kopdar kapan2 :)

      Hapus
  11. Pertama kali mendengar makanan gandjel rel sewaktu kuliah di Semarang. Untung ada teman dari Kudus yang ngerti ini. Malam2 nyari di jalanan.
    Suka sama foto2nya mba Arina. Cakep.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mba..

      makanan jadul tapi ngangenin, kata banyak orang :)

      Hapus
  12. Ternyata ganjel relitu nama makanan to, tak kira ganjel rel kereta xixixixi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Gandjel rel kereta api Mas, dinamai begitu katanya karena bentuknya yang mirip bantalan kereta jaman dulu, waktu masih terbuat dari kayu

      Hapus
  13. Wah.. mie nya manggil bgt.. enak buat malming'an nih

    BalasHapus
  14. Ijin Share, bu.
    Semoga masih banyak yang peduli akan warisan leluhur :)
    Terimakasih,
    Faishal Aushafy

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaALlah.. dikomen sama Bang SHofi.

      maturnuwun nggih...

      Hapus
  15. Besok kalo bikin roti gandjel rel, sisain buat aku ya

    Tips motretnya juga oke, siap dipraktekin

    BalasHapus
  16. wahhh, aku baru tau kalo gandjel rel nama roti, bener mbak, kepopulerannya masih kalah sama bandeng presto dan lunpia nih, juga tahu bakso. Wah wah, mesti nemu kl ke Semarang. Dimana mbak nyarinya? Apa ada tokonya si mbak Sofi tadi (eh bener ga?)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada Mba, beliau memang pengusaha bahan roti dan menjual roti yg sudah matang juga :) Pak Shofi, bukan Mba Shofi. Hehe

      Nama tokonya Toko Bahan Roti MasJuki

      Hapus
  17. Mbak, kayakna aku pernah deh makan gandjel rel itu. BAru tahu kaloa namanya kue gandjel rel hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ke Semarang, coba icip Mba, biasanya dijual di toko oleh-oleh

      Hapus
  18. Baru tahu ada premix yang bisa dipakai untuk resep gandjel rel. Bagus-bagus fotonya...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, katanya memang belum lama produksi premix gandjel rel

      Hapus
  19. Pas SD roti ini gampang bgt djumpai di warung2,,, skrg susah,,,, tapi aku kurang bgtu suka ama rasanya, tllu manis 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dl pas aku penasaran banget nyari di pasar ga ada.. 😢

      Hapus
  20. aku juga lagi belajar edit2 foto, tapi tetaplah ya ASUS itu oke...

    BalasHapus
  21. Favorit saya juga tuh mba pake snapseed, hehe :D

    BalasHapus
  22. Foto2 mu mbaaaa, apik tenan. Mupeng lihatnya. Maturnuwun tips motretnya, hrs ku praktekkan nih...

    BalasHapus
  23. kapan gawe Gandjelrel lagi mba Arin, wkwkkw
    deliver nang Kendal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah kapan2 buat lagi, moga pas kopdar bisa bawa deh :)

      Hapus
  24. Kyaaa kereeeen... bikin sendiriiihhh,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi. seru Mba latihan bikinnya. yuk, kapan2 baking bareng :)

      Hapus
  25. asli aku baru tahu nih tentang roti gandjel rel mbak ...pingin nyoba kapan2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, serius Mba baru tahu? hihi

      Kudu nyoba Mba, sekali-kali biar ngerasain

      Hapus
  26. Waktu piknik ke Madura, Uniek bawa Gandjel Rel ini, dan langsung tandas dimakan peserta dalam 10 menit :D
    Enak dimakan sambil ngopi atau ngeteh ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mak Indjul, enak buat temen ngeteh/ngopi

      Hapus
  27. Mbak...laper mbak...lihat cemilan gini di siang hari. Huhuhuhu. Padahal udah makan siang tadi :D

    BalasHapus
  28. Kayaknya aku blm pernah makan roti ini, Mbak. Kalau ke Semarang, boleh laaah jajan ini. Sekalian buat oleh2. :D

    BalasHapus
  29. Wah saya baru tau nama kue ini kue Gandjel Rel, haha... Sering makan tapi nggak tau namanya. Awalnya saya dulu foto makanan beralas baju batik, haha... Lama2 dikumpulin propertinya deh. Dengan memfoto makanan, kita juga berbagi info ke orang lain ya. Nggak setuju kalau dibilang pamer atau apalah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba, terserah orang mau nilai gimana ya.. Yg penting kita ga niat pamer 😊

      Saya juga baru tahu setelah jadi warga Semarang Mba.. Hehe

      Hapus
  30. Wahhhh mau dong ikut baking gandjel rel. Keren ya owner nya, nggak pelit dan main rahasia resepnya. Cakep foto2nya, ada tips nya juga nih buat belajar kayak akuuuh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan2 kita baking bareng yuk Mba 😊
      Bener baik banget orangnya, katanya sih sengaja nularin resep supaya lebih banyak yang kenal Gandjel rel

      Hapus
  31. Ini roti yang populer di Semarang ya mbak? Sampai dijadikan nama komunitas blogger?
    Btw gak ada niat mau buka usaha roti GR juga mbak? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih tepatnya roti legendaris Mba, roti jadul khas Semarang. Kalo kepopulerannya masih kalah dg makanan khas lain, dan warga semarang skrg ga semuanya tahu, apalagi yg bukan warga asli karena sudah jarang dijual di pasar2. Sekarang adanya di toko oleh-oleh.

      Hapus
  32. Aku baru tau ada makanan namanya Gandjel Rel. Jadi kepingin pergi ke Semarang dan nyobain 😁

    BalasHapus
  33. jus jeruk nya bikin seger banget itu mba, siang terik kaya gini jadi kepengen yg seger seger hahaha

    BalasHapus
  34. Wah iyaa kalo di toko kayaknya keras banget deh riin, yummiii deh Gandjel Rel..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba dew.. Ini lumayan empuk meskipun tetep seret

      Hapus
  35. Wah ada juga ya tekhnik memfoto makanan, btw tipsnya keren, boleh di tiru

    BalasHapus